
MNCDUIT.COM JAKARTA. Dolar Selandia Baru (NZD) menghadapi tekanan signifikan, tergelincir ke level sekitar US$ 0,598 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (19/6). Penurunan ini menandai titik terendah NZD dalam lebih dari dua minggu, bahkan di tengah data domestik yang menunjukkan kinerja ekonomi Selandia Baru yang lebih baik dari perkiraan.
Meskipun demikian, data dari Tradingeconomics pada Kamis (19/6) mengungkapkan adanya pertumbuhan positif. Produk Domestik Bruto (PDB) Selandia Baru naik sebesar 0,8% secara kuartalan pada kuartal I 2025, melampaui perkiraan pertumbuhan 0,7%. Secara tahunan, PDB mencatatkan penurunan sebesar 0,7%, sedikit lebih baik dari estimasi penurunan 0,8%. Data ini mengindikasikan ketahanan ekonomi domestik yang cukup kuat.
Kinerja PDB yang melampaui ekspektasi ini sekaligus menopang pandangan bahwa bank sentral Selandia Baru kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan Juli. Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) sendiri baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka mungkin sudah mendekati akhir siklus pelonggaran moneter. Pasar kini memperkirakan hanya akan ada satu lagi pemotongan suku bunga terakhir pada akhir tahun ini, menunjukkan ekspektasi terhadap kebijakan yang lebih stabil.
Namun, tekanan terhadap NZD secara eksternal tak kalah kuat. Penguatan dolar AS menjadi faktor dominan setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah. Selain itu, The Fed juga mengisyaratkan laju pemotongan suku bunga yang lebih lambat di masa mendatang, meningkatkan daya tarik dolar AS sebagai aset safe-haven dan membebani mata uang lain seperti NZD.
Kekhawatiran global juga turut membebani pergerakan NZD. Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan nada hati-hati, memperingatkan potensi lonjakan inflasi akibat tarif yang diberlakukan Presiden Trump. Di samping itu, ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama dengan adanya pertimbangan investor terhadap risiko intervensi AS dalam konflik Iran-Israel, semakin menambah ketidakpastian pasar dan mendorong investor menjauh dari aset berisiko, termasuk dolar Selandia Baru.
Pilah-Pilih Valas Saat Dolar AS Cemas
Dolar Selandia Baru (NZD) menghadapi tekanan signifikan, tergelincir ke level sekitar US$ 0,598 per dolar AS, menandai titik terendah dalam lebih dari dua minggu. Penurunan ini terjadi meskipun data Produk Domestik Bruto (PDB) Selandia Baru pada kuartal I 2025 menunjukkan pertumbuhan kuartalan 0,8% yang melampaui perkiraan dan kinerja tahunan yang lebih baik. Data PDB yang kuat ini menopang pandangan bahwa Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Juli.
Namun, tekanan utama terhadap NZD datang dari penguatan dolar AS setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga dan mengisyaratkan pemotongan yang lebih lambat di masa depan. Kekhawatiran global juga membebani NZD, termasuk potensi lonjakan inflasi yang diperingatkan oleh Ketua The Fed Jerome Powell akibat tarif. Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat mendorong investor menjauh dari aset berisiko, termasuk dolar Selandia Baru.