MSCI: Panduan Lengkap, Daftar Saham & Dampaknya Bagi Investor

Bisnis.com, Jakarta – Bagi para investor di pasar modal Indonesia, nama MSCI mungkin sudah tak asing lagi. Indeks ini kerap menjadi penentu arah kinerja saham, mengiringi sentimen naik atau turunnya sebuah emiten. Namun, di balik popularitasnya, apa sebenarnya MSCI dan mengapa pengaruhnya begitu krusial terhadap performa saham?

Morgan Stanley Capital International (MSCI) adalah sebuah perusahaan riset investasi terkemuka yang berbasis di Amerika Serikat. Dikenal secara global, MSCI berfokus pada pengindeksan saham, analisis risiko dan kinerja portofolio, serta penyediaan governance tools bagi investor institusi dan hedge fund. Fungsi-fungsi ini menjadikannya salah satu barometer paling berpengaruh di kancah investasi global.Img AA1PoGaH

Perjalanan MSCI dimulai dari akar yang kuat. Pada 16 September 1935, Henry S. Morgan dan Harold Stanley mendirikan Morgan Stanley, sebuah entitas yang awalnya bergerak di bidang investment banking. Seiring waktu, ekspansi bisnis tak terhindarkan. Titik balik penting terjadi pada tahun 1986 ketika Morgan Stanley mengakuisisi hak lisensi atas Capital International, pionir dalam memperkenalkan indeks pasar saham global di luar AS. Sejak itulah, akronim MSCI mulai digunakan, menandai era baru dalam sejarah perusahaan.

: Intip Daftar Saham Paling Berisiko Terimbas Wacana Pembobotan MSCI

Evolusi MSCI terus berlanjut. Pada tahun 2004, MSCI mengakuisisi Barra, sebuah perusahaan manajemen risiko dan analisis portofolio yang sangat dihormati. Akuisisi senilai US$816,4 juta ini, sebagaimana dijelaskan dalam rilis MSCI kala itu, bertujuan untuk memantapkan posisinya sebagai perusahaan global terkemuka dalam indeks benchmark dan analisis manajemen risiko. Langkah strategis ini memperkuat kapabilitas MSCI, menjadikannya penyedia solusi investasi yang lebih komprehensif.

Kini, MSCI telah menjadi nama besar, diakui sebagai penyedia indeks global yang menjadi acuan utama bagi investor internasional. Reputasinya yang solid telah mendorong berbagai manajer investasi di seluruh dunia untuk menyelaraskan portofolio mereka, baik dengan memasukkan atau mengeluarkan saham berdasarkan indeks MSCI. Kepatuhan terhadap indeks ini seringkali menjadi strategi kunci untuk menarik dan mempertahankan modal asing.

: : Bobot Indonesia Turun dalam Rancangan Baru Indeks MSCI, Dana Asing US$2 Miliar Bakal Hengkang

Signifikansi pengaruh MSCI terhadap kinerja saham tidak dapat diremehkan. Seperti yang diungkapkan oleh Mirae Asset Sekuritas Indonesia, kepercayaan investor terhadap MSCI mampu memicu peningkatan permintaan akan saham-saham yang masuk ke indeksnya. Hal ini terjadi karena manajer investasi global akan menyesuaikan portofolio mereka, mengalokasikan dana ke emiten yang baru bergabung. Penelitian berjudul “Reaksi Pasar pada Peristiwa Rebalancing Indeks MSCI di Negara Asean” bahkan menguatkan temuan ini.

Studi yang mencakup lima negara Asean (Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia) dalam rentang 2017–2021 ini, menggunakan metode event study, menunjukkan bahwa terdapat signifikansi nyata pada pergerakan harga saham setelah masuk atau keluar dari indeks MSCI. Saham yang berhasil masuk indeks cenderung mengalami peningkatan trading volume activity dan abnormal return yang positif. Sebaliknya, emiten yang dikeluarkan dari indeks akan menghadapi tren yang berlawanan.

: : MSCI Bakal Ubah Pembobotan, Simak Dampaknya ke Emiten Konglomerat

Mengapa Saham Masuk Indeks MSCI Penting Bagi Investor?

Sebagai perusahaan riset dan penyedia indeks global, MSCI menawarkan beragam indeks, termasuk di Indonesia. Di antaranya adalah MSCI Indonesia Selection Index, yang mencakup perusahaan berkapitalisasi besar dan menengah di pasar saham Indonesia. Konstituen indeks ini sangat dipengaruhi oleh peringkat ESG (Environmental, Social, and Governance) dan skor ESG perusahaan yang telah disesuaikan dengan industrinya, menunjukkan fokus pada investasi berkelanjutan.

