JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot kembali menunjukkan tren pelemahan yang signifikan. Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (4/11/2025), mata uang Garuda tersebut resmi ditutup di level Rp 16.708 per dolar Amerika Serikat (AS).
Angka ini menandai pelemahan rupiah sebesar 0,19% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya, yang berada di level Rp 16.676 per dolar AS. Tekanan terhadap mata uang domestik ini terus berlanjut di tengah dinamika pasar keuangan global.
Sementara itu, pergerakan mata uang di Asia terpantau bervariasi hingga pukul 15.01 WIB. Di antara para penekan, won Korea Selatan mencatatkan kinerja terburuk, terperosok 0,45% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan ini.
Diikuti oleh won, dolar Taiwan juga ditutup terkikis 0,12%, sementara yuan China menunjukkan penurunan 0,06%. Lebih lanjut, dolar Hongkong turut mengalami pelemahan tipis sebesar 0,01% terhadap the greenback.
Berbanding terbalik, sejumlah mata uang Asia justru berhasil mencetak penguatan. Peso Filipina memimpin dengan lonjakan 0,45%, menjadikannya mata uang dengan penguatan terbesar di Asia. Tak kalah agresif, yen Jepang juga berhasil menguat signifikan sebesar 0,42%.
Melengkapi daftar penguatan, rupee India terkerek 0,014% dan ringgit Malaysia terangkat 0,05% terhadap the greenback. Pergerakan beragam ini menggambarkan kompleksitas sentimen pasar global yang memengaruhi kinerja mata uang di kawasan Asia pada sore ini.
Nilai tukar rupiah ditutup melemah signifikan menjadi Rp 16.708 per dolar AS pada Selasa (4/11/2025) di pasar spot. Pelemahan ini sebesar 0,19% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya yang berada di Rp 16.676.
Sementara itu, pergerakan mata uang di Asia bervariasi; won Korea Selatan melemah paling dalam sebesar 0,45%, diikuti oleh dolar Taiwan, yuan China, dan dolar Hongkong yang juga melemah. Di sisi lain, peso Filipina memimpin penguatan dengan lonjakan 0,45%, diikuti oleh yen Jepang, rupee India, dan ringgit Malaysia.