
MNCDUIT.COM – JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) diproyeksikan akan menikmati sentimen positif signifikan seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga pada tahun ini. Peluang ini muncul sebagai katalis kuat bagi perusahaan, terutama mengingat sebagian besar kewajiban utangnya kini terikat pada skema suku bunga mengambang atau floating rate.
Per kuartal I-2025, porsi utang MTEL yang menggunakan skema floating rate telah mencapai sekitar 98% dari total utang senilai Rp15,83 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan drastis dibandingkan kuartal II-2024 yang hanya mencatatkan porsi 48%. Lonjakan ini menempatkan MTEL pada posisi yang menguntungkan ketika suku bunga mulai menurun.
Arief Machrus, seorang Analis dari INA Sekuritas, dalam risetnya bertanggal 12 Juni 2025, menjelaskan bahwa, “Dari sudut pandang finansial, MTEL berada dalam posisi yang baik untuk mempertahankan beban bunga yang stabil pada 2025, berkat beban utang yang lebih ringan dan ekspektasi penurunan suku bunga.” Pernyataan ini menegaskan prospek keuangan yang solid bagi MTEL di tengah perubahan kebijakan moneter.
Selain potensi keuntungan dari pergerakan suku bunga, prospek Dayamitra Telekomunikasi juga didukung oleh rencana strategis akuisisi aset fiber optik milik Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Jika akuisisi ini berhasil direalisasikan, Arief menilai langkah tersebut akan memberikan nilai tambah yang signifikan dan memperkuat posisi kompetitif perseroan di pasar telekomunikasi.
Secara keseluruhan, MTEL diperkirakan mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4% secara tahunan (YoY) sepanjang tahun 2025. Kekuatan utama MTEL terletak pada cakupan jaringannya di luar Jawa, yang menurut Arief, membuka peluang pertumbuhan dari wilayah-wilayah yang belum sepenuhnya terjangkau infrastruktur jaringan, menjanjikan ekspansi bisnis yang lebih luas.
Namun demikian, MTEL tidak lepas dari potensi risiko. Arief mengingatkan adanya kemungkinan tekanan yang berasal dari penurunan belanja modal (capex) Telkom Indonesia (TLKM), yang notabene merupakan salah satu pelanggan utama MTEL. “Penurunan capex TLKM dari 23% menjadi 18% bisa membatasi pertumbuhan pendapatan MTEL,” ujarnya, menyoroti tantangan yang mungkin dihadapi perusahaan.
Meskipun demikian, risiko tersebut dipandang dapat diimbangi oleh peningkatan permintaan dari pelanggan lain seperti IOH dan XL Axiata. Peningkatan permintaan ini menjadi penyeimbang penting di tengah tren konsolidasi yang sedang berlangsung di industri telekomunikasi, menunjukkan kemampuan MTEL untuk beradaptasi dengan dinamika pasar.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor positif dan mitigasi risiko yang ada, prospek jangka panjang MTEL dinilai tetap solid. Oleh karena itu, Arief merekomendasikan “beli” (buy) untuk saham MTEL dengan target harga akhir tahun yang ditetapkan pada level Rp 800 per saham.
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) diproyeksikan akan menikmati sentimen positif dari potensi pemangkasan suku bunga, karena 98% dari total utangnya kini menggunakan skema suku bunga mengambang. Posisi ini membantu MTEL menjaga beban bunga yang stabil pada tahun 2025. Prospek perusahaan semakin diperkuat oleh rencana akuisisi aset fiber optik milik Indosat Ooredoo Hutchison, yang dinilai akan menambah nilai signifikan.
MTEL diperkirakan mampu mencatat pertumbuhan pendapatan 4% sepanjang 2025, didukung oleh ekspansi jaringan di luar Jawa. Meskipun ada risiko dari potensi penurunan belanja modal Telkom Indonesia (TLKM), peningkatan permintaan dari pelanggan lain seperti IOH dan XL Axiata dapat mengimbanginya. Mengingat prospek jangka panjang yang solid, analis merekomendasikan “beli” saham MTEL dengan target harga Rp800 per saham.