
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah libur panjang Iduladha, tren koreksi diperkirakan masih akan membayangi pergerakan saham big banks. Meskipun melanjutkan tren dari pekan sebelumnya, para analis memproyeksikan bahwa koreksi kali ini akan lebih terbatas.
Pada penutupan perdagangan Kamis (5/6), sejumlah saham big banks terpantau mengalami koreksi dalam sepekan terakhir. Namun, ada pula beberapa saham yang mulai menunjukkan sinyal rebound di akhir perdagangan.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi saham bank jumbo dengan koreksi paling minimal dibandingkan dengan bank-bank besar lainnya. Saham bank berlogo 46 ini hanya turun sekitar 1,56% selama sepekan, menjadi Rp 4.420 per saham.
Hal ini cukup beralasan, mengingat BBNI ditutup dengan penguatan tertinggi sebelum libur panjang Iduladha, sementara beberapa saham bank besar lainnya justru mengalami koreksi. Pada penutupan perdagangan bursa sebelumnya, BBNI melonjak sekitar 2,79% dari harga hari sebelumnya.
IHSG Ditutup Naik 0,63% ke 7.113,4 Kamis (5/6), Top Gainers: BRPT, AMMN, BBNI
Di sisi lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi big banks yang mencatat koreksi paling dalam. Saham bank yang dikenal dekat dengan masyarakat kecil ini terkoreksi hingga 7,87% dalam sepekan terakhir, menjadi Rp 4.100 per saham.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, memproyeksikan bahwa pergerakan harga saham bank-bank akan lebih fluktuatif. Ia juga melihat potensi penurunan harga masih ada, namun dengan ruang yang lebih terbatas.
“Saya rasa akan lebih terbatas karena harga sudah berada di area support, jadi kemungkinan akan terjadi konsolidasi terlebih dahulu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ekky menilai penurunan ini wajar terjadi pada saham bank-bank besar. Pasalnya, kinerja bank hingga April 2025 belum menunjukkan perbaikan signifikan, mengindikasikan bahwa kredit perbankan masih lesu.
Meskipun demikian, ia mengakui adanya sentimen positif yang menyertai saham perbankan, yaitu potensi penurunan suku bunga acuan. Namun, sentimen ini tampaknya sudah diapresiasi oleh pasar, yang terlihat dari penguatan saham sejak April 2025.
Cek Rekomendasi Saham Bank Mandiri (BMRI) dari Sejumlah Analis Berikut
Menurut Ekky, saham bank besar yang saat ini layak dicermati adalah BBNI dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pasalnya, pada hari perdagangan terakhir sebelum libur panjang, kedua saham tersebut kembali mencatat pembelian oleh investor asing.
“Target harga BBNI Rp 4.500 – Rp 4.550, BMRI Rp 5.200, itu untuk jangka pendek jika penguatan berlanjut,” jelasnya.
Sementara itu, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, berpendapat bahwa kinerja fundamental bank-bank besar mayoritas memang sedang terbatas, terutama dalam pertumbuhan kredit. Dalam hal ini, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mampu mencatatkan pertumbuhan kredit dua digit.
Namun, ia melihat bahwa meskipun bank-bank besar tidak mampu mencatatkan pertumbuhan kredit yang tinggi, mereka mampu menjaga likuiditas yang saat ini juga sedang ketat. Lebih lanjut, Nafan menambahkan bahwa perbankan ke depan dapat terbantu dengan kebijakan dari bank sentral.
“Sehingga perbankan pun juga bisa menjalankan ekspansi kredit dengan efektif, dan semestinya pula juga NPL bisa ditekan optimal mungkin,” kata Nafan.
Ia pun memprediksi bahwa saham-saham bank tetap bisa menjadi daya tarik jangka panjang. Pasalnya, pergerakan saham bank saat ini setidaknya masih belum mencapai batas bawahnya dan sudah memasuki fase akumulasi.
Setelah libur panjang Iduladha, saham big banks diprediksi masih akan mengalami koreksi terbatas. Beberapa saham seperti BBNI menunjukkan sinyal rebound, sementara BBRI mengalami koreksi paling dalam. Analis melihat potensi penurunan harga masih ada namun terbatas karena harga sudah berada di area support.
BBNI dan BMRI menjadi saham yang direkomendasikan untuk dicermati karena adanya pembelian oleh investor asing. Target harga jangka pendek untuk BBNI adalah Rp 4.500 – Rp 4.550 dan BMRI Rp 5.200. Meskipun pertumbuhan kredit terbatas, bank-bank besar mampu menjaga likuiditas, dan pergerakan saham bank saat ini masih belum mencapai batas bawahnya dan sudah memasuki fase akumulasi.