
MNCDUIT.COM JAKARTA. Harga minyak mentah dunia saat ini berada dalam tekanan menyusul keputusan penting dari OPEC+. Kartel minyak global ini sepakat untuk meningkatkan produksi hingga 411.00 barel per hari mulai Juli 2025. Kebijakan ini diproyeksikan akan membawa dampak signifikan pada prospek emiten minyak yang listing di bursa.
Meskipun ada tekanan jangka panjang, data terbaru dari Trading Economics menunjukkan pergerakan harga harian yang bervariasi. Per Senin (9/5) pukul 17:04 WIB, harga minyak mentah Brent tercatat naik tipis 0,24% dibandingkan hari sebelumnya, mencapai US$ 66,63 per barel. Kendati demikian, performa minyak mentah Brent sepanjang tahun berjalan masih menunjukkan pelemahan signifikan, yakni sebesar 11,80%.
Tren serupa juga terlihat pada harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI). Komoditas ini menguat 0,31% dari hari sebelumnya, menembus level US$ 64,77 per barel. Namun, secara akumulatif sepanjang tahun berjalan, harga minyak mentah WTI telah anjlok sebesar 9,76%, menggarisbawahi kondisi pasar yang volatile.
Menanggapi dinamika pasar ini, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa emiten minyak umumnya mengoptimalkan keuntungan dari selisih antara harga jual dan beli dalam setiap transaksi, bukan semata-mata dari average selling price. Menurut Nafan, prospek positif bagi emiten berbasis minyak dapat terjaga selama permintaan tetap stabil, terutama jika perusahaan mampu memenuhi kebutuhan domestik. Hal ini disampaikan Nafan kepada Kontan pada Senin (9/6), menyoroti faktor kunci penopang kinerja perusahaan di sektor ini.
Berdasarkan analisisnya, Nafan Aji Gusta merekomendasikan accumulate buy untuk saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dengan menetapkan target harga jangka panjang di level Rp 7.525 dan titik support di Rp 4.900. Selain itu, ia juga memberikan rekomendasi add untuk PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dengan perkiraan target harga jangka panjang mencapai Rp 1.494 per saham. Rekomendasi ini mencerminkan keyakinan akan potensi pertumbuhan kedua emiten tersebut.
Dari sudut pandang analisis teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, melihat adanya peluang bagi PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) untuk berbalik menguat. Oleh karena itu, ia merekomendasikan speculative buy untuk saham ENRG di kisaran harga Rp 216–Rp 224, dengan potensi target harga antara Rp 240–Rp 260.
Selanjutnya, untuk saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), Herditya menyarankan strategi buy on weakness di rentang harga Rp 1.210–Rp 1.240. Dengan target harga yang diproyeksikan mencapai Rp 1.290–Rp 1.330, investor disarankan untuk menerapkan stop loss di bawah Rp 1.165 per saham. Herditya menjelaskan dalam risetnya pada Senin (9/6) bahwa posisi MEDC saat ini berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [c], mengindikasikan bahwa saham ini diperkirakan akan melanjutkan penguatannya dalam waktu dekat.
Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak mentah mulai Juli 2025 memberikan tekanan pada harga minyak dunia dan prospek emiten minyak. Meskipun harga Brent dan WTI menunjukkan kenaikan tipis harian, keduanya telah mengalami pelemahan signifikan sepanjang tahun berjalan. Menurut Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas, prospek positif emiten minyak tetap terjaga jika permintaan stabil, terutama untuk kebutuhan domestik.
Menyikapi kondisi pasar ini, Nafan Aji Gusta merekomendasikan accumulate buy untuk RATU dengan target Rp 7.525 dan add untuk AKRA dengan target Rp 1.494. Sementara itu, Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas menyarankan speculative buy untuk ENRG di kisaran Rp 216–Rp 224 dengan target Rp 240–Rp 260. Ia juga merekomendasikan buy on weakness untuk MEDC di rentang Rp 1.210–Rp 1.240, dengan potensi target Rp 1.290–Rp 1.330.