
MNCDUIT.COM Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Selasa (14/10/2025), seiring meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali membebani sentimen pasar.
Di sisi lain, investor juga mencermati laporan keuangan dari bank-bank besar AS yang menandai dimulainya musim laporan keuangan kuartal III-2025.
Melansir Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun 195,7 poin atau 0,42% ke level 45.871,89, sedangkan S&P 500 melemah 0,78% ke 6.602,49. Indeks Nasdaq Composite juga jatuh 1,35% ke 22.388,04.
Tersulut Ketegangan Dagang AS – China, Pasar Kripto Anjlok
Kinerja emiten perbankan besar menjadi sorotan. BlackRock mencatat rekor aset kelolaan sebesar US$13,46 triliun.
Sementara JPMorgan Chase menaikkan proyeksi pendapatan bunga bersih tahunannya setelah laba kuartal III melampaui ekspektasi.
Meski demikian, saham BlackRock turun 0,7% dan JPMorgan melemah 1,1% pada perdagangan pra-pasar.
Goldman Sachs juga melaporkan laba di atas perkiraan, namun sahamnya justru terkoreksi 2,9%. Sebaliknya, Citigroup dan Wells Fargo mampu menguat masing-masing 0,8% dan 3,6% setelah merilis hasil kinerja positif.
IMF Bandingkan Boom AI dengan Gelembung Internet 1990-an, Apa Bedanya?
“Yang terpenting bukan hanya hasil laba itu sendiri karena sebagian besar memang positif tetapi juga fakta bahwa saham-saham ini sudah berada di level mendekati rekor,” ujar Art Hogan, Chief Market Strategist di B Riley Wealth, menjelaskan penyebab tekanan jual di sektor perbankan meskipun laporan keuangannya kuat.
Rangkaian laporan keuangan ini diharapkan membantu investor menilai sejauh mana tarif perdagangan memengaruhi korporasi AS, sekaligus memberi petunjuk arah ekonomi di tengah penundaan rilis data resmi akibat penutupan sebagian pemerintah federal.
Menurut data LSEG, analis memperkirakan laba perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500 akan tumbuh 8,8% secara tahunan pada kuartal III-2025.
Sebelumnya, pasar sempat rebound pada sesi Senin setelah Presiden Donald Trump menyampaikan nada yang lebih lunak terhadap China, serta pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent bahwa pertemuan bilateral AS-China akhir bulan ini masih sesuai jadwal.
IMF Optimistis Ekonomi Global Tumbuh 3,2% di 2025, tapi Trump Kembali Guncang Pasar
Namun, ketegangan kembali meningkat setelah Washington dan Beijing mulai memberlakukan biaya tambahan di pelabuhan terhadap perusahaan pelayaran yang mengangkut berbagai komoditas, mulai dari mainan liburan hingga minyak mentah.
Ancaman Trump untuk mengenakan tarif tambahan hingga 100% terhadap barang-barang asal China, sebagai respons atas kebijakan pembatasan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) oleh Beijing, kembali memicu volatilitas dan menekan indeks-indeks utama dari level tertingginya.
Meski begitu, sentimen pasar masih ditopang oleh optimisme terhadap pemangkasan suku bunga The Fed serta momentum positif dari saham-saham berbasis AI, yang sebelumnya mendorong Wall Street ke rekor baru.
Investor kini menantikan pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di pertemuan tahunan NABE malam ini untuk mencari sinyal arah kebijakan moneter berikutnya.
Di sisi lain, saham perusahaan tambang rare earth asal AS melonjak di perdagangan pre-market, melanjutkan reli sesi sebelumnya.
Goldman Sachs Raup Untung Besar! Laba Kuartal III Tembus US$4,1 Miliar
Saham Critical Metals naik 35,5%, USA Rare Earth menguat 11,7%, dan MP Materials bertambah 6,8%.
Saham Broadcom turun 2,4% setelah sempat melonjak hampir 10% sehari sebelumnya usai menjalin kerja sama dengan OpenAI untuk memproduksi prosesor AI internal. Reuters juga melaporkan bahwa Broadcom tengah meluncurkan chip jaringan baru.
Sementara itu, saham perusahaan China yang terdaftar di AS juga tertekan. Alibaba Group turun 3,9%, JD.com melemah 2,5%, dan PDD Holdings terkoreksi 2,1%.