
MNCDUIT.COM – JAKARTA. Prospek aset kripto, khususnya Bitcoin, tetap menjanjikan hingga akhir tahun 2025, ditopang oleh sejumlah katalis positif. Namun, investor tetap perlu waspada terhadap dinamika makroekonomi global yang berpotensi memengaruhi pasar.
Berdasarkan data Coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) telah terkoreksi 3% sejak mencapai rekor tertinggi pada 23 Mei 2025. Per Minggu (6 Juli) pukul 19.00 WIB, BTC diperdagangkan pada US$ 109.743, namun mencatatkan kenaikan 3,89% dalam sebulan terakhir. Tren ini dinilai positif oleh Fyqieh Fachrur, Analis Tokocrypto, yang menyebutnya sebagai kenaikan yang solid dengan fase konsolidasi sehat.
Koreksi harga pasca rekor tertinggi tersebut, menurut Fyqieh, merupakan aksi ambil untung jangka pendek. Namun, stabilisasi mulai terlihat sejak awal Juli, dengan BTC berhasil bertahan di level support baru US$ 108.000 – US$ 110.000. “Selama level support kunci ini terjaga, struktur uptrend jangka panjang BTC masih aman. Meskipun volatilitas jangka pendek masih ada, kemungkinan koreksi hanya sekitar 10% – 20%, yang merupakan hal wajar dalam perjalanan menuju level harga yang lebih tinggi,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (5 Juli).
Beberapa sentimen positif mendorong kenaikan harga Bitcoin, di antaranya meredanya inflasi Amerika Serikat dan sikap pause The Fed terkait kenaikan suku bunga. Data inflasi AS menunjukkan penurunan tekanan harga, dengan angka CPI utama mencapai 2,4%, mendekati target The Fed sebesar 2%. “Meskipun inflasi turun, The Fed tetap berhati-hati dalam memangkas suku bunga. Sikap pause ini justru menjadi kabar baik bagi aset berisiko seperti kripto,” ujar Fyqieh.
Selain itu, kebijakan fiskal ekspansif melalui RUU pajak Presiden AS Donald Trump, yang dinilai pasar mirip dengan stimulus era pandemi, juga memberikan sentimen positif. Secara historis, peningkatan utang atau pengeluaran pemerintah AS seringkali diiringi reli tajam harga BTC. Fyqieh menambahkan, “Minat institusi yang meningkat dan peluncuran exchange traded fund (ETF) BTC di pasar spot AS juga menjadi katalis utama dalam meningkatkan kepercayaan investor besar terhadap aset ini.”
Antony Kesuma, Wakil Presiden Indodax, menambahkan bahwa volume perdagangan harian BTC menguat signifikan, mencapai US$ 46,39 miliar dalam 24 jam terakhir – peningkatan hampir 20% pada akhir pekan. Kapitalisasi pasar Bitcoin juga tetap kuat di atas US$ 2,16 triliun, sementara indeks Fear & Greed berada di angka 73 (zona greed), menunjukkan sentimen pasar yang optimistis.
“Prospek harga BTC hingga akhir tahun 2025 masih sangat positif, didukung oleh pertumbuhan adopsi, perkembangan regulasi yang progresif, dan kondisi pasar yang mulai stabil,” kata Antony kepada Kontan.co.id, Jumat (4 Juli).
Fyqieh memprediksi, dengan skenario positif (inflasi terkendali, The Fed dovish, stimulus fiskal berjalan, dan adopsi institusi meningkat), BTC berpotensi mengakhiri tahun 2025 di level yang sangat kuat. Namun, mempertimbangkan ketidakpastian global, ia memperkirakan BTC akan berada di kisaran US$ 120.000 – US$ 140.000 pada akhir 2025.
Harga Bitcoin (BTC) telah terkoreksi sedikit setelah mencapai rekor tertinggi, namun menunjukkan tren kenaikan yang solid dengan stabilisasi di level US$ 108.000 – US$ 110.000. Kenaikan ini didukung oleh beberapa faktor positif, termasuk penurunan inflasi AS, sikap pause The Fed terhadap kenaikan suku bunga, dan kebijakan fiskal ekspansif di Amerika Serikat. Meningkatnya minat institusi dan potensi peluncuran ETF BTC di pasar spot AS juga memberikan sentimen positif.
Para analis memprediksi prospek Bitcoin hingga akhir 2025 tetap positif, dengan potensi kenaikan harga yang signifikan. Meskipun terdapat ketidakpastian global, perkiraan harga berkisar antara US$ 120.000 hingga US$ 140.000 pada akhir tahun 2025. Volume perdagangan harian BTC juga meningkat signifikan, menunjukkan kepercayaan investor yang optimis terhadap aset kripto ini.