
MNCDUIT.COM JAKARTA. Sektor properti kawasan industri di Indonesia masih menghadapi tantangan serius. Kinerja saham beberapa emiten utamanya, seperti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), tercatat masih terkoreksi signifikan sejak awal tahun.
Koreksi harga saham ini terlihat jelas pada pergerakan harian. Saham SSIA misalnya, kini parkir di level Rp 1.120 per saham, anjlok 16,73% secara year to date (YTD). Senada, saham DMAS terpangkas 6,04% YTD menjadi Rp 140 per saham. Sementara itu, KIJA juga tak luput dari tekanan, turun 1,08% YTD ke posisi Rp 184 per saham.
Menurut Andhika Cipta Labora, Analis dari Kanaka Hita Solvera, lesunya kinerja saham emiten properti kawasan industri ini dipicu oleh beragam faktor global, utamanya perang dagang yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Kondisi ini membuat banyak perusahaan menahan diri untuk berekspansi, sehingga investor pun enggan melirik emiten di sektor ini sebagai tujuan investasi mereka. Hal senada juga disampaikan oleh Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, yang menyoroti volatilitas pasar sejak awal tahun akibat kekhawatiran perang tarif, pelemahan rupiah, dan suku bunga tinggi yang menekan minat investasi asing pada kawasan industri.
Kinerja Sejumlah Emiten Kawasan Industri Lesu, Mana yang Masih Menarik Sahamnya?
Meskipun demikian, pelemahan harga saham emiten ini dinilai lebih bersifat spekulatif dan tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja operasional. Baik Andhika maupun Ekky sepakat bahwa valuasi DMAS, SSIA, dan KIJA masih tergolong murah. Ini terlihat dari rasio price to book value (PBV) mereka yang diperdagangkan di bawah 1x, yaitu DMAS 0,89x, SSIA 0,95x, dan KIJA 0,65x. Bahkan, DMAS memiliki rasio price to earning (PER) sekitar 4, menjadikannya sangat menarik untuk investasi jangka menengah. Terbukti, emiten seperti SSIA dan DMAS masih mampu mencatat marketing sales yang stabil atau bahkan meningkat secara tahunan.
Ekky Topan juga menambahkan bahwa saat ini, ketiga saham utama sektor properti kawasan industri tersebut sudah mulai menunjukkan sinyal pembalikan arah. Meski posisi ideal untuk akumulasi saham mereka sebenarnya pada saat koreksi di April 2025, namun secara valuasi, harga SSIA, DMAS, dan KIJA saat ini masih tergolong murah untuk diinvestasikan jangka panjang.
Rekomendasi Saham Emiten Properti Kawasan Industri di Tengah Volatilitas Global
Prospek dan Rekomendasi Saham
Memasuki semester II, prospek emiten properti kawasan industri diproyeksikan akan membaik. Andhika Cipta Labora melihat sentimen positif akan datang dari situasi perang dagang yang lebih kondusif serta pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke level 5,5% pada Mei 2025. Senada, Ekky Topan memproyeksikan kinerja emiten properti kawasan industri akan meningkat pada kuartal II 2025. Katalis positif lainnya mencakup kepastian arah kebijakan ekonomi baru, dorongan hilirisasi, reformasi perizinan, potensi penurunan suku bunga lebih lanjut, penguatan rupiah, serta meningkatnya minat investor pada sektor manufaktur dan data center.
Melihat prospek cerah tersebut, para analis pun memberikan rekomendasi saham yang menarik. Andhika merekomendasikan beli untuk DMAS dengan target harga Rp 148 per saham dan KIJA dengan target harga Rp 196 per saham.
Ekky Topan menyarankan investor untuk memperhatikan saham SSIA, DMAS, dan KIJA dengan target harga masing-masing di Rp 1.285 per saham (SSIA), Rp 170 – Rp 200 per saham (DMAS), dan Rp 200 – Rp 204 per saham (KIJA).
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memberikan rekomendasi trading buy untuk DMAS dengan target harga Rp 145 – Rp 150 per saham, dengan level support di Rp 139 dan resistance Rp 142 per saham. Untuk SSIA, Herditya merekomendasikan speculative buy dengan target harga Rp 1.160 – Rp 1.190 per saham, dengan level support Rp 1.055 dan resistance Rp 1.140 per saham.
Sektor properti kawasan industri di Indonesia, yang diwakili oleh emiten seperti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), menghadapi tantangan serius dengan koreksi signifikan pada harga saham mereka sejak awal tahun. Lesunya kinerja ini terutama disebabkan oleh faktor global seperti perang dagang dan ketidakpastian ekonomi yang menahan ekspansi perusahaan serta tingginya suku bunga. Meskipun demikian, analis menilai pelemahan ini spekulatif karena valuasi emiten masih tergolong murah, terlihat dari rasio PBV di bawah 1x.
Prospek sektor ini diproyeksikan membaik pada semester II, didukung sentimen positif dari situasi perang dagang yang lebih kondusif dan potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. Katalis positif lainnya mencakup dorongan hilirisasi, reformasi perizinan, dan meningkatnya minat pada sektor manufaktur serta pusat data. Para analis merekomendasikan beli atau perhatikan saham DMAS, KIJA, dan SSIA, dengan target harga yang mengindikasikan potensi kenaikan.