Wall Street Ambruk! Tarif & Data Ekonomi Jadi Biang Kerok

MNCDUIT.COM  NEW YORK. Wall Street kembali mencatatkan penurunan pada perdagangan Selasa (2/9/2025), menutup sesi di posisi terendah dalam lebih dari satu minggu. Ketidakpastian seputar legalitas tarif impor era Presiden Donald Trump, dipadukan dengan antisipasi rilis data ekonomi penting, menjadi biang keladi pelemahan pasar saham ini.

Pada pukul 10.04 pagi waktu New York, Dow Jones Industrial Average ambles 282,83 poin atau 0,62%, parkir di angka 45.262,05. S&P 500 menyusut 54,25 poin (0,84%) ke level 6.406,01, sementara Nasdaq Composite anjlok 209,65 poin (0,98%) hingga mencapai 21.245,90. Penurunan ini terjadi setelah pengadilan banding AS pada Jumat lalu menyatakan sebagian besar tarif Trump ilegal, meskipun penetapan tarif tersebut tetap berlaku hingga 14 Oktober. Pemerintahan Trump masih memiliki opsi untuk mengajukan banding ke Mahkamah Agung.Img AA1Ky43c

Ketidakpastian hukum terkait tarif tersebut turut menekan pasar obligasi dan ekuitas. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 30 tahun melesat ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan. Indeks Volatilitas CBOE pun ikut melonjak, mencapai titik tertinggi dalam lebih dari tiga minggu di angka 18. Robert Pavlik, manajer portofolio senior Dakota Wealth, mengungkapkan kekhawatirannya, “Jika Mahkamah Agung memutuskan tarif itu ilegal, pemerintah harus mengembalikan dana hasil pungutan. Ini berarti peningkatan utang, kenaikan imbal hasil, dan tekanan lebih besar pada pasar.”

Meskipun rilis data PMI manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) yang naik menjadi 48,7 pada Agustus (dari 48 pada Juli) sempat memangkas sebagian penurunan indeks, sektor-sektor utama S&P 500 tetap berada di zona merah. Sektor teknologi menjadi yang paling terdampak, dengan saham Nvidia turun 1,5%, Apple terkoreksi 0,8%, dan Microsoft melemah 0,6%. Sebaliknya, sektor barang konsumsi pokok mendapat sedikit angin segar berkat lonjakan saham PepsiCo sebesar 3,6% setelah Elliott Management mengumumkan kepemilikan senilai US$ 4 miliar di perusahaan tersebut.

Pasar juga menantikan laporan tenaga kerja Agustus, termasuk data penggajian non-pertanian yang akan dirilis Jumat mendatang. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang 92% The Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini, menurut CME FedWatch Tool. Ekspektasi ini muncul setelah data ketenagakerjaan Juli yang lemah dan pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole yang menekankan meningkatnya risiko terhadap pasar kerja. Meskipun S&P 500 dan Dow Jones mencatat kenaikan bulanan keempat berturut-turut di Agustus, dan Nasdaq membukukan reli bulanan kelima, pasar memasuki September dengan penuh kewaspadaan, mengingat September secara historis menjadi bulan yang suram bagi pasar saham, berdasarkan data DataTrek Research sejak 1958.

Di tengah gejolak ini, saham-saham pertambangan emas justru menguat seiring dengan harga emas batangan yang mencapai rekor baru. Harmony Gold naik 5,6%, Barrick Mining 1,2%, dan Newmont 1,1%. Di sisi lain, Kraft Heinz merosot 3% setelah mengumumkan rencana pemisahan bisnisnya menjadi dua perusahaan publik. Investor juga akan mencermati laporan laba sejumlah peritel besar dan kebijakan terkait Departemen Pertahanan AS yang akan diumumkan Trump pekan ini.

Aktivitas perdagangan menunjukkan lebih banyak saham yang turun dibandingkan yang naik, dengan rasio 2,91 banding 1 di NYSE dan 1,8 banding 1 di Nasdaq. S&P 500 mencatat enam level tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan satu level terendah baru, sementara Nasdaq membukukan 48 level tertinggi baru dan 48 terendah baru. Ketidakpastian yang meliputi Wall Street, khususnya terkait tarif Trump, membuat S&P 500 semakin mendekati wilayah bearish.

Ringkasan

Penurunan tajam terjadi di Wall Street pada Selasa (2/9/2025), terutama disebabkan ketidakpastian hukum terkait tarif impor era Trump dan antisipasi data ekonomi penting. Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq mengalami penurunan signifikan, dipicu oleh keputusan pengadilan banding yang menyatakan sebagian besar tarif Trump ilegal, meskipun keputusan tersebut masih bisa diajukan banding ke Mahkamah Agung.

Ketidakpastian ini menekan pasar obligasi dan ekuitas, meningkatkan volatilitas. Pasar juga menantikan laporan tenaga kerja Agustus dan kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve. Meskipun beberapa sektor seperti barang konsumsi pokok menunjukkan peningkatan, sektor teknologi terdampak cukup keras. Secara keseluruhan, pasar memasuki September dengan penuh kewaspadaan mengingat sejarah September yang cenderung negatif bagi pasar saham.

You might also like