Prospek sektor pulp dan kertas mulai membaik, cermati saham rekomendasi analis

Img AA1RFJb6

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Prospek sektor pulp dan kertas Indonesia mulai menunjukkan perbaikan memasuki paruh kedua 2025. 

Meski masih berada dalam dinamika siklus harga pulp global dan fluktuasi nilai tukar, pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama kinerja sektor ini ke depan.

Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai harga pulp global telah melewati titik terendahnya. Kondisi ini membuka peluang pemulihan kinerja emiten pulp dan kertas, meski belum sepenuhnya bebas risiko.

Sektor Perbankan Tertekan Outflow Asing, Simak Saham Rekomendasi Analis

“Outlook 2025–2026 memang masih mixed, tapi cenderung membaik. Harga pulp sudah lewat fase bottom, permintaan ekspor mulai pulih, dan pasar domestik relatif stabil. Upside tetap ada, namun sangat bergantung pada siklus harga pulp dan pergerakan kurs,” ujar Wafi kepada Kontan, Selasa (16/12/2025).

Dari sisi emiten, Wafi menilai PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) masih menjadi pemain paling solid di sektor ini.

Skala usaha yang besar, integrasi bisnis dari hulu ke hilir, serta efisiensi biaya menjadi keunggulan utama kedua emiten tersebut dalam menghadapi naik-turun siklus industri.

Sebaliknya, emiten berskala lebih kecil seperti PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dan PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) dinilai lebih bersifat niche dengan likuiditas saham yang terbatas.

IHSG Terkoreksi Setelah Cetak Rekor, Cermati Saham Rekomendasi Analis

Sementara itu, PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) disebut memiliki tingkat risiko paling tinggi. “Skalanya kecil dan daya tawarnya lemah, sehingga risikonya lebih besar,” kata Wafi.

Dari aspek keberlanjutan, Wafi menilai penerapan ESG dan regulasi kehutanan memiliki dampak dua sisi. Dalam jangka pendek, kepatuhan terhadap standar ESG berpotensi menekan biaya operasional.

Namun dalam jangka menengah hingga panjang, hal tersebut justru bisa menjadi katalis positif bagi emiten yang mampu memenuhi standar keberlanjutan.

Emiten yang gagal memenuhi aspek ESG berisiko kehilangan akses pasar ekspor maupun sumber pendanaan.

Dari perspektif investasi, Wafi menyarankan strategi berbasis siklus dan valuasi. Investor dinilai lebih tepat melakukan akumulasi saat harga pulp berada dalam fase datar atau mulai naik, serta menghindari pembelian ketika harga saham sudah reli terlalu tinggi.

Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Pasar Modal & Saham Rekomendasi Analis di Sisa 2025

“Sektor ini lebih cocok untuk strategi mid-term, bukan trading jangka pendek. Investor juga perlu mencermati faktor kurs, harga pulp, dan rencana belanja modal emiten,” ujarnya.

Untuk rekomendasi saham, Wafi menilai INKP dan TKIM masih menarik dikoleksi sebagai strategi investasi menuju 2026.

Sementara KBRI dan SWAT dinilai lebih cocok untuk strategi trading jangka pendek. Adapun saham INRU dinilai berisiko tinggi dan sebaiknya dihindari, kecuali terdapat katalis turnaround yang jelas.

You might also like