
MNCDUIT.COM – Pergerakan bursa saham Amerika Serikat, Wall Street, pada Rabu (11/6) berakhir dengan Indeks S&P 500 melemah. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran investor yang terus meningkat terhadap ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Meskipun demikian, ada secercah harapan dari laporan inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi, sedikit meredakan kekhawatiran akan tekanan harga yang mungkin timbul akibat kebijakan tarif. Di saat yang sama, para pelaku pasar juga dengan cermat menanti rincian lebih lanjut dari pembicaraan dagang krusial antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Sebelumnya, Wall Street sempat dibuka menguat setelah data inflasi Mei menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan. Namun, sentimen positif itu tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan Reuters, Indeks S&P 500 akhirnya ditutup melemah 0,27% ke level 6.022,24. Senada, Indeks Nasdaq juga merosot 0,50% ke 19.615,88, sementara Dow Jones Industrial Average nyaris tidak bergerak, stagnan di 42.865,77.
Dari sebelas sektor utama dalam Indeks S&P 500, mayoritas atau tujuh sektor mencatat pelemahan. Sektor konsumer non-primer memimpin penurunan dengan 1,02%, diikuti oleh sektor material yang merosot 0,98%. Perubahan arah di Wall Street, dari penguatan awal menjadi pelemahan, terjadi setelah munculnya kabar bahwa Amerika Serikat tengah bersiap mengevakuasi sebagian stafnya dari kedutaan besar di Irak, menyusul eskalasi risiko keamanan di wilayah tersebut.
Kekhawatiran terhadap geopolitik Timur Tengah semakin diperparah oleh pernyataan seorang pejabat senior Iran. Ia sebelumnya mengancam bahwa Teheran tidak akan ragu menyerang pangkalan militer AS di kawasan tersebut, seandainya negosiasi nuklir menemui kegagalan dan konflik terbuka tak terhindarkan.
Di antara saham-saham utama yang turut membebani Indeks S&P 500, saham Amazon tercatat turun 2%, sedangkan Nvidia melemah 0,8%. Keduanya berkontribusi pada tekanan jual di pasar.
Beralih ke data ekonomi, indeks harga konsumen (IHK) AS pada bulan Mei hanya menunjukkan kenaikan tipis. Ini menjadi sorotan mengingat banyak ekonom sebelumnya memperkirakan inflasi akan meningkat signifikan dalam beberapa bulan ke depan, terutama akibat dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump. Namun, secara tahunan, inflasi utama tercatat sebesar 2,4%, sedikit di bawah perkiraan ekonom yang disurvei Reuters sebesar 2,5%.
“Meskipun ada kekhawatiran bahwa tarif Trump dapat memicu inflasi, laporan ini datang lebih baik dari ekspektasi dan memberikan harapan bahwa The Fed akan memiliki ruang untuk memangkas suku bunga pada tahun ini,” jelas Robert Pavlik, Manajer Portofolio Senior di Dakota Wealth. Pernyataan ini menunjukkan optimisme pasar terhadap kebijakan moneter ke depan.
Optimisme terhadap pemangkasan suku bunga The Fed juga tercermin dari proyeksi alat FedWatch milik CME Group, yang menunjukkan peluang sebesar 70% bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan September mendatang. Seiring dengan itu, perhatian investor tertuju pada perkembangan terbaru dalam perang dagang antara AS dan China.
Dalam perkembangan yang signifikan, Presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China telah “selesai.” Pengumuman ini datang hanya beberapa jam setelah para negosiator dari Washington dan Beijing berhasil menyepakati kerangka kerja untuk menghidupkan kembali gencatan dagang yang sebelumnya rapuh.
Kerangka kesepakatan dagang AS-China ini juga mencakup poin penting mengenai pencabutan pembatasan ekspor mineral rare earth dan komponen industri vital lainnya oleh China. Keberhasilan mencapai kesepakatan ini telah menumbuhkan keyakinan di kalangan investor bahwa Amerika Serikat akan segera merampungkan kesepakatan dagang yang mampu meredakan dampak tarif tinggi dari Trump, yang sebelumnya menjadi beban pasar.
Optimisme ini terlihat dari posisi Indeks S&P 500 yang saat ini diperdagangkan mendekati rekor tertinggi yang dicapai pada Februari lalu. John Praveen, Managing Director di Paleo Leon, Princeton, New Jersey, berkomentar, “Skenario terburuk kemungkinan sudah lewat. Sekarang ini lebih soal bagaimana kedua pihak menyelamatkan muka.” Ia menambahkan, “Mereka memang sudah mencapai kesepakatan. Pertanyaannya tinggal apakah bisa benar-benar diterapkan.”
Meski ada optimisme, detail mengenai tarif masih menjadi perhatian. Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan bahwa kesepakatan tersebut memungkinkan AS untuk tetap mengenakan tarif sebesar 55% atas barang impor dari China. Struktur tarif ini terdiri dari tarif dasar timbal balik 10%, tambahan 20% untuk perdagangan fentanil, dan 25% sebagai kelanjutan dari tarif yang sudah ada sebelumnya. Sebagai respons, China juga akan mengenakan tarif 10% atas barang-barang impor dari AS.
Di tengah pergerakan pasar yang fluktuatif, beberapa saham individu juga mencatat pergerakan signifikan. Saham Tesla naik tipis 0,1% setelah CEO-nya, Elon Musk, menyatakan penyesalan atas unggahan media sosialnya yang dianggap terlalu mengkritik Presiden Trump. Sebaliknya, Saham GitLab, penyedia platform pengembangan perangkat lunak, anjlok hampir 11% menyusul laporan keuangan kuartalan yang mengecewakan investor. Demikian pula, saham pengecer gim GameStop juga turun 5,3% setelah melaporkan penurunan pendapatan pada kuartal pertama.
Secara keseluruhan, pasar saham AS telah menunjukkan reli yang solid dalam beberapa pekan terakhir, berhasil bangkit dari tekanan yang terjadi pada bulan April. Tekanan tersebut utamanya dipicu oleh kebijakan tarif “Hari Pembebasan” yang digulirkan oleh pemerintahan Trump.
Wall Street, khususnya Indeks S&P 500, melemah pada Rabu (11/6) akibat meningkatnya kekhawatiran investor terhadap ketegangan geopolitik di Timur Tengah, menyusul kabar persiapan evakuasi staf AS dari Irak dan ancaman Iran. Indeks S&P 500 ditutup melemah 0,27%, Nasdaq merosot 0,50%, sementara Dow Jones Industrial Average nyaris tidak bergerak. Mayoritas sektor utama dalam Indeks S&P 500 juga mencatat pelemahan signifikan.
Namun, secercah harapan datang dari laporan inflasi AS bulan Mei yang lebih rendah dari ekspektasi, yang sedikit meredakan kekhawatiran harga dan meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini. Selain itu, optimisme pasar juga didorong oleh perkembangan positif dalam pembicaraan dagang AS-China, di mana Presiden Trump mengumumkan bahwa kesepakatan telah “selesai” dengan kerangka kerja untuk menghidupkan kembali gencatan dagang. Meskipun demikian, rincian kesepakatan masih memungkinkan AS untuk tetap mengenakan tarif signifikan atas barang impor dari China.