
MNCDUIT.COM JAKARTA. Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) tengah tertekan usai Presiden Prabowo Subianto resmi mencabut proyek PIK 2 Tropical Coastland dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Keputusan ini langsung disambut aksi jual, seiring hilangnya salah satu faktor pendorong sentimen positif saham PANI.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Arman menilai, pencabutan proyek tersebut telah menimbulkan tekanan cukup besar terhadap saham PANI. Di akhir perdagangan hari ini, saham PANI ambles 7,80% ke Rp 13.600 dari dibuka 14.750 per saham.
“Hal ini mencerminkan hilangnya regulatory premium yang sebelumnya menopang valuasi tinggi (price to book value 11 kali),” terang Abida kepada Kontan, Senin (13/10/2025).
Tirta Mahakam (TIRT) Siap Mulai Bisnis Angkutan Batubara dan Bauksit di Oktober 2025
Ia menambahkan, tekanan jual juga diperparah oleh rumor pelepasan saham oleh pihak konglomerasi pendukung.
Sebagai informasi, pada 7 Oktober 2025, PT Multi Artha Pratama (MAP) sekaligus pengendali PANI telah melepas 178,23 juta saham PANI seharga total Rp 2,50 triliun. Sehari setelahnya, MAP kembali melepas 6,7 juta saham PANI dengan total nilai penjualan mencapai Rp 100,5 miliar.
Meski begitu, dampak fundamental terhadap bisnis inti PANI dinilai Abida masih terbatas. Sebab, proyek yang dicabut bukan bagian langsung dari portofolio utama perseroan.
“Namun, persepsi risiko regulasi dan politik di kawasan PIK 2 meningkat tajam, menimbulkan credibility gap antara klarifikasi manajemen dan ekspektasi investor,” imbuh Abida.
Dari sisi teknikal, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan menilai, pergerakan PANI saat ini masih cenderung bearish dalam jangka pendek. Namun, ia mencatat bahwa secara fundamental, kinerja PANI masih menunjukkan pertumbuhan.
Di semester I 2025, PANI membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk di sebesar Rp 285,86 miliar atau meningkat dibandingkan Rp 284,87 miliar setahun sebelumnya.
Adapun di periode yang sama, PANI mencatat marketing sales Rp 1,2 triliun. Ini baru mencapai sekitar 22% dari target perseroan di tahun 2025 sebesar Rp 5,3 triliun.
Ke depan, Abida melanjutkan, prospek PANI sangat bergantung pada kemajuan proyek di luar daftar PSN serta pencapaian target marketing sales tahun ini.
Menurut Abida, target penjualan lahan dan unit sebesar Rp 5,3 triliun akan menjadi katalis utama yang menentukan arah harga saham di sisa 2025. “Laporan penjualan kuartal III dan IV akan menjadi tolok ukur utama untuk mengembalikan kepercayaan investor,” tambahnya.
Selain faktor internal, arah saham PANI juga akan dipengaruhi oleh pendanaan dan progres infrastruktur penghubung PIK 2 dengan Bandara Soekarno-Hatta.
Potensi penurunan suku bunga domestik serta kebijakan insentif sektor properti dari pemerintah juga bisa menjadi katalis positif tambahan.
Dari sisi makroekonomi, stabilitas suku bunga global dan potensi insentif pajak properti dari pemerintah turut dapat memberikan ruang positif bagi sektor ini.
Sebaliknya, rumor kepemilikan saham dan isu politik di sekitar proyek PIK 2 masih dapat menjadi penghambat jangka pendek.
Dengan berbagai sentimen ini, Abida memberikan rekomendasi hold untuk saham PANI. Valuasi yang masih tinggi dibandingkan emiten sejenis, dengan price to book value 11 kali dan rata-rata 1,1 kali membuat saham ini belum menawarkan margin of safety yang menarik.
Dengan asumsi pencapaian target penjualan dan meredanya sentimen negatif, target harga PANI dalam 6–12 bulan ke depan berada di kisaran Rp 15.500–Rp16.000.
Jika kinerja membaik lebih cepat dan sektor properti menguat secara makro, potensi kenaikan ke Rp 16.500 tetap terbuka. Sebaliknya, kegagalan memenuhi target fundamental dapat memperpanjang fase konsolidasi PANI di area Rp 13.000–13.200.
Sementara itu, David menyarankan area entry ke saham PANI di Rp 13.000, stoploss di Rp 12.500, dan take profit di Rp 17.000.
Soal UKM hingga Ormas Garap Tambang Bauksit, ABI: Tidak Semudah Itu