
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kabar baik bagi investor yang mengincar cuan dari saham lapis dua! Sejak Juni 2025, pergerakan harga saham lapis dua di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tren yang menggembirakan. Lantas, di antara banyaknya pilihan, saham lapis dua mana saja yang menjanjikan prospek cerah untuk investasi Anda?
Saham lapis dua, yang seringkali disebut sebagai second liners, merupakan saham-saham dengan kapitalisasi pasar menengah hingga kecil namun memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Di BEI, saham-saham ini terhimpun dalam Indeks SMC Liquid, yang menjadi tolok ukur performa mereka.
Data statistik BEI per Selasa (11/6) menunjukkan bahwa Indeks SMC Liquid berada di level 310,358, menguat sebesar 1,8% secara year-to-date (ytd). Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi, mengingat kinerja ini jauh melampaui indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan atau blue chip, yang justru terkoreksi sebesar 1,96% ytd.
Analis sekaligus VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengungkapkan bahwa penguatan indeks SMC Liquid sepanjang tahun ini didorong oleh beberapa faktor kunci.
Pertama, melonjaknya harga komoditas bahan baku, seperti emas, telah memicu kenaikan harga saham-saham terkait. Contohnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang melesat 115,08% ytd dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang naik signifikan sebesar 38,08% ytd.
BYD Rilis Mobil Listrik Baru, Harga Naik, Cek Harga Atto Dolphin M6 Denza Sealion
Kedua, kinerja keuangan kuartal I-2025 yang relatif solid juga menjadi penopang pergerakan indeks. Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih sejumlah emiten, seperti ANTM yang meroket 794% yoy, BTPS naik 17,73% yoy, LSIP naik 45% yoy, TAPG naik 117% yoy, dan BIRD naik 42,8% yoy.
Audi menambahkan bahwa komposisi saham dalam indeks SMC Liquid didominasi oleh sektor barang baku dan energi. Sektor-sektor ini secara langsung diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas, sehingga membuat kinerja indeks SMC lebih solid dibandingkan LQ45 yang banyak diisi oleh saham sektor keuangan. Sektor keuangan saat ini tengah menghadapi perlambatan kinerja akibat tingginya suku bunga dan meningkatnya biaya kredit.
Meskipun demikian, Audi berpendapat bahwa penguatan ini cenderung bersifat tematik, mengindikasikan pergerakan yang dinamis. “Jika pada paruh kedua 2025 terdapat perkembangan positif seperti meredanya dampak kebijakan tarif AS, pemangkasan suku bunga, dan stabilitas ekonomi makro domestik, maka potensi rotasi sektor menuju saham-saham big caps yang menjadi konstituen LQ45 bisa kembali terjadi,” kata Audi kepada Kontan, Rabu (11/6).
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai wajar jika dalam beberapa waktu terakhir kinerja indeks SMC Liquid mampu mengungguli indeks LQ45. Pasalnya, banyak saham dalam indeks ini berasal dari sektor-sektor yang tengah mengalami pemulihan harga sejak awal tahun, seperti sektor energi, properti, dan barang konsumsi.
“Secara sektoral, saham yang berkaitan dengan energi dan bahan baku, saya rasa masih akan mendominasi pergerakan positif dalam jangka pendek. Ini seiring dengan tren harga komoditas yang mulai stabil dan rotasi sektor dari big caps ke second liners yang lebih atraktif dari sisi valuasi dan momentum,” ujar Ekky kepada Kontan, Rabu (11/6).
Sementara itu, Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, menyampaikan bahwa secara keseluruhan, penguatan IHSG yang terjadi beberapa waktu terakhir turut mendorong kenaikan indeks SMC Liquid, mengingat mayoritas konstituen indeks ini merupakan saham-saham lapis dua.
Menurutnya, penguatan tersebut didukung oleh meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China setelah tercapainya kesepakatan tarif, serta membaiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Penurunan suku bunga Bank Indonesia di tengah penguatan rupiah juga menjadi penopang indeks,” jelas Angga kepada Kontan, Rabu (11/6).
Tonton: Izin Operasi di Raja Ampat Dicabut, PT Kawei Masih Terafiliasi dengan Keluarga Aguan
Ekky memperkirakan bahwa indeks IDX SMC Liquid masih berpeluang melanjutkan tren penguatan hingga akhir tahun, terutama jika sentimen positif terhadap sektor energi, properti, dan konsumer tetap terjaga.
Di sisi lain, indeks LQ45 dinilai baru akan menunjukkan pemulihan signifikan apabila ketidakpastian global mereda, sehingga investor mulai kembali melirik saham-saham big caps yang saat ini masih diperdagangkan di bawah valuasi wajarnya.
BYD Mobil Listrik Terlaris, Ini Harga BYD Atto Dolphin M6 Seal Denza Per Juni 2025
Rekomendasi Saham
Audi merekomendasikan untuk buy saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) di target harga masing-masing Rp 2.200 dan Rp 1.940. Ia juga menyarankan trading buy saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Avia Avian Tbk (AVIA) pada level target harga masing-masing di Rp 2.600 dan Rp 515.
Sementara Ekky menyarankan investor untuk melirik PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) sebagai strategi trading jangka pendek. Jika berhasil breakout di level Rp 500, saham ini berpotensi menuju Rp 530 dan kemudian Rp 580 sebagai target swing.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) juga dinilai menarik meskipun telah memasuki masa ex-date dividen, dengan tren bullish yang berpeluang berlanjut menuju target Rp 3.500.
Untuk sektor energi, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dipandang masih berada dalam tren strong bullish dengan target di Rp 1.440.
Adapun saham bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO) mulai menunjukkan pembalikan arah, dengan target terdekat di Rp 2.000 dan potensi lanjutan ke Rp 2.400 hingga Rp 2.700.
Saham lapis dua di Bursa Efek Indonesia menunjukkan tren positif sejak Juni 2025, dengan Indeks SMC Liquid mengungguli indeks LQ45. Penguatan ini didorong oleh kenaikan harga komoditas dan kinerja keuangan kuartal I-2025 yang solid dari beberapa emiten. Sektor barang baku dan energi mendominasi indeks SMC Liquid, sehingga diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas.
Beberapa saham yang direkomendasikan untuk dibeli meliputi BIRD, BNGA, MDKA, dan AVIA. PTPP, SMGR, MEDC, dan ARTO juga dinilai menarik dengan potensi kenaikan harga. Para analis menyarankan investor untuk mempertimbangkan saham-saham ini berdasarkan target harga yang telah ditentukan dan strategi trading yang sesuai.