Nvidia Meroket! Wall Street Bangkit Meski Tarif Baru Mengintai

Img AA1GUvcn

MNCDUIT.COM   NEW YORK. Pasar saham Wall Street menunjukkan kekuatan signifikan pada pembukaan Rabu (9/7/2025), didorong oleh lonjakan luar biasa saham Nvidia yang berhasil mendorong valuasi perusahaan semikonduktor raksasa itu menembus angka US$ 4 triliun. Penguatan pasar ini terjadi bahkan di tengah tekanan dari kebijakan tarif terbaru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, menunjukkan ketahanan investor.

Saham Nvidia memimpin kenaikan dengan melonjak 2,2%, mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar US$ 4 triliun. Capaian monumental ini tak lepas dari tingginya permintaan global terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI), yang semakin memperkuat dominasi Nvidia sebagai saham unggulan di sektor teknologi.

Pada pukul 09.47 waktu setempat, sentimen positif ini tercermin pada pergerakan indeks-indeks utama. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 286,20 poin atau 0,65%, mencapai level 44.526,96. Sementara itu, indeks S&P 500 naik 39,70 poin atau 0,64% ke 6.265,22, dan Nasdaq Composite memimpin dengan kenaikan 195,72 poin atau 0,95% ke 20.614,19. Dari 11 sektor dalam indeks S&P, tujuh di antaranya mencatatkan kenaikan, dengan sektor teknologi memimpin paling depan, melesat 1,2%.

Meskipun pasar saham menguat, ketidakpastian masih membayangi menyusul serangkaian pengumuman tarif baru dari Donald Trump. Pada hari Selasa, Trump menetapkan tarif 50% untuk tembaga dan berencana menerapkan tarif tambahan untuk semikonduktor serta produk farmasi. Langkah ini merupakan kelanjutan dari gelombang peringatan tarif sehari sebelumnya yang ditujukan kepada 14 mitra dagang utama AS.

Berbeda dari aksi jual tajam yang terjadi pada hari Senin akibat kekhawatiran tarif terhadap Jepang dan Korea Selatan, pelaku pasar tampak lebih tenang dalam menyikapi pengumuman terbaru ini. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penundaan batas waktu penerapan tarif hingga 1 Agustus, yang memberikan ruang bernapas dan kesempatan bagi proses negosiasi. “Isu tarif masih menjadi semacam jungkat-jungkit. Namun, penundaan dan perubahan arah belakangan ini memberikan ketenangan bagi investor,” ujar Philip Blancato, Kepala Strategi Pasar di Osaic Wealth, menganalisis situasi.

Ross Bramwell, analis di Homrich Berg, menambahkan bahwa pasar kemungkinan baru akan merespons lebih keras jika dampak nyata dari tarif tersebut mulai tercermin dalam laporan keuangan kuartal kedua perusahaan. Selain itu, perhatian investor kini juga tertuju pada rilis data klaim pengangguran mingguan pada hari Kamis dan risalah rapat Federal Reserve bulan Juni, yang dijadwalkan akan dirilis pukul 14.00 waktu New York.

Investor berharap mendapatkan petunjuk lebih jelas mengenai kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga. Meskipun penurunan suku bunga pada Juli dianggap kecil kemungkinannya, peluang pemangkasan pada September diperkirakan mencapai 66%, berdasarkan data dari FedWatch CME Group. Di sisi lain, langkah agresif Trump dalam kebijakan dagang memicu kekhawatiran baru terhadap laju pertumbuhan ekonomi global dan potensi inflasi, yang pada gilirannya semakin menyulitkan The Fed yang masih bersikap sangat hati-hati dalam menentukan kebijakan moneternya.

Di sisi korporasi, saham AES Corp melonjak 14,3% setelah laporan Bloomberg menyebut perusahaan sedang mengevaluasi opsi strategis, termasuk potensi penjualan aset. Sebaliknya, saham UnitedHealth Group melemah 2% setelah laporan Wall Street Journal mengungkapkan investigasi Departemen Kehakiman AS terkait praktik perusahaan dalam meningkatkan pembayaran Medicare. Selain itu, saham perusahaan periklanan Interpublic dan Omnicom juga melemah lebih dari 1,5%, mengikuti langkah WPP yang memangkas proyeksi laba tahunan, memicu kekhawatiran di sektor tersebut.

Secara keseluruhan di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham naik melampaui saham turun dengan rasio 2,34 banding 1, menunjukkan sentimen positif yang cukup luas. Tercatat pula 70 titik tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan hanya 12 titik terendah baru. Di Nasdaq, rasio serupa tercatat 2,23 banding 1, dengan 31 titik tertinggi baru dan 21 titik terendah. Indeks S&P 500 mencatat 10 titik tertinggi baru dan hanya tiga titik terendah dalam 52 minggu terakhir, menggarisbawahi kekuatan pasar secara keseluruhan.

Ringkasan

Wall Street menunjukkan kekuatan pada Rabu (9/7/2025), didorong oleh lonjakan saham Nvidia yang berhasil menembus valuasi US$ 4 triliun, didukung tingginya permintaan global untuk teknologi AI. Penguatan ini terjadi di tengah tekanan kebijakan tarif baru Presiden Donald Trump, termasuk tarif untuk tembaga serta rencana tarif tambahan untuk semikonduktor dan farmasi. Indeks-indeks utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite mencatat kenaikan signifikan, dipimpin oleh sektor teknologi.

Pelaku pasar merespons pengumuman tarif terbaru dengan lebih tenang dibandingkan sebelumnya, sebagian besar karena penundaan batas waktu penerapan tarif hingga 1 Agustus, yang memberikan ruang untuk negosiasi. Perhatian investor juga tertuju pada rilis data klaim pengangguran dan risalah rapat Federal Reserve untuk mendapatkan petunjuk mengenai pemangkasan suku bunga. Meskipun demikian, langkah agresif Trump dalam kebijakan dagang memicu kekhawatiran baru terhadap pertumbuhan ekonomi global dan potensi inflasi.

You might also like