Tesla Terjun Bebas! Wall Street Panik Imbas Konflik Trump-Musk

MNCDUIT.COM NEW YORK. Wall Street menutup perdagangan hari Kamis (6/6) dengan catatan yang lebih rendah. Pergerakan pasar saham yang fluktuatif ini diwarnai oleh anjloknya saham Tesla, meskipun ada secercah harapan dari kemajuan dalam pembicaraan tarif antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping.

Secara rinci, Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 108,00 poin, atau 0,25%, dan berakhir di angka 42.319,74. Sementara itu, S&P 500 terpangkas 31,51 poin, atau 0,53%, menjadi 5.939,30. Nasdaq Composite juga mengalami penurunan signifikan, yakni sebesar 162,04 poin, atau 0,83%, dan bertengger di posisi 19.298,45.

Penurunan tajam saham Tesla menjadi sorotan utama. Saham produsen mobil listrik ini terjun bebas lebih dari 14% dalam perdagangan yang sangat aktif. Pemicunya adalah perseteruan terbuka yang semakin memanas antara CEO Tesla, Elon Musk, dan Presiden Trump.

Wall Street Turun Tajam, Dibayangi Kekhawatiran Resesi

Performa Wall Street dalam beberapa hari terakhir kurang menggembirakan, dengan penurunan terjadi dalam empat dari lima sesi terakhir. Kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan publik menyusut sekitar US$ 150 miliar setelah Trump dan Musk terlibat dalam perang kata-kata yang sengit.

Musk belakangan ini memang gencar mengkritik kebijakan pajak besar-besaran yang digagas Trump. Di sisi lain, Trump menuduh Musk merasa kesal karena undang-undang tersebut menghilangkan insentif pajak untuk pembelian kendaraan listrik.

“Dampak negatifnya terhadap saham Tesla sangat jelas,” ujar Mark Spiegel, manajer portofolio di Stanphyl Capital. “Namun, saya tidak melihat dampak signifikan dari kejadian ini terhadap pasar lain, selain dampaknya yang kecil pada indeks dan dana indeks. Pasar saham secara keseluruhan memiliki banyak masalah, dan Tesla hanyalah salah satunya.”

Sebelumnya, perhatian investor sempat tertuju pada berita positif mengenai undangan yang saling dilayangkan antara Trump dan Xi Jinping untuk berkunjung ke negara masing-masing. Informasi ini terungkap dari ringkasan percakapan telepon antara kedua pemimpin negara yang dirilis di AS dan China pada hari Kamis.

Wall Street Akhir Pekan: Dow Naik 0,13%, S&P 500 Turun 0,01%, Nasdaq Melemah 0,32%

Namun, ketegangan baru terkait sengketa mineral penting kembali membayangi. Sengketa ini berpotensi merusak gencatan senjata perdagangan yang rapuh antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut.

“Pergerakan pasar baru-baru ini menjadi indikasi lebih lanjut bahwa dengan perubahan kebijakan ekonomi, serta sensitivitas geopolitik dan berita utama yang meningkat, pasar ekuitas akan ditandai dengan volatilitas dan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan siklus sebelumnya,” kata Katherine Bordlemay, salah satu kepala manajemen portofolio klien Amerika untuk ekuitas fundamental di GSAM.

Selain itu, data sektor jasa dan penggajian swasta AS yang lebih lemah dari perkiraan yang dirilis pada hari Rabu turut memicu kekhawatiran tentang potensi perlambatan ekonomi akibat ketidakpastian perdagangan. Investor kini menantikan laporan penggajian nonpertanian yang akan dirilis pada hari Jumat.

Data klaim pengangguran awal yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran terus meningkat selama dua minggu berturut-turut.

Presiden Bank Sentral Federal Kansas City, Jeff Schmid, juga menyampaikan kekhawatiran bahwa tarif dapat memicu kembali inflasi. Ia memperingatkan bahwa tekanan harga ke atas mungkin akan terlihat dalam beberapa bulan mendatang, meskipun dampaknya dalam jangka panjang masih belum sepenuhnya diketahui.

Hanya dengan Satu Tweet Enam Kata, Elon Musk Buat Saham Tesla Anjlok Rp 221 Triliun

Komentar Schmid mengisyaratkan bahwa ia cenderung untuk mempertahankan suku bunga kebijakan Fed tetap stabil pada pertemuan 17-18 Juni, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, ia juga membuka kemungkinan perubahan kebijakan di masa mendatang.

Meskipun Trump terus menyerukan penurunan suku bunga, Ketua Fed Jerome Powell sejauh ini memilih untuk mempertahankan kebijakan yang ada, sambil menunggu data lebih lanjut untuk memandu keputusan kebijakan di tengah volatilitas tarif yang masih berlangsung.

Pada bulan Mei, ekuitas AS sempat mengalami reli yang signifikan. Indeks S&P 500 dan Nasdaq, yang didominasi oleh saham-saham teknologi, mencatat persentase kenaikan bulanan terbesar sejak November 2023, berkat pelunakan sikap Trump terhadap perdagangan dan laporan laba perusahaan yang optimis.

Di sisi lain, Brown-Forman mengalami penurunan tajam hampir 18% setelah produsen Jack Daniel’s tersebut memperkirakan penurunan pendapatan dan laba tahunan.

Saham Palantir Bersinar, Tesla Terpukul: Potret Wall Street di Bawah Trump

Procter & Gamble mengumumkan rencana untuk memangkas 7.000 pekerjaan, atau sekitar 6% dari total tenaga kerjanya, selama dua tahun ke depan sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan. Saham perusahaan barang konsumsi ini turun 1,9%.

Volume perdagangan di bursa AS relatif ringan, dengan 17,3 miliar saham berpindah tangan, dibandingkan dengan rata-rata 17,9 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya.

Jumlah saham yang mengalami penurunan lebih banyak dibandingkan saham yang naik dengan rasio 1,11 banding 1 di NYSE. Terdapat 253 harga tertinggi baru dan 49 harga terendah baru di NYSE.

Di Nasdaq, jumlah saham yang menurun melampaui saham yang naik dengan rasio 1,48 banding 1.

S&P 500 mencatatkan 16 harga tertinggi baru dalam 52 minggu dan tiga harga terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 63 harga tertinggi baru dan 42 harga terendah baru.

Ringkasan

Wall Street mengalami penurunan pada hari Kamis, dipicu oleh anjloknya saham Tesla sebesar lebih dari 14%. Penurunan ini dipicu oleh perseteruan terbuka antara CEO Tesla, Elon Musk, dan Presiden AS, Donald Trump, terkait kebijakan pajak dan insentif kendaraan listrik. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite mengalami penurunan signifikan.

Selain perseteruan Musk-Trump, kekhawatiran resesi juga membayangi dengan data sektor jasa dan penggajian swasta AS yang lebih lemah dari perkiraan. Ketegangan terkait sengketa mineral penting antara AS dan China berpotensi merusak gencatan senjata perdagangan. Investor menantikan laporan penggajian nonpertanian dan terus memantau komentar dari pejabat The Fed terkait suku bunga dan inflasi.

You might also like