TOBA Tolak WTE Danantara: Pilih Ekspansi Global, Strategi Baru?

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menegaskan komitmennya untuk berfokus pada perluasan ekspansi bisnis hijau ke pasar internasional, khususnya dalam sektor pengelolaan limbah. Keputusan strategis ini mengindikasikan bahwa emiten tersebut tidak akan memprioritaskan partisipasinya dalam proyek waste-to-energy (WTE) yang diinisiasi oleh BPI Danantara di Indonesia.

Mirza Rinaldy Hippy, SVP Corporate Finance and Investor Relations PT TBS Energi Utama Tbk, menjelaskan bahwa inisiasi bisnis manajemen limbah TBS telah dimulai sejak tahun 2018 dan secara konsisten menunjukkan kinerja yang nyata serta makin menjanjikan. Potensi pasar Asia Tenggara dianggap sangat menarik bagi bisnis pengelolaan limbah, mendorong TBS untuk membentuk platform pengolahan limbah regional melalui ekspansi ke kancah internasional.

Pada tahun 2023, TOBA telah melakukan ekspansi bisnis ke pasar Asia Tenggara melalui akuisisi Asia Medical Enviro Services, diikuti oleh akuisisi CORA Environment pada tahun 2025. Kemajuan signifikan dalam bisnis pengelolaan limbah ini menjadi keuntungan sekaligus peluang bagi TBS. “Bisnis pengolahan limbah di pasar internasional Asia Tenggara memiliki potensi menarik. Sehingga keikutsertaan dalam proyek waste-to-energy Danantara tidak menjadi prioritas bagi TBS. Saat ini TBS sedang menjajaki peluang investasi dan akuisisi bisnis hijau di pasar regional, seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand,” papar Mirza dalam penjelasannya pada Rabu (29/10).

Selain melalui akuisisi, perseroan juga aktif melakukan ekspansi secara organik. Hal ini ditunjukkan dengan investasi belanja modal untuk penambahan kapasitas pengelolaan dan penambahan fasilitas daur ulang yang berlokasi di Singapura. CORA Environment, yang sebelumnya dikenal sebagai SembWaste dan Sembcorp Environment sebelum diakuisisi TOBA di awal tahun, dipersiapkan sebagai salah satu jangkar bisnis utama perseroan setelah sepenuhnya meninggalkan bisnis batubara pada tahun 2030 mendatang. Sebagai pemain regional yang berbasis di Singapura dengan fokus pada ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah, TOBA memiliki kapabilitas yang kuat di sektor ini.

Sebelumnya, Danantara menyatakan bahwa lebih dari 120 perusahaan telah menunjukkan minat untuk mengikuti tender waste-to-energy dalam bentuk Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL). Proyek ini rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun, dengan tahap awal yang mencakup pembangunan 10 PSEL di sepuluh kota di Indonesia.

Pernyataan manajemen TOBA tersebut juga bertujuan untuk meluruskan berbagai rumor yang beredar mengenai potensi keuntungan TOBA dalam proyek WTE Danantara. Rumor ini berkembang karena salah satu petinggi Danantara, Pandu Sjahrir, yang menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO), sebelumnya merupakan Wakil Direktur Utama TOBA sebelum mengundurkan diri untuk fokus mengurus Danantara.

Analis Mirae Sekuritas, Farras Farhan, menilai bahwa secara kapabilitas dan kapasitas, TOBA sangat layak untuk mengikuti tender Danantara. Namun, Farras menambahkan, “Ketidakikutsertaan TBS dalam tender proyek WTE Danantara merupakan bentuk kedisiplinan good governance yang dapat menganulir terbentuknya persepsi conflict of interest mengingat eks-wadirut sekarang menjabat CIO Danantara.” Ia juga menilai keputusan TBS untuk tidak mengikuti tender Danantara tidak berarti mengurangi minat perusahaan di sektor waste-to-energy, melainkan menunjukkan fokus strategis TBS untuk memperkuat portofolio bisnis yang sudah matang di pasar internasional.

Bisnis masa depan TOBA terus menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan. Hingga September 2025, segmen pengelolaan limbah berhasil menyumbang pendapatan sebesar US$ 111,92 juta, setara dengan sekitar 39% dari total pendapatan konsolidasi, serta 88% dari adjusted EBITDA. Porsi bisnis WTE ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara keseluruhan, pendapatan konsolidasian TOBA sepanjang sembilan bulan pertama 2025 tercatat sebesar US$ 288,2 juta, mengalami penurunan 14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa perseroan masih terdampak oleh penurunan harga batubara, yang mengakibatkan penurunan pendapatan. “Kinerja kita di kuartal III tahun ini memang masih terdampak dari harga batubara, tapi kita tidak hanya berdiam diri sehingga kita masih bisa menjaga adjusted EBITDA tetap positif US$ 31,8 juta,” kata Juli dalam paparan kinerja kuartal III-2025 di Jakarta, Selasa (28/10). Ia juga menegaskan bahwa tahun 2025 menjadi momentum penting bagi TBS untuk semakin memperkuat fondasi bisnis hijau perusahaan.

Menurut Farras, TOBA merupakan perusahaan yang paling tegas dalam melakukan transformasi bisnis, beralih dari bisnis batubara ke sektor ESG (Environmental, Social, and Governance) dan keberlanjutan. Sementara perusahaan batubara lainnya mengembangkan bisnis ESG, mereka seringkali tetap mempertahankan pengembangan bisnis batubara. “Investor asing yang fokus pada portofolio green energy dan ESG akan menyukai perusahaan seperti TOBA. Tentunya transformasi ini akan menjadi katalis positif bagi TOBA di mata investor global,” ujarnya, menggarisbawahi daya tarik strategis TOBA di pasar investasi global.

Ringkasan

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menegaskan tidak akan memprioritaskan partisipasinya dalam proyek waste-to-energy (WTE) Danantara di Indonesia. Keputusan strategis ini mencerminkan komitmen TOBA untuk fokus pada perluasan bisnis hijau, terutama pengelolaan limbah, ke pasar internasional di Asia Tenggara yang memiliki potensi menarik. Selain itu, langkah ini juga bertujuan untuk meluruskan rumor dan menghindari persepsi konflik kepentingan, mengingat mantan petinggi TOBA kini menjabat di Danantara.

Sejak 2023, TOBA telah mengakuisisi Asia Medical Enviro Services dan CORA Environment sebagai bagian dari ekspansi globalnya, serta melakukan investasi organik di Singapura. Bisnis pengelolaan limbah telah menunjukkan kinerja yang signifikan, menyumbang 39% dari total pendapatan konsolidasi dan 88% dari adjusted EBITDA perusahaan hingga September 2025. Transformasi bisnis ini menegaskan strategi TOBA untuk sepenuhnya beralih dari batubara ke sektor ESG pada 2030, memperkuat posisinya di pasar global.

You might also like