The Fed Cemas! Ekonomi AS Melambat, Resesi Mengintai?

MNCDUIT.COM, JAKARTA — Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed, baru-baru ini menggarisbawahi perlambatan ekonomi yang terjadi di negara tersebut, sekaligus memandang tingginya tingkat ketidakpastian, termasuk ketika kebijakan tarif yang diprakarsai oleh mantan Presiden Donald Trump berlaku.

Dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada 29—30 Juli 2025, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan mereka pada kisaran 4,25%—4,50%. Keputusan ini mencerminkan kehati-hatian bank sentral dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik yang bergejolak.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, mengungkapkan bahwa komite telah merevisi turun pandangan mereka terhadap prospek ekonomi AS. Meskipun pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II/2025 tercatat mencapai 3%, rata-rata pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I/2025 hanya berada di angka 1,25%. Angka ini menyoroti adanya perlambatan yang signifikan.

“Meskipun fluktuasi ekspor neto terus memengaruhi data, indikator terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi melambat pada paruh pertama tahun ini,” ujar Powell dalam konferensi pers FOMC pada Rabu (30/7/2025) waktu AS, atau Kamis (31/7/2025) dini hari waktu Indonesia. Menurutnya, moderasi pertumbuhan ini sebagian besar disebabkan oleh perlambatan belanja konsumen. Powell juga secara tegas menyoroti bahwa ketidakpastian dalam prospek ekonomi masih sangat tinggi.

“Bagi saya, dan hampir seluruh komite, perekonomian tidak berjalan seolah-olah kebijakan restriktif menahannya secara tidak tepat,” tambahnya. Sebagian besar pembuat kebijakan di The Fed berpendapat bahwa penundaan penurunan suku bunga sangat krusial untuk mengukur dampak kebijakan tarif terhadap inflasi. Mereka juga menekankan bahwa pasar tenaga kerja yang masih kuat telah memberikan ruang bagi The Fed untuk tetap bersabar dalam mengambil keputusan.

Para pejabat mengabaikan anggapan bahwa ketidakpastian atas prospek ekonomi telah berkurang, justru menegaskan kembali pandangan bahwa ketidakpastian tersebut masih tetap tinggi. Powell lebih lanjut menyampaikan bahwa seluruh jajaran dewan gubernur The Fed tetap fokus pada pencapaian dua tujuan utama mereka, yaitu penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan stabilitas harga, demi kepentingan seluruh warga AS.

“Kami yakin bahwa sikap kebijakan moneter saat ini menempatkan kami pada posisi yang tepat untuk merespons potensi perkembangan ekonomi secara tepat waktu,” tegasnya. Powell juga menjelaskan bahwa inflasi, meskipun telah menurun secara signifikan dari puncaknya pada pertengahan 2022, masih sedikit lebih tinggi dari target jangka panjang The Fed sebesar 2%.

Dilansir dari Bloomberg, pernyataan kebijakan yang dirilis setelah FOMC pada 29—30 Juli 2025 menunjukkan bahwa sebanyak 9 anggota dewan gubernur The Fed memilih untuk mempertahankan suku bunga, sementara dua lainnya menilai perlu adanya pelonggaran moneter. Ini menandai kali pertama sejak tahun 1993, terdapat dua anggota yang secara terang-terangan menentang keputusan komite.

Komite Federal Open Market (FOMC) The Fed terdiri dari tujuh gubernur dan lima dari dua belas presiden bank cadangan regional (regional reserve bank presidents). Dua orang yang berpendapat perlunya penurunan suku bunga The Fed dalam FOMC Juli 2025 adalah Wakil Ketua Pengawas Michelle Bowman dan Gubernur Christopher Waller. Keduanya dikenal sebagai pejabat yang ditunjuk oleh Presiden AS Donald Trump ke jajaran anggota dewan gubernur, dan bahkan disebut-sebut sebagai kandidat potensial pengganti Jerome Powell di masa depan.

Ringkasan

Bank sentral AS, The Fed, mencatat perlambatan ekonomi yang signifikan dan tingkat ketidakpastian tinggi di Amerika Serikat. Prospek ekonomi AS direvisi turun, dengan pertumbuhan semester I/2025 rata-rata hanya 1,25%, terutama akibat moderasi belanja konsumen. Dalam pertemuan FOMC Juli 2025, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada 4,25%—4,50% sebagai langkah kehati-hatian.

Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa komite berpendapat penundaan penurunan suku bunga krusial untuk mengukur dampak kebijakan tarif terhadap inflasi, didukung oleh pasar tenaga kerja yang kuat. Meskipun inflasi telah menurun, target 2% The Fed belum sepenuhnya tercapai. Keputusan mempertahankan suku bunga ini mencatat adanya perbedaan pandangan, di mana dua anggota memilih pelonggaran moneter, menandai perbedaan pendapat yang jarang terjadi sejak 1993.

You might also like