Proyeksikan Kinerja Turun 2025, Surya Semesta (SSIA) Tetap Berkomitmen Bagi Dividen

Img AA19GeTo

MNCDUIT.COM – JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menegaskan komitmennya untuk tetap membagikan dividen kepada pemegang saham, meskipun proyeksi pendapatan dan laba bersih tahun ini mengalami penurunan. Presiden Direktur SSIA, Johannes Suriadjaja, memastikan hal ini dalam acara Public Expose Live virtual pada Senin (8/9/2025). Kebijakan dividen SSIA umumnya berkisar 30% dari laba bersih. “Ini merupakan bagian dari kebijakan perusahaan,” tegasnya.

Secara historis, SSIA telah konsisten membagikan dividen. Pada tahun 2024, dividen yang dibagikan mencapai Rp 15 per saham dengan dividend payout ratio (DPR) 30%, sementara pada tahun 2023, dividen sebesar Rp 12 per saham dengan DPR 32% diberikan kepada pemegang saham.

Optimisme SSIA terkait pembagian dividen ini didorong oleh peningkatan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) Indonesia sebesar 6,9% di kuartal II 2025. Johannes melihat hal ini sebagai indikasi kuat minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Target marketing sales SSIA tahun 2025 sebesar 140 hektare, yang terdiri dari 20 hektare di Karawang dan 120 hektare di Subang Smartpolitan, juga menjadi pendorong keyakinan tersebut. Hingga Juni 2025, perseroan telah berhasil membebaskan lahan seluas 100 hektare. “Kami sedang dalam proses penambahan landbank yang cukup signifikan, dan akan diumumkan pada saat yang tepat,” tambahnya.

Subang Smartpolitan, proyek andalan SSIA, telah menarik minat berbagai tenant, terutama dari sektor otomotif (60%), heavy equipment (15-20%), dan sektor lainnya seperti konsumer, building material, elektronik, dan teknologi. Investor dari China mendominasi sektor otomotif, sementara investor Jepang lebih banyak berinvestasi di sektor heavy equipment. Selain itu, investor dari Taiwan dan Hongkong juga turut berpartisipasi dalam pengembangan Subang Smartpolitan. Rencana divestasi, menurut Johannes, masih dalam tahap perencanaan dan akan diumumkan di kemudian hari.

Penurunan Kinerja dan Strategi Masa Depan

Meskipun optimis, SSIA memproyeksikan penurunan kinerja pada tahun ini. Erlin Budiman, VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA, memperkirakan pendapatan konsolidasi akan turun sekitar 4% secara tahunan menjadi Rp 6 triliun (dari Rp 6,25 triliun di tahun 2024). Laba bersih juga diproyeksikan turun sekitar 14% year on year (YoY) menjadi Rp 200 miliar (dari Rp 234 miliar di tahun 2024).

Penurunan laba bersih ini sebagian disebabkan oleh backlogs penjualan lahan Sabang Smartpolitan yang baru akan diakui pada awal tahun 2026. Penurunan di segmen hospitality juga dipengaruhi oleh pembatasan anggaran pemerintah yang berdampak pada okupansi Gran Melia Jakarta pada awal tahun 2025. Dampak Tarif Trump juga memberikan sentimen negatif terhadap kinerja SSIA tahun ini.

Untuk menghadapi tantangan ini, SSIA menjadikan proyek Subang Smartpolitan sebagai katalis utama pertumbuhan kinerja di tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Sebagai gambaran, pendapatan SSIA pada semester I 2025 mencapai Rp 2,11 triliun, turun 9,8% dibandingkan semester I 2024 (Rp 2,34 triliun). Pada periode yang sama, SSIA juga mengalami kerugian bersih sebesar Rp 32,34 miliar, berbeda dengan laba bersih Rp 105,62 miliar pada semester I 2024.

SSIA Chart by TradingView

Ringkasan

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) tetap berkomitmen membagikan dividen kepada pemegang saham meskipun memproyeksikan penurunan pendapatan dan laba bersih tahun 2025. Meskipun pendapatan diperkirakan turun 4% menjadi Rp 6 triliun dan laba bersih turun 14% menjadi Rp 200 miliar, kebijakan dividen SSIA yang umumnya sekitar 30% dari laba bersih tetap diterapkan. Hal ini didukung oleh peningkatan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) Indonesia dan target marketing sales di Subang Smartpolitan sebesar 140 hektare.

Penurunan kinerja disebabkan oleh backlogs penjualan lahan Sabang Smartpolitan, penurunan okupansi Gran Melia Jakarta akibat pembatasan anggaran pemerintah, dan dampak Tarif Trump. Proyek Subang Smartpolitan, yang telah menarik minat investor dari berbagai negara, terutama di sektor otomotif dan heavy equipment, dijadikan katalis utama pertumbuhan kinerja SSIA untuk tahun ini dan mendatang. Rencana divestasi masih dalam tahap perencanaan.

You might also like