
MNCDUIT.COM – JAKARTA. Di tengah berbagai tantangan ekonomi dan volatilitas pasar, prospek kinerja emiten produsen crude palm oil (CPO) di Indonesia diperkirakan akan tetap solid sepanjang paruh kedua tahun 2025. Sektor kelapa sawit menunjukkan ketahanan yang kuat, bahkan beberapa emiten telah membukukan kinerja impresif dan berhasil membagikan dividen jumbo sebagai apresiasi atas pencapaian gemilang tahun lalu.
Salah satu contoh nyata adalah PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), yang siap membagikan dividen tunai sebesar Rp 254,39 miliar dari laba tahun buku 2024. Jumlah ini setara dengan Rp 24 per saham, menunjukkan peningkatan dari dividen tahun sebelumnya yang senilai Rp 22 per saham. Kinerja cemerlang DSNG tidak hanya terbatas pada tahun lalu; di kuartal I-2025, laba bersih perusahaan melonjak 60% secara tahunan (YoY) mencapai Rp 367 miliar, sementara pendapatannya tumbuh 20% YoY menjadi Rp 2,7 triliun. Peningkatan signifikan ini turut didukung oleh rata-rata harga jual CPO DSNG yang meningkat 27% menjadi Rp 14.909/kg.
Meskipun demikian, DSNG menargetkan pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO hanya sekitar 5% untuk tahun ini. Direktur DSNG, Jenti, menjelaskan bahwa walaupun target pertumbuhan produksi tidak setinggi tahun lalu, dukungan harga jual CPO yang lebih baik diyakini akan mampu menopang kinerja perusahaan. “Gap pertumbuhan di kuartal I memang besar, tapi kemungkinan tidak akan berlanjut sepanjang tahun,” ujarnya dalam paparan publik pada Kamis (5/6).
Senada dengan DSNG, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) juga memberikan kabar gembira kepada para pemegang sahamnya dengan membagikan dividen sebesar Rp 330 per saham, atau sekitar Rp 600 miliar. Angka ini setara dengan lebih dari 80% laba bersih tahun 2024, dan menunjukkan peningkatan signifikan dari dividen tahun sebelumnya yang hanya Rp 220 miliar. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pun tak ketinggalan, membagikan dividen final Rp 184 per saham dari laba tahun 2024, lebih tinggi dari dividen tahun sebelumnya senilai Rp 165 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, mengamati bahwa hampir seluruh emiten CPO mencatatkan pertumbuhan laba bersih dan average selling price (ASP) yang positif di kuartal I-2025. “ASP masih mengalami kenaikan, hal ini menopang kinerja emiten secara keseluruhan,” katanya pada Jumat (22/6). Lebih lanjut, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa kenaikan dividen ini selaras dengan kinerja positif emiten di tahun lalu dan kuartal I tahun ini. Dividen juga dinilai sebagai insentif menarik yang dapat memikat investor.
DSNG Chart by TradingView
Prospek Saham dan Sentimen Semester II
Memasuki semester II 2025, Azis memperkirakan kinerja emiten CPO akan tetap stabil. Prediksi ini didukung oleh tingginya permintaan domestik, terutama dari sektor biodiesel. Namun, ia juga menyoroti risiko cuaca, seperti musim hujan panjang, yang dapat menghambat produksi. Kondisi ini, pada gilirannya, berpotensi menahan harga CPO di level yang tinggi. Azis mencermati bahwa saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (LSIP) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) telah mencerminkan kinerja fundamentalnya. Untuk TAPG, ia merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 1.020 per saham.
Sementara itu, Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe, melihat tantangan seperti kenaikan pungutan ekspor CPO sebesar 10% yang mulai berlaku Mei lalu, dapat diredam oleh kuatnya permintaan dalam negeri. Kebijakan B40 juga dipandang sangat mendukung permintaan domestik dan berpotensi menekan ekspor, sehingga menjaga harga tetap tinggi di pasar lokal. “Usia tanaman sawit yang melewati masa produktif membuat suplai terbatas, dan harga global bisa stabil tinggi,” jelas Kiswoyo, menyoroti dinamika penawaran dan permintaan.
Kiswoyo juga menyebutkan bahwa stabilnya ekonomi China dan India turut menopang permintaan CPO global. Mengutip Trading Economics, harga CPO saat ini berada di level MYR 4.115 per ton. Ia menilai, emiten dengan profil usia tanaman sawit yang produktif (15–20 tahun), seperti DSNG dan TAPG, akan lebih optimal dalam memetik keuntungan. Kiswoyo merekomendasikan buy untuk TAPG dengan target harga Rp 1.200, DSNG dengan target harga Rp 1.000, LSIP dengan target harga Rp 1.400–Rp 1.800, dan AALI dengan target harga Rp 6.500–Rp 7.500.
Nafan Aji dari Mirae Asset Sekuritas juga turut menyoroti potensi jangka panjang dari kebijakan biodiesel, mulai dari B40 hingga B50. Ia menekankan bahwa di tengah ketidakpastian geopolitik global yang dapat mendorong harga minyak bumi, daya tarik biodiesel sebagai alternatif energi akan semakin meningkat. “Ini bisa menjadi katalis kinerja jangka panjang emiten CPO,” ujarnya, menyoroti prospek keberlanjutan sektor ini. Nafan merekomendasikan add untuk LSIP dengan target harga Rp 1.355 per saham, menegaskan keyakinan terhadap potensi pertumbuhan emiten kelapa sawit.
Prospek kinerja emiten kelapa sawit di Indonesia diperkirakan tetap solid sepanjang paruh kedua 2025, didukung ketahanan sektor yang kuat. Beberapa emiten telah membagikan dividen besar dari laba tahun buku 2024, seperti PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), yang menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Kinerja positif ini didorong oleh pertumbuhan laba bersih dan kenaikan harga jual rata-rata CPO di kuartal I-2025.
Kinerja emiten CPO di semester II 2025 diprediksi stabil, didukung permintaan domestik yang tinggi terutama dari sektor biodiesel. Meskipun ada risiko cuaca yang dapat membatasi produksi, hal ini berpotensi menjaga harga CPO tetap tinggi di pasar. Faktor pendukung lainnya meliputi kuatnya permintaan dalam negeri yang meredam pungutan ekspor, terbatasnya suplai, serta stabilnya ekonomi China dan India. Kebijakan biodiesel jangka panjang juga menjadi katalis positif bagi sektor ini.