Rupiah Menguat! Peluang Trading Senin? Analisis & Proyeksi Terkini

Pada akhir pekan ini, nilai tukar rupiah mengakhiri perdagangan dengan penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Momentum positif ini, yang sering disebut sebagai “angin segar” bagi Mata Uang Garuda, sebagian besar dipicu oleh penutupan operasional pemerintah AS yang masih berlanjut.

Data menunjukkan, rupiah spot ditutup pada level Rp 16.690 per dolar AS pada Jumat (7/11/2025), mengukuhkan penguatan sebesar 0,07% dibandingkan posisi sehari sebelumnya di Rp 16.701 per dolar AS. Meskipun demikian, dalam perspektif mingguan, rupiah spot tercatat melemah 0,35% dari akhir pekan sebelumnya yang berada di Rp 16.631 per dolar AS.

Sejalan dengan kinerja rupiah spot, pergerakan nilai tukar rupiah pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan penguatan. Pada penutupan hari Jumat (7/11/2025), rupiah Jisdor berada di level Rp 16.704 per dolar AS, menguat 0,017% dari posisi sebelumnya di Rp 16.707 per dolar AS.

Menganalisis kondisi pasar, Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa sentimen eksternal yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini didominasi oleh penutupan pemerintahan Amerika Serikat yang berkepanjangan, kini telah memasuki bulan kedua. Ini menciptakan ketidakpastian yang berdampak pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

Selain itu, Ibrahim juga menyoroti data ekspor Tiongkok yang secara tak terduga mengalami penurunan pada bulan Oktober, setelah lonjakan tajam di bulan sebelumnya, meleset dari ekspektasi kenaikan moderat. Ia menambahkan, “Impor juga melemah, yang berkontribusi pada penurunan neraca perdagangan negara tersebut, mengindikasikan tekanan perdagangan yang berkelanjutan serta pelemahan permintaan domestik.” Situasi di perekonomian Tiongkok ini turut membentuk dinamika pasar global.

Dari sisi internal, Ibrahim memaparkan bahwa pelambatan laju perekonomian Indonesia pada kuartal III 2025, yang hanya mencapai realisasi 5,04%, semakin menantang pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 5,2%. Kondisi ini menuntut upaya ekstra di sisa tahun berjalan.

Menurut perhitungannya, untuk merealisasikan target pertumbuhan 5,2% secara akumulatif, pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2025 mencapai kisaran 5,77% hingga 5,8%. Namun, Ibrahim melanjutkan, “Proyeksi pemerintah saat ini menunjukkan bahwa kuartal IV/2025 hanya akan tumbuh di angka 5,5%. Artinya, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2025 diperkirakan hanya akan berada di kisaran 5,13%.”

Berdasarkan analisis sentimen eksternal dan internal ini, Ibrahim memproyeksikan bahwa pada perdagangan hari Senin pekan depan (10/11/2025), nilai tukar rupiah akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun demikian, ia memperkirakan rupiah akan ditutup melemah, bergerak dalam rentang Rp 16.690 hingga Rp 16.740 per dolar AS.

Ringkasan

Nilai tukar rupiah menguat signifikan terhadap dolar AS pada akhir pekan, ditutup di level Rp 16.690 per dolar AS untuk spot dan Rp 16.704 untuk Jisdor BI pada Jumat (7/11/2025). Penguatan ini sebagian besar dipicu oleh penutupan operasional pemerintah AS yang berkepanjangan. Selain itu, pengamat Ibrahim Assuaibi juga menyoroti data ekspor dan impor Tiongkok yang secara tak terduga menurun pada Oktober, menambah tekanan pada pasar global.

Dari sisi internal, perlambatan laju perekonomian Indonesia pada kuartal III 2025 yang hanya 5,04% menjadi tantangan besar untuk mencapai target pertumbuhan tahunan 5,2%. Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 hanya akan mencapai sekitar 5,13%. Berdasarkan analisis sentimen eksternal dan internal ini, ia memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun cenderung melemah pada perdagangan Senin (10/11/2025) dalam rentang Rp 16.690 hingga Rp 16.740 per dolar AS.

You might also like