
MNCDUIT.COM JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil membalikkan keadaan, mengakhiri tren pelemahan tiga hari beruntun terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (15/10/2025). Penguatan nilai tukar rupiah ini didorong oleh pelemahan indeks dolar AS global serta peningkatan minat investor terhadap aset berisiko di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp16.576 per dolar AS. Angka ini menunjukkan penguatan sebesar 0,16% dibandingkan posisi penutupan Selasa (14/10) yang berada di Rp16.603 per dolar AS.
Dolar AS Tertekan Setelah Komentar Dovish Ketua The Fed
Kinerja positif rupiah sejalan dengan tren penguatan mayoritas mata uang Asia lainnya. Pemicunya tak lain adalah pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang bernada dovish. Pernyataan tersebut sontak memicu ekspektasi pasar akan potensi pemangkasan suku bunga lanjutan pada akhir tahun ini.
Mengutip laporan Reuters, indeks MSCI untuk mata uang pasar berkembang mencatat kenaikan signifikan sebesar 0,5%, menandai penguatan harian terbesar dalam lebih dari tiga bulan terakhir. Di sisi lain, dolar AS terpantau melemah sekitar 0,3% setelah Powell mengindikasikan bahwa akhir dari kebijakan pengetatan neraca The Fed mulai terlihat. Sinyal ini membuka lebar peluang bagi penurunan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.
“Mata uang Asia diuntungkan oleh penguatan yuan dan komentar Powell yang semakin memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter pada bulan ini,” ujar Mitul Kotecha, Head of Forex and EM Macro Strategy Asia di Barclays, menganalisis situasi pasar.
Baht Thailand dan Dolar Taiwan Memimpin Penguatan di Asia
Gelombang penguatan mata uang Asia terasa cukup merata, dengan beberapa mata uang mencatat kenaikan signifikan. Baht Thailand dan dolar Taiwan, misalnya, masing-masing berhasil menguat sebesar 0,6%, menunjukkan sentimen positif yang kuat dari investor.
Sementara itu, yuan China juga membukukan penguatan 0,2%, terutama setelah bank sentral Beijing menetapkan kurs tengah yuan di bawah level psikologis 7,1 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam hampir setahun. Tak ketinggalan, rupee India turut menguat 0,6%, didukung oleh intervensi aktif bank sentral India (RBI) yang menjual dolar AS melalui bank milik negara guna menahan volatilitas pasar.
Namun, di tengah euforia penguatan mata uang Asia, rupiah Indonesia masih menunjukkan pergerakan yang relatif terbatas. Rupiah terpantau bergerak di kisaran Rp16.570–Rp16.580 per dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang dengan kinerja terlemah di Asia sepanjang tahun berjalan, meskipun berhasil menghentikan pelemahan hariannya.
Nilai tukar rupiah berhasil mengakhiri tren pelemahan tiga hari beruntun terhadap dolar AS, ditutup menguat 0,16% pada Rp16.576 per dolar AS pada perdagangan Rabu (15/10/2025). Penguatan ini terutama dipicu oleh melemahnya indeks dolar AS global dan meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko di Asia. Pelemahan dolar AS disebabkan oleh pernyataan dovish Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang mengindikasikan potensi pemangkasan suku bunga lanjutan.
Pernyataan Powell memicu ekspektasi pasar akan pelonggaran kebijakan moneter, menyebabkan mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat signifikan, seperti Baht Thailand dan dolar Taiwan. Meskipun Rupiah berhasil menghentikan pelemahannya, pergerakannya relatif terbatas dibandingkan mata uang Asia lain, menjadikannya salah satu yang terlemah di Asia sepanjang tahun berjalan.