Perang Dagang AS-China Picu Harga Emas & Logam Mulia Meroket!

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Harga emas kembali menunjukkan taringnya, terdorong oleh sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Data dari Trading Economics pada hari Selasa (14/10) pukul 19.00 WIB mencatat, harga emas berada di level US$ 4.129 per troy ons, melonjak 3,63% dalam sepekan dan meroket 57,39% secara *year-to-date* (ytd).

Kenaikan juga terjadi pada harga perak yang mencapai US$ 51,40 per troy ons, naik 7,63% dalam seminggu dan 78,26% secara ytd. Sementara itu, platinum juga tak ketinggalan, berada di posisi US$ 1.650 per troy ons, naik 1,77% dalam sepekan dan menguat 85,97% secara ytd.

Tiffani Safinia, Research & Development ICDX, menjelaskan bahwa tensi perdagangan AS-China menjadi katalis utama kenaikan harga emas. Selain itu, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Fed turut memperkuat tren positif ini.

Tiffani menyoroti pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Jumat (10/10) yang mengumumkan berakhirnya gencatan senjata tarif dengan Beijing. Langkah ini memicu kekhawatiran baru terkait rantai pasok global dan memperburuk sentimen risiko di pasar keuangan.

“Dalam kondisi ketidakpastian seperti ini, permintaan terhadap aset *safe haven* seperti emas meningkat. Hal ini sejalan dengan naiknya aliran dana ke ETF berbasis emas dan pembelian signifikan oleh sejumlah bank sentral,” ungkap Tiffani kepada Kontan, Selasa (14/10).

Dari sisi kebijakan moneter, menurut CME FedWatch, pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 97% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Oktober 2025. Bahkan, pasar melihat peluang 100% untuk pemangkasan tambahan sebesar 25 bps pada Desember 2025.

Ekspektasi ini semakin menguat setelah beberapa pejabat The Fed mengindikasikan perlunya kebijakan yang lebih longgar untuk menahan perlambatan ekonomi di tengah tekanan eksternal. Imbal hasil Treasury 10 tahun AS yang bertahan di kisaran 3,85% juga mencerminkan sikap hati-hati pasar terhadap prospek pertumbuhan dan inflasi.

Lebih lanjut, Tiffani menambahkan bahwa pembelian emas oleh bank sentral dunia terus meningkat. Data terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa total akumulasi pembelian emas bank sentral mencapai lebih dari 60 ton sepanjang kuartal III-2025, terutama berasal dari Tiongkok, India, dan Turki.

“Arus masuk ke ETF berbasis emas juga tercatat naik dua minggu berturut-turut. Pasar kini menanti data inflasi PCE AS yang akan dirilis pada akhir pekan ini,” imbuh Tiffani.

Secara teknikal, Tiffani memproyeksikan level *support* terdekat untuk harga emas berada di kisaran US$ 4.033 hingga US$ 3.956. Sementara itu, *resistance* terdekat terletak di US$ 4.152 hingga US$ 4.194. Jika tekanan jual meningkat, *support* lebih dalam terlihat di US$ 3.837, sedangkan *resistance* jangka menengah berada di area US$ 4.313.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa kenaikan harga emas dapat terus berlanjut selama masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Sentimen yang memengaruhi pergerakan emas ke depan antara lain ketegangan dagang AS-China, kondisi geopolitik, hingga sentimen suku bunga The Fed.

“Kenaikan harga emas akan terus berlanjut, bukan hanya sampai akhir tahun, bahkan sampai Trump selesai menjabat di tahun 2029,” ujar Ibrahim.

Ibrahim menyarankan investor untuk membeli emas secara bertahap sesuai dengan kemampuan finansial dan menjadikannya sebagai aset lindung nilai. Menurutnya, pembelian bertahap dapat terus dilakukan hingga persentase portofolio investasi emas mencapai sekitar 40% dari total portofolio investor.

Ibrahim mengungkapkan bahwa harga emas saat ini sudah berada di kisaran US$ 4.100 per troy ons, dan harga emas Antam sudah mencapai level Rp 2.360.000 per gram. Kenaikan harga emas diproyeksikan terus berlanjut dari posisi saat ini.

“Harga emas bisa mencapai US$ 4.400 per troy ons dan harga emas Antam bisa mencapai Rp 2.900.000 per gram hingga akhir tahun,” kata Ibrahim.

Selain emas, Ibrahim juga memperkirakan permintaan perak dan platinum akan meningkat seiring dengan kenaikan harga emas. Menurutnya, semakin tinggi harga emas, investor akan melirik perak dan platinum sebagai alternatif portofolio investasi. Ibrahim memproyeksikan harga perak US$ 61 per troy ons dan harga platinum US$ 1.720 per troy ons di akhir tahun.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, berpendapat bahwa harga perak dan platinum masih berpotensi mengikuti kenaikan harga emas. Bahkan, secara persentase, kenaikan harga kedua komoditas tersebut bisa lebih besar.

“Namun, eskalasi tensi China-AS belakangan ini bisa menghambat, karena platinum dan perak juga merupakan logam industri,” ujar Lukman.

Lukman memperkirakan harga perak akan berkisar US$ 53 – US$ 55 pada akhir tahun, sedangkan harga platinum diperkirakan bisa berkisar US$ 1.600 – US$ 1.800.

“Namun, apabila tensi China dengan AS memicu kenaikan atau saling balas tarif, keduanya bisa lebih rendah, yakni perak US$ 50 dan platinum US$ 1.500,” pungkas Lukman.

Ringkasan

Harga emas, perak, dan platinum melonjak signifikan didorong oleh sentimen perang dagang AS-China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Emas tercatat di US$ 4.129 per troy ons, naik 57,39% secara *year-to-date*, sementara perak dan platinum juga menunjukkan kenaikan kuat masing-masing 78,26% dan 85,97% ytd.

Kenaikan ini didukung oleh peningkatan permintaan aset *safe haven* di tengah ketidakpastian global, pembelian emas oleh bank sentral, serta arus dana ke ETF berbasis emas. Analis memperkirakan kenaikan harga emas akan berlanjut, bahkan hingga US$ 4.400 per troy ons pada akhir tahun, dengan perak dan platinum juga diproyeksikan mengikuti tren positif ini.

You might also like