
MNCDUIT.COM, NEW YORK. Jumat (11/7) menjadi hari yang kurang menguntungkan bagi Wall Street. Indeks-indeks utama melemah di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global, terutama akibat kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Keputusan Trump untuk menaikkan tarif impor barang dari Kanada menjadi 35%—naik dari 25% yang diberlakukan pada Maret—memicu ketidakpastian yang signifikan di pasar.
Ancaman Trump untuk menaikkan tarif lebih lanjut, bahkan hingga 15% atau 20% untuk negara-negara lain, semakin memperparah situasi. Tarif dasar 10% yang berlaku saat ini pun terancam naik, menambah kekhawatiran investor akan dampaknya pada perekonomian global. Ketegangan semakin meningkat dengan antisipasi surat resmi dari Trump kepada Uni Eropa yang berpotensi memuat rincian tarif baru.
Penurunan signifikan terlihat pada indeks-indeks utama. Dow Jones Industrial Average anjlok 263,99 poin (0,58%) menjadi 44.390,90. S&P 500 turun 26,77 poin (0,42%) ke angka 6.253,94, sementara Nasdaq Composite kehilangan 42,03 poin (0,20%), ditutup di 20.588,63. Semua subindeks S&P 500 mengalami penurunan, dengan sektor keuangan dan material mengalami kerugian terbesar, masing-masing turun 1,1%.
Tren negatif ini mengindikasikan potensi penutupan pekan yang kurang menguntungkan bagi S&P 500 dan Nasdaq, yang didominasi saham teknologi. Dow Jones pun tampaknya akan mengakhiri tiga minggu kenaikan beruntun—rekor terpanjang sejak Januari—dengan penurunan. Meskipun Nvidia berhasil mencapai tonggak valuasi US$4 triliun dan mencetak rekor tertinggi baru, suasana pasar secara keseluruhan tetap lesu sepanjang pekan.
Langkah Trump untuk memperluas serangan tarifnya, yang juga menargetkan Jepang dan Korea Selatan serta memberlakukan tarif 50% untuk tembaga, menunjukkan peningkatan agresivitas dalam kebijakan perdagangannya. Namun, reaksi pasar terhadap pengumuman terbaru ini relatif lebih tenang dibandingkan dengan gejolak yang terjadi setelah pengumuman “Hari Pembebasan” pada awal April, yang mengakibatkan kerugian mingguan tertajam dalam hampir enam tahun bagi indeks-indeks utama.
Menjelang musim laporan keuangan mendatang, investor bersiap untuk mengkaji dampak gejolak perdagangan terhadap perusahaan-perusahaan Amerika. Bank-bank besar di Wall Street, dimulai dengan J.P. Morgan pada Selasa, akan merilis hasil kuartalan mereka minggu depan. Michael Landsberg, kepala investasi Landsberg Bennett Private Wealth Management, menyatakan bahwa ekspektasi untuk laporan keuangan S&P 500 tergolong rendah, mengingat dampak masalah tarif dan perdagangan pada kuartal kedua.
Minggu depan juga akan diwarnai dengan rilis data ekonomi penting, termasuk inflasi harga konsumen dan produsen serta data penjualan ritel. Laporan ketenagakerjaan yang kuat minggu lalu telah mengurangi harapan penurunan suku bunga pada Juli. Investor kini lebih cenderung memprediksi penurunan suku bunga pada September, dengan peluang mencapai 60,6% menurut CME FedWatch.
Kenaikan tarif impor oleh Presiden Trump, khususnya kenaikan tarif impor barang dari Kanada menjadi 35%, menyebabkan penurunan signifikan di Wall Street. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq mengalami penurunan, dengan sektor keuangan dan material mengalami kerugian terbesar. Ancaman kenaikan tarif lebih lanjut ke negara lain menambah ketidakpastian pasar.
Penurunan ini terjadi di tengah antisipasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan Amerika yang akan dipengaruhi oleh gejolak perdagangan. Investor juga menantikan rilis data ekonomi penting minggu depan, termasuk data inflasi dan penjualan ritel, yang akan memengaruhi ekspektasi terhadap penurunan suku bunga. Suasana pasar secara keseluruhan tetap lesu.