Rupiah Terbang! Sentimen Positif & Ekonomi China Dorong Penguatan

Nilai tukar rupiah menunjukkan performa positif dengan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (20/10/2025). Penguatan ini didorong oleh sentimen pasar regional yang membaik serta optimisme terhadap prospek ekonomi China, di tengah gejolak ketidakpastian global yang masih terasa.

Menurut data Bloomberg, rupiah spot ditutup menguat 0,09% mencapai level Rp 16.575 per dolar AS. Sejalan dengan itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga tercatat positif di Rp 16.585 per dolar AS, menanjak 0,03% dibandingkan posisi penutupan Jumat (17/10) yang berada di Rp 16.590 per dolar AS.

Pengamat ekonomi dan mata uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa momentum penguatan rupiah ini bersumber dari sentimen risk-on di pasar saham domestik dan regional. Hal ini terjadi seiring meredanya kekhawatiran terhadap stabilitas sektor perbankan AS. Lebih lanjut, ia juga menyoroti peran data ekonomi China yang dirilis pagi itu. “Data ekonomi China yang dirilis pagi ini lebih kuat dari perkiraan, sehingga memperkuat optimisme investor terhadap prospek pertumbuhan Asia,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id pada Senin (20/10/2025).

Namun, dari sisi eksternal, indeks dolar AS justru mengalami penguatan terbatas, dipicu oleh pernyataan beragam dari sejumlah pejabat The Fed. Beberapa anggota dewan gubernur The Fed, seperti Alberto Musalem dari The Fed St. Louis, menyatakan dukungan untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Oktober. Sementara itu, Neel Kashkari dari The Fed Minneapolis berpendapat bahwa ekonomi AS belum cukup melambat untuk melakukan pemotongan suku bunga secara agresif dalam waktu dekat. “Pernyataan yang saling bertolak belakang ini membuat pasar berhati-hati, tetapi tetap memicu fluktuasi di aset berisiko,” tambah Ibrahim.

Di dalam negeri, pelaku pasar masih menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan akan diumumkan pada Rabu (22/10/2025). Konsensus pasar memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%. Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi inflasi yang relatif terkendali.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, turut menyampaikan bahwa ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia ini turut menjaga optimisme pelaku pasar. “Dengan absennya data ekonomi penting baik dari domestik maupun AS, pergerakan rupiah akan banyak dipengaruhi oleh ekspektasi pasar menjelang keputusan RDG BI. Investor cenderung wait and see,” papar Lukman kepada Kontan.co.id.

Untuk sesi perdagangan Selasa (21/10/2025), Lukman memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi pergerakan terbatas di kisaran Rp 16.500–Rp 16.650 per dolar AS. Menurutnya, level support rupiah berada di Rp 16.570, sedangkan level resistance di Rp 16.600 per dolar AS. Senada, Ibrahim pun memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.570 – Rp 16.600. “Rupiah fluktuatif tetapi masih dalam tren positif. Investor menanti arah kebijakan BI dan perkembangan negosiasi dagang ASChina yang masih sensitif,” pungkas Ibrahim, menggarisbawahi faktor-faktor kunci yang akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Ringkasan

Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan positif terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (20/10/2025), ditutup di level Rp 16.575 per dolar AS. Penguatan ini didorong oleh sentimen positif pasar regional dan domestik, termasuk meredanya kekhawatiran terhadap stabilitas sektor perbankan AS. Optimisme terhadap prospek ekonomi China, dengan data yang dirilis lebih kuat dari perkiraan, turut memperkuat sentimen investor.

Di sisi lain, indeks dolar AS menguat terbatas akibat pernyataan beragam dari pejabat The Fed, menciptakan kehati-hatian di pasar. Pelaku pasar domestik kini menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Rabu (22/10/2025), di mana konsensus memprediksi penurunan suku bunga acuan. Pergerakan rupiah selanjutnya diperkirakan akan berkonsolidasi, dengan investor bersikap wait and see menanti keputusan BI serta perkembangan negosiasi dagang AS-China.

You might also like