MNCDUIT.COM – JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (29/10). Merujuk data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,05% secara harian, bertengger di level Rp 16.617 per dolar AS.
Senada dengan tren di pasar spot, data resmi dari kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) juga mencatatkan pelemahan serupa. Rupiah tercatat melemah 0,05% hingga mencapai posisi Rp 16.631 per dolar AS, mengindikasikan tekanan jual yang konsisten di pasar.
Menurut Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, pergerakan rupiah pada hari tersebut cenderung mendatar. Sentimen pasar didominasi oleh sikap wait and see investor yang menantikan hasil penting dari pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump yang dijadwalkan pada Kamis (30/10). Selain itu, ekspektasi terhadap rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung malam itu diperkirakan tidak akan membawa kejutan besar, dengan proyeksi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sesuai perkiraan.
“Rupiah diperkirakan masih akan datar, kecuali ada kejutan pada FOMC malam ini,” ungkap Lukman kepada Kontan, Rabu (29/10). Untuk perdagangan Kamis (30/10), Lukman memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam rentang konsolidasi antara Rp 16.550 hingga Rp 16.650 per dolar AS.
Energi Mega Persada (ENRG) Catat Kenaikan Penjualan dan Laba di Kuartal III-2025
Sementara itu, Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menyoroti sentimen dari dalam negeri yang turut mempengaruhi pergerakan rupiah. Salah satunya adalah penilaian positif dari Lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I). Lembaga yang berbasis di Jepang tersebut telah mempertahankan peringkat utang jangka panjang Indonesia atau Sovereign Credit Rating (SCR) pada level BBB+ dengan prospek stabil pada 24 Oktober 2025. Keputusan ini menunjukkan kepercayaan internasional terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
Dalam laporan resminya, R&I mengapresiasi stabilitas inflasi di Indonesia serta rasio utang pemerintah yang tetap rendah, berkat penerapan kebijakan fiskal dan moneter yang prudent. Namun demikian, R&I juga memberikan catatan penting, menekankan perlunya asesmen lanjutan terhadap upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sambil tetap menjaga kesehatan fiskal dalam jangka menengah.
Bank Indonesia menyambut baik keputusan R&I tersebut, melihatnya sebagai cerminan kuat kepercayaan investor internasional terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional di tengah gejolak ketidakpastian global. Hal ini menjadi modal penting untuk menarik investasi dan menjaga kepercayaan pasar.
Ibrahim Assuaibi menambahkan, sinergi kebijakan yang erat antara Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan pemerintah sebagai otoritas fiskal sangat krusial. Kolaborasi ini dinilai mampu memperkuat persepsi positif terhadap perekonomian nasional di mata investor global. Untuk perdagangan Kamis (30/10), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpeluang ditutup menguat, berada di rentang Rp 16.570 hingga Rp 16.620 per dolar AS.
Harga Emas Kembali Tembus US$4.000 per Ounce, Saham Tambang Menghijau Rabu (29/10)
Nilai tukar rupiah melemah signifikan terhadap dolar Amerika Serikat pada Rabu (29/10), ditutup di Rp 16.617 per dolar AS di pasar spot dan Rp 16.631 menurut kurs Jisdor BI, keduanya melemah 0,05%. Menurut Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, pergerakan rupiah cenderung mendatar karena sentimen *wait and see* investor yang menantikan hasil pertemuan Presiden China dan AS, serta rapat FOMC yang diproyeksikan tidak akan membawa kejutan besar.
Sementara itu, Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menyoroti sentimen positif dari Lembaga pemeringkat R&I yang mempertahankan peringkat utang jangka panjang Indonesia di BBB+ dengan prospek stabil, mengapresiasi stabilitas inflasi dan rasio utang pemerintah yang prudent. Bank Indonesia menyambut baik keputusan tersebut sebagai cerminan kepercayaan investor internasional terhadap stabilitas ekonomi nasional. Untuk perdagangan Kamis (30/10), rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif namun berpeluang ditutup menguat.