Superbank IPO Desember 2025: Analisis Kinerja & Prospek Saham

Img AA1Q3jM0

MNCDUIT.COM – JAKARTA — PT Super Bank Indonesia, atau yang lebih dikenal sebagai Superbank, sebuah bank digital yang tengah menarik perhatian pasar modal, dikabarkan akan menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) pada Desember 2025. Rumor ini memicu spekulasi luas di kalangan investor dan analis keuangan.

Berdasarkan dokumen prospektus awal yang beredar, Superbank berencana melepas sebanyak-banyaknya 5,2 miliar saham biasa Seri A. Jumlah ini setara dengan 15% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh pasca-IPO, dengan nilai nominal Rp100 per saham. Kisaran harga penawaran diperkirakan antara Rp500 hingga Rp1.030 per saham, yang berpotensi menghimpun dana segar hingga Rp5,36 triliun jika penawaran mencapai batas atas.

Menanggapi kabar santer mengenai IPO tersebut, pihak Superbank memilih untuk tidak berkomentar. Manajemen menegaskan kepada Bisnis, seperti dikutip pada Sabtu (8/11/2025), bahwa fokus utama mereka adalah menjaga kinerja yang solid melalui inovasi solusi keuangan, memperluas basis nasabah, serta memperkuat kolaborasi dengan ekosistem terpercaya untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia.

Terlepas dari rumor IPO, bagaimana sebenarnya performa Superbank saat ini? Merujuk pada laporan keuangan yang telah dipublikasikan, Superbank menunjukkan pembalikan kinerja yang signifikan. Pada kuartal III/2025, bank digital ini berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp60,13 miliar, berbalik dari posisi rugi Rp285,74 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Peningkatan laba bersih ini didorong oleh lonjakan pendapatan bunga yang luar biasa, mencapai Rp1,49 triliun hingga kuartal III/2025. Angka ini melonjak 229,24% dibandingkan dengan Rp455,02 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Meskipun beban bunga juga meningkat menjadi Rp397,09 miliar (naik 609% dari Rp56,01 miliar), pendapatan bunga bersih Superbank tetap tumbuh impresif menjadi Rp1,1 triliun, atau 175,94% lebih tinggi dibandingkan Rp399,01 miliar pada kuartal III/2024. Di sisi lain, kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) juga tercatat naik menjadi Rp258,36 miliar, meningkat 242,6% dari Rp75,39 miliar.

Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit Superbank mencatat pertumbuhan yang kuat sebesar 84,4%, mencapai Rp9,03 triliun dibandingkan Rp4,89 triliun pada kuartal III/2024. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kredit juga meningkat 48,1%, dari Rp327,32 miliar menjadi Rp484,77 miliar.

Kondisi neraca Superbank juga menunjukkan penguatan. Total aset perseroan melonjak 70,17% menjadi Rp16,54 triliun per September 2025, dibandingkan Rp9,71 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan aset ini sebagian besar ditopang oleh kenaikan dana pihak ketiga (DPK) yang meroket 203,01% menjadi Rp9,81 triliun, dari sebelumnya Rp3,23 triliun pada kuartal III/2024. Komposisi CASA (current account saving account) atau dana murah juga tumbuh signifikan sebesar 113,08%, mencapai Rp2,05 triliun dari Rp964,34 miliar.

Sementara itu, total liabilitas Superbank tercatat Rp11,12 triliun, meningkat drastis 154,92% dari Rp4,36 triliun pada kuartal III/2024. Di sisi lain, total ekuitas menunjukkan pertumbuhan tipis 1,14% menjadi Rp5,41 triliun dibandingkan Rp5,35 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Optimalisasi penggunaan modal tercermin dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang turun menjadi 65,91% dari 135,24% pada tahun sebelumnya. Kualitas aset juga membaik, terlihat dari aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif yang turun menjadi 1,45% dari 1,58%, serta cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) terhadap aset produktif yang menurun menjadi 3,27% dari 3,52%. NPL gross juga menunjukkan penurunan menjadi 2,83% dari 3,32%, meskipun NPL net sedikit meningkat ke 1,21% dibandingkan 0,57% pada periode yang sama tahun lalu.

Profitabilitas Superbank

Dari sisi profitabilitas, Superbank mencatat peningkatan yang impresif. Return on Asset (ROA) naik ke 0,75% dari posisi negatif 5,45%, sementara Return on Equity (ROE) membaik menjadi 1,66% dari negatif 7,80%. Efisiensi operasional juga terlihat membaik tajam dengan rasio BOPO yang turun menjadi 94,69% dari 159,37%, serta cost to income ratio (CIR) yang menurun signifikan menjadi 70,14% dari 149,65%. Adapun Net Interest Margin (NIM) tumbuh menjadi 10,64% dari 7,81%, sementara Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat 92,06%, menurun dari 151,21%, menunjukkan pengelolaan likuiditas yang lebih baik.

Jika rumor IPO ini terealisasi sesuai dokumen prospektus, masa penawaran awal (bookbuilding) diperkirakan berlangsung antara 17 hingga 24 November 2025, dengan tanggal efektif pada 3 Desember 2025. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 11 Desember 2025. Langkah strategis ini berpotensi menjadi salah satu aksi korporasi terbesar dan paling dinanti di sektor bank digital sepanjang tahun, menandai babak baru bagi Superbank di pasar modal.

Ringkasan

Superbank dikabarkan akan menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) pada Desember 2025, berencana melepas 5,2 miliar saham Seri A dengan potensi menghimpun dana hingga Rp5,36 triliun. Pihak manajemen Superbank memilih untuk tidak berkomentar mengenai rumor tersebut, menyatakan fokus pada inovasi dan perluasan ekosistem. Meskipun demikian, Superbank menunjukkan pembalikan kinerja signifikan pada kuartal III/2025 dengan membukukan laba bersih Rp60,13 miliar, berbalik dari posisi rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan laba ini didorong oleh lonjakan pendapatan bunga bersih sebesar 175,94% menjadi Rp1,1 triliun serta pertumbuhan penyaluran kredit 84,4% mencapai Rp9,03 triliun. Total aset perseroan melonjak 70,17% menjadi Rp16,54 triliun, sebagian besar ditopang oleh kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 203,01%. Rasio profitabilitas seperti Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) juga membaik, serta efisiensi operasional terlihat dari penurunan rasio BOPO dan Cost to Income Ratio (CIR).

You might also like