
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah kembali menunjukkan pelemahan di awal perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025. Menariknya, pagi ini mata uang Garuda memimpin pelemahan di antara mata uang Asia lainnya.
Berdasarkan data Trading Economics pukul 12.25 WIB, rupiah tercatat pada level Rp 16.287 per dolar AS, mengalami penurunan 0,26% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Pelemahan ini menjadi sorotan para pelaku pasar.
Lukman Leong, analis mata uang dari Doo Financial Futures, memberikan analisanya. Ia mengungkapkan bahwa para investor tengah menunggu pengumuman kebijakan suku bunga acuan (BI rate) dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini. “Diperkirakan BI akan mempertahankan tingkat suku bunga,” jelasnya kepada Kontan.
Lebih lanjut, Lukman menjelaskan bahwa pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh aksi ambil untung, mengingat penguatan signifikan yang terjadi sejak awal Agustus. Kondisi ini menunjukkan adanya koreksi alami setelah periode kenaikan yang cukup tajam.
Dari perspektif global, sentimen utama masih berkisar pada indeks dolar AS, terutama perkembangan tarif dan situasi geopolitik di Ukraina. Kedua faktor eksternal ini turut memberikan tekanan pada pergerakan rupiah.
Di sisi domestik, meredanya tekanan dolar AS sempat menimbulkan harapan akan adanya pemangkasan suku bunga. Namun, kebijakan fiskal pemerintah yang cenderung mendorong pengeluaran domestik berpotensi meningkatkan inflasi. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan arah kebijakan moneter.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.000 – Rp 16.500 dalam jangka pendek. Pergerakan ini mencerminkan ketidakpastian pasar yang masih cukup tinggi.
Pada Rabu, 20 Agustus 2025, rupiah melemah 0,26% terhadap dolar AS, mencapai Rp 16.287 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi di tengah antisipasi pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan aksi ambil untung setelah penguatan signifikan sejak awal Agustus. Analis memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan.
Pelemahan rupiah juga dipengaruhi faktor eksternal seperti indeks dolar AS dan situasi geopolitik. Meskipun meredanya tekanan dolar AS sempat menimbulkan harapan penurunan suku bunga, kebijakan fiskal pemerintah yang mendorong pengeluaran domestik berpotensi meningkatkan inflasi. Analis memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.000 – Rp 16.500 dalam jangka pendek.