Timah TINS Ketiban Rezeki Nomplok: 6 Smelter Sitaan Negara!

MNCDUIT.COM JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) memberikan respons resmi terkait penyerahan masif aset rampasan negara berupa enam smelter timah, sejumlah alat berat, dan logam timah. Penyerahan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kejaksaan Agung ini menjadi sorotan utama di sektor pertambangan.

Sebelumnya, enam unit smelter tersebut diketahui merupakan aset yang disita oleh negara sebagai bagian dari penanganan aktivitas tambang ilegal di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik TINS di Kepulauan Bangka Belitung. Insiden ini menggarisbawahi komitmen pemerintah dalam menertibkan praktik pertambangan ilegal dan mengembalikan aset negara.Img BB1lLlpD

Estimasi nilai dari aset sitaan berupa enam smelter tersebut mencapai angka fantastis, yakni Rp 6 triliun hingga Rp 7 triliun. Angka ini belum termasuk potensi kandungan tanah jarang (rare earth) atau monasit yang terdapat di dalamnya, yang nilainya disinyalir bisa jauh lebih besar, bahkan mencapai US$ 200.000 per ton untuk monasit.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, Fina Eliani, menjelaskan bahwa saat ini TINS masih menanti rampungnya proses pelimpahan aset-aset tersebut agar sepenuhnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, perusahaan sedang aktif melakukan kajian mendalam sekaligus menginventarisasi aset-aset sitaan negara yang nantinya akan diserahkan kepada perusahaan.

Zulhas: BBM Campuran Etanol 10% Wajib Mulai Tahun Depan

“Kami perlu menyusun mekanisme yang komprehensif atas pengelolaan aset-aset tersebut. Oleh karena itu, kami belum bisa menyampaikan potensi kontribusinya secara spesifik bagi kinerja perusahaan pada tahun 2026,” kata Fina dalam paparannya di publik insidental, Rabu (15/10).

Secara teoretis, akuisisi aset berupa enam smelter ini diproyeksikan akan membawa dampak positif signifikan. Hal ini akan secara langsung meningkatkan kapasitas produksi dan peleburan timah, yang pada gilirannya akan mendukung penguatan kinerja operasional dan keuangan TINS di masa mendatang.

Lebih lanjut, Fina juga mengungkapkan bahwa TINS saat ini tengah menyusun rencana kerja untuk tahun 2026, berkolaborasi dengan MIND ID dan pemerintah melalui Kementerian ESDM. Dalam rencana ini, pihak TINS ditargetkan dapat mencapai volume produksi bijih timah dan logam timah yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meskipun angka pastinya masih dalam tahap pembahasan intensif.

Mengacu pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025, TINS menargetkan produksi bijih timah sebanyak 21.500 ton Sn pada tahun berjalan ini. Selain itu, perusahaan juga membidik produksi logam timah sebesar 21.545 metrik ton, dengan volume penjualan yang ditargetkan mencapai 19.065 metrik ton sepanjang tahun 2025.

Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, memberikan pandangannya bahwa pelimpahan aset berupa smelter ini akan menjadi katalis positif yang kuat bagi TINS dalam jangka menengah. Menurutnya, kapasitas pengolahan timah oleh TINS berpotensi meningkat drastis apabila aset-aset tersebut berhasil diintegrasikan secara efektif dengan fasilitas operasional eksisting perusahaan.

Namun, Wafi juga memberikan catatan penting agar TINS berhati-hati. Perusahaan akan memerlukan investasi tambahan yang tidak sedikit untuk reaktivasi dan perawatan smelter-smelter tersebut agar berfungsi optimal. “Jadi, dampak positifnya tidak akan langsung terasa secara instan, namun potensi pertumbuhan yang besar sangat terbuka untuk tahun 2026 dan seterusnya,” jelas Wafi, Rabu (15/10).

Berdasarkan analisisnya, Wafi merekomendasikan untuk hold saham TINS dengan target harga pada level Rp 3.000 per saham.

Dana Pensiun BTN Bukukan Pertumbuhan Investasi 17,98% per September 2025

Ringkasan

PT Timah Tbk (TINS) menerima penyerahan enam smelter timah, sejumlah alat berat, dan logam timah yang merupakan aset sitaan negara dari aktivitas tambang ilegal di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik TINS. Estimasi nilai aset smelter mencapai Rp 6-7 triliun, belum termasuk potensi kandungan tanah jarang. TINS saat ini tengah menanti rampungnya proses pelimpahan aset serta melakukan kajian dan inventarisasi mendalam.

Secara teoretis, akuisisi aset ini diproyeksikan akan meningkatkan kapasitas produksi dan peleburan timah, mendukung penguatan kinerja operasional dan keuangan TINS di masa mendatang, khususnya mulai tahun 2026. Analis menilai ini sebagai katalis positif yang kuat, meski TINS memerlukan investasi tambahan untuk reaktivasi dan perawatan smelter agar berfungsi optimal.

You might also like