Ketika sebuah saham berhasil masuk ke MSCI Indonesia Index, emiten tersebut secara otomatis mendapatkan visibilitas yang lebih luas di mata investor global. Mengingat indeks MSCI telah menjadi acuan investasi di berbagai pasar, baik di negara maju maupun di emerging market, inklusi ini bisa menjadi magnet bagi manajer investasi global untuk mengalokasikan dananya ke perusahaan-perusahaan yang telah terseleksi oleh MSCI Indonesia.

Selain indeks regional, MSCI juga memiliki indeks global yang sangat prestisius, yaitu MSCI World Index. Diterbitkan pada 31 Maret 1986, indeks ini merepresentasikan emiten berkapitalisasi menengah hingga besar di emerging market. Sebuah emiten yang berhasil menembus MSCI World Index akan mendapatkan eksposur signifikan terhadap pasar global. Hal ini berpotensi besar menarik investasi dari institusi global, mendorong aliran dana yang masif ke saham-saham tersebut.

Dampak positif ini telah terbukti nyata. Melansir laman Makmur, ketika PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dimasukkan ke dalam indeks MSCI Global, keduanya mencatatkan performa impresif. DSSA mengalami kenaikan 17% pada periode 7–25 Agustus 2025, sementara CUAN melonjak 11% pada periode yang sama. Namun, di sisi lain, jika sebuah saham dikeluarkan dari indeks MSCI, terdapat kecenderungan kuat bagi investor untuk melepas saham tersebut, menegaskan mengapa indeks MSCI menjadi faktor vital yang perlu dicermati investor.

Proses evaluasi ini tidak statis. MSCI Indonesia secara rutin melakukan rebalancing sebanyak empat kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Rebalancing ini krusial karena merupakan momen di mana kelayakan suatu saham untuk masuk atau keluar dari indeks MSCI dievaluasi. Keputusan rebalancing ini seringkali memicu gejolak signifikan di pasar, yang memerlukan perhatian cermat dari para investor.

Berdasarkan laman resmi MSCI, terdapat 18 emiten di Indonesia yang menjadi pilihan mereka. Dari jumlah tersebut, sepuluh saham terbesar didominasi oleh sektor keuangan, khususnya bank-bank raksasa. Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menduduki peringkat pertama, diikuti oleh Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Mandiri (BMRI). Dominasi ketiga bank besar ini menegaskan kuatnya posisi sektor finansial di pasar modal Indonesia, dengan kontribusi lebih dari separuh dari sepuluh emiten berkapitalisasi terbesar di indeks MSCI.

Di luar sektor keuangan, PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) menjadi satu-satunya emiten dari sektor komunikasi yang berhasil menembus lima besar. Setelah itu, daftar dilengkapi oleh PT Astra International Tbk. (ASII), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA). PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) melengkapi daftar sepuluh besar, menunjukkan keragaman sektor yang diwakili meskipun dominasi keuangan tetap kuat.

10 Emiten MSCI Terbesar di Indonesia :

(Factsheet September 2025)

Peringkat Emiten Kapitalisasi (US$ Miliar) Bobot (%) Sektor
1 Bank Central Asia (BCA) 25,38 23,26 Keuangan
2 Bank Rakyat Indonesia (BRI) 15,96 14,62 Keuangan
3 Bank Mandiri (BMRI) 9,86 9,03 Keuangan
4 Telkom Indonesia (TLKM) 9,09 8,33 Komunikasi & Jasa
5 Astra International (ASII) 7,01 6,43 Industri
6 Dian Swastatika Sentosa (DSSA) 6,38 5,85 Energi
7 Amman Mineral Internasional (AMMN) 6,29 5,76 Material
8 Barito Pacific (BRPT) 5,27 4,83 Material
9 Chandra Asri Pacific (TPIA) 4,01 3,67 Material
10 Bank Negara Indonesia (BBNI) 3,67 3,36 Keuangan

Ringkasan

Morgan Stanley Capital International (MSCI) adalah perusahaan riset investasi global terkemuka yang menyediakan indeks saham, analisis risiko, dan alat tata kelola portofolio. Berawal dari Morgan Stanley dan mengakuisisi hak lisensi Capital International pada 1986, MSCI telah menjadi barometer penting yang digunakan investor institusi dan manajer investasi di seluruh dunia. Kepatuhan terhadap indeks MSCI krusial karena sering menjadi strategi untuk menarik dan mempertahankan modal asing.

Inklusi atau eksklusi saham dari indeks MSCI sangat memengaruhi kinerja saham, memicu peningkatan permintaan atau pelepasan saham. MSCI Indonesia secara rutin melakukan rebalancing empat kali setahun, mengevaluasi kelayakan saham dan sering menyebabkan gejolak pasar. Sepuluh emiten terbesar dalam MSCI Indonesia didominasi sektor keuangan seperti BBCA, BBRI, dan BMRI, menunjukkan kuatnya posisi perbankan di pasar modal.

You might also like