
MNCDUIT.COM — Perdagangan crypto treasury, yang sempat menjadi primadona tahun ini, kini menghadapi tekanan besar seiring anjloknya harga mata uang kripto utama seperti Bitcoin dan Ether. Model investasi ini memanfaatkan penerbitan saham atau pinjaman perusahaan untuk menyalurkan dana ke kripto, tetapi gejolak pasar global kini memperlihatkan kerentanannya.
Dilansir dari The Wall Street Journal, Jumat (14/11/2025), tren ini “mulai runtuh” ketika harga kripto turun tajam. Fenomena ini pertama kali dipopulerkan oleh Michael Saylor, yang pada 2020 mengubah MicroStrategy, sebuah perusahaan perangkat lunak kecil, menjadi raksasa Bitcoin melalui akumulasi kripto secara masif.
Namun kini, saham MicroStrategy dan perusahaan tiruannya mengalami penurunan signifikan. Seperti dicatat oleh Gregory Zuckerman dan Vicky Ge Huang dalam The Wall Street Journal, “Perdagangan crypto yang paling panas kini mulai dingin. Beberapa investor berkata ‘sudah kubilang’, sementara yang lain justru menggandakan posisi mereka.”
Minat pada Aset Kripto Meningkat, Edukasi Masih Jadi Kunci di Tengah Tren Kompetisi Trading
Saylor sendiri tetap optimis melalui media sosial dengan menyatakan, “Bitcoin saat ini sedang diskon”, meski pasar menunjukkan tekanan. Sementara itu, kritik dari analis independen menggarisbawahi risiko model ini. Brent Donnelly, Presiden Spectra Markets, menilai, “Konsep ini sama sekali tidak masuk akal bagi saya. Anda seperti membayar 2 dolar AS untuk sebuah uang satu dolar. Pada akhirnya, premi tersebut pasti akan menurun,”
Saham perusahaan crypto-treasury yang menjadi jembatan bagi investor institusional untuk masuk ke kripto, seperti BitMine Immersion Technologies, dan ETHZilla—yang didukung Peter Thiel, juga mengalami tekanan tajam. BitMine turun lebih dari 30 persen dalam sebulan terakhir, sedangkan ETHZilla turun 23 persen.
Harga Bitcoin sendiri tercatat turun sekitar 15 persen dalam sebulan terakhir, sementara saham MicroStrategy (dulu dikenal sebagai Strategy) jatuh 26 persen. ETF terkait, MSTU—yang menargetkan pengembalian dua kali lipat dibanding MicroStrategy—mengalami penurunan hingga 50 persen.
Masalah utama tidak hanya berasal dari koreksi harga kripto, tetapi juga dari struktur bisnis crypto-treasury itu sendiri. Matthew Tuttle menegaskan, “Perusahaan treasury aset digital pada dasarnya adalah aset kripto yang menggunakan leverage, sehingga ketika kripto turun, mereka akan jatuh lebih parah.”
Optimisme Pasar: Deal Shutdown dan Harapan Pemangkasan Suku Bunga Dorong Rally Kripto
Investor besar, seperti Jim Chanos, yang menutup hedge fund—dana investasi aktif dengan strategi kompleks—pada 2023 tetap mengelola dana pribadinya. Dia menilai tren ini sebagai sinyal untuk menyesuaikan strategi. Chanos menyebutkan, “Teori investasi ini sebagian besar telah terealisasi.”
Beberapa perusahaan masih memiliki cadangan kas besar sehingga mampu menahan guncangan pasar, namun banyak lainnya menghadapi kesulitan untuk menerbitkan saham baru atau mendapatkan pembiayaan tambahan. Kondisi ini menimbulkan keraguan terhadap keberlanjutan model bisnis mereka di pasar global.
Dalam konteks investasi dan teknologi global, gejolak ini menjadi pelajaran strategis, bahwa hype cepat di pasar aset digital dapat berubah menjadi risiko cepat. Perusahaan yang sebelumnya agresif mengejar pertumbuhan melalui eksposur kripto kini harus mengevaluasi kembali strategi mereka.
Bagi pelaku pasar, regulator, dan investor internasional, momentum ini menandai titik balik penting. Bukan sekadar soal kenaikan atau penurunan kripto, tetapi tentang bagaimana model bisnis terkait kripto harus dirancang dan dipahami secara matang untuk bertahan dalam skala global. (*)