
MNCDUIT.COM JAKARTA. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), di bawah manajemen barunya, mengumumkan rencana ambisius untuk melakukan transformasi bisnis secara menyeluruh. Langkah strategis ini akan melibatkan penyederhanaan struktur grup dan pelepasan bisnis non-inti, demi menciptakan fokus yang lebih tajam dan efisiensi operasional.
Saat ini, Telkom tercatat memiliki sekitar 60 anak usaha, sebuah jumlah yang dinilai perlu dirampingkan. Telkom berencana melakukan penyederhanaan signifikan melalui serangkaian langkah seperti merger, divestasi, atau pengalihan bisnis dan lisensi kepada anak usaha lainnya. Tujuannya adalah untuk mengkonsolidasikan kekuatan dan sinergi dalam grup.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Arthur Angelo Syailendra, menjelaskan rincian kepemilikan. Dari total anak usaha, 49 di antaranya berperan sebagai pengendali bagi TLKM. Selain itu, terdapat enam perusahaan di mana TLKM memiliki saham mayoritas namun bukan sebagai pengendali, dan lima perusahaan dengan kepemilikan minoritas. Sebagai contoh kepemilikan minoritas, Telkom memiliki saham di PT Pefindo Biro Kredit melalui anak usahanya, PT Sigma Cipta Caraka atau Telkomsigma.
“Kami ingin mulai gabungkan agar lebih terstruktur dan terarah. Dari segi purchasing power kami ke vendor juga akan lebih bagus. Ini yang akan kami konsolidasikan,” jelas Arthur pada Selasa (12/8). Konsolidasi ini diharapkan tidak hanya merapikan struktur, tetapi juga meningkatkan daya tawar Telkom dalam setiap transaksi dengan vendor.
Salah satu contoh nyata dari upaya penyederhanaan yang sudah dilakukan adalah perampingan produk Telkomsel. Jumlah SKU (Stock Keeping Unit) yang semula mencapai 6.000 telah disederhanakan drastis menjadi 400 SKU. Ke depan, jumlah SKU ini bahkan akan dirampingkan lebih lanjut hingga mencapai 200 SKU.
Telkom menargetkan pengurangan anak usaha menjadi sekitar 22 entitas untuk menghilangkan redundansi dan tumpang tindih. Langkah ini merupakan arahan strategis dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. “Kami sudah mulai akan selesai dalam dua sampai ketiga tahun ke depan. Harapannya akan selesai di akhir 2027,” ungkap Arthur, yang akrab disapa Lolo.
Ke depan, TLKM akan lebih selektif dalam berinvestasi, dengan fokus pada bisnis-bisnis berskala besar yang membutuhkan pendanaan jumbo. Pendekatan ini juga bertujuan untuk membatasi jumlah anak usaha agar tidak terlalu banyak dan terpecah fokusnya. Misalnya, jika ada potensi besar seperti pembangunan data center berkapasitas 40 MegaWatt atau pengembangan teknologi Low Earth Orbit (LEO), serta investasi besar lainnya, TLKM akan mempertimbangkan untuk berinvestasi secara serius.
“Kalau investasi di bisnis yang EBITDA hanya US$10 juta, kami sudah tidak bermain di situ. Sekarang kami mau fokus kepada bisnis besar yang signifikan,” pungkas Arthur. Pergeseran fokus investasi ini menunjukkan komitmen Telkom untuk bertransformasi menjadi entitas bisnis yang lebih ramping, efisien, dan berorientasi pada proyek-proyek berdampak besar.
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sedang melakukan transformasi bisnis menyeluruh dengan merampingkan struktur grup dan melepaskan bisnis non-inti. Dari sekitar 60 anak usaha, Telkom berencana menguranginya menjadi sekitar 22 entitas melalui merger, divestasi, atau pengalihan bisnis. Langkah ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan kekuatan, meningkatkan efisiensi operasional, dan daya tawar terhadap vendor.
Penyederhanaan ini juga terlihat dari perampingan SKU Telkomsel secara drastis. Ke depan, Telkom akan lebih selektif dalam berinvestasi, berfokus pada bisnis berskala besar yang membutuhkan pendanaan signifikan seperti pembangunan pusat data atau pengembangan teknologi LEO. Telkom menargetkan penyelesaian transformasi ini pada akhir tahun 2027, menunjukkan komitmennya menjadi entitas bisnis yang lebih ramping dan efisien.