
MNCDUIT.COM – JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menetapkan target ambisius untuk tahun 2025 dengan operasionalisasi 15 proyek migas bernilai total US$ 832,7 juta. Inisiatif strategis ini diharapkan dapat menjadi pendorong utama peningkatan kapasitas produksi minyak dan gas nasional.
Dari proyek-proyek vital ini, diproyeksikan akan terjadi penambahan signifikan dalam kapasitas produksi, yakni mencapai 73.335 barel minyak per hari (bpd) dan 895 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas. Apabila dikonversikan setara minyak, total kapasitas produksi migas nasional berpotensi melonjak hingga 233.389 barel setara minyak per hari (boepd), memberikan dorongan substansial bagi ketahanan energi dalam negeri.
Tim riset INA Sekuritas menyoroti bahwa realisasi target ambisius ini berpotensi menjadi katalis positif bagi kinerja emiten sektor migas di pasar modal. Menurut riset mereka yang diterbitkan pada 24 April 2025, hal ini semakin diperkuat mengingat lifting migas nasional per Februari 2025 saja sudah berada 12% di atas target yang ditetapkan, menunjukkan momentum pertumbuhan yang kuat.
Seiring dengan proyeksi peningkatan produksi ini, emiten migas yang berfokus pada kegiatan hulu, seperti ELSA, diprediksi akan turut merasakan dampak positif. Terlebih lagi, perusahaan induk ELSA, Pertamina Hulu Energi (PHE), juga menargetkan pertumbuhan lifting sebesar 4%–5% secara tahunan (yoy) di tahun ini, memperkuat prospek cerah bagi perusahaan.
Tak hanya ELSA, Senior Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, juga mengidentifikasi emiten-emiten yang secara langsung terlibat dalam proyek-proyek tahun ini, seperti MEDC, berpotensi besar untuk meraup keuntungan. Meskipun demikian, Sukarno mengingatkan untuk tetap mencermati potensi pricing yang kurang menguntungkan dari penambahan produksi ini.
Ia menjelaskan kepada Kontan pada Jumat (20/6) bahwa penambahan volume produksi belum tentu serta merta menaikkan harga; bahkan, kondisi ini bisa memicu persaingan yang makin ketat di pasar jika permintaan tetap stagnan. Oleh karena itu, pergerakan harga minyak dan gas global menjadi sentimen utama yang perlu diawasi ketat, terutama mengingat tren pelemahan harga komoditas minyak dunia sejak awal tahun akibat kekhawatiran kelebihan stok.
Lebih lanjut, Sukarno juga menekankan beberapa sentimen lain yang krusial untuk memantau kinerja emiten migas. Faktor-faktor tersebut meliputi pergerakan kurs rupiah, kebijakan pemerintah terkait energi dan pajak, dinamika isu geopolitik, serta perkembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Semua elemen ini secara kolektif akan memengaruhi prospek pasar.
Menurutnya, jika semua sentimen tersebut mendukung, emiten migas dapat “naik daun” dan menunjukkan performa yang cemerlang. Namun, jika ada satu saja faktor negatif, hal itu bisa menekan harga saham dan menyebabkan kinerja yang lesu. Para investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas pasar.
Dalam rekomendasi investasinya, Sukarno Alatas menjatuhkan pilihannya pada saham MEDC dan saham ELSA. Ia menetapkan target harga akhir tahun untuk MEDC di level Rp 1.600–Rp 1.700 per saham dan untuk ELSA di level Rp 500–Rp 600 per saham. Sementara itu, INA Sekuritas secara spesifik merekomendasikan saham ELSA dengan rating buy, mematok target harga akhir tahun di level Rp 545 per saham.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan 15 proyek migas senilai US$ 832,7 juta beroperasi pada 2025. Inisiatif ini diproyeksikan menambah kapasitas produksi minyak sebesar 73.335 barel per hari dan gas 895 juta standar kaki kubik per hari, mendorong total kapasitas migas nasional hingga 233.389 barel setara minyak per hari. Realisasi target ini berpotensi menjadi katalis positif bagi kinerja emiten sektor migas di pasar modal.
Emiten yang direkomendasikan mencakup ELSA dan MEDC, yang diprediksi akan merasakan dampak positif dari peningkatan produksi. Namun, investor disarankan untuk mencermati potensi harga yang kurang menguntungkan serta pergerakan harga minyak dan gas global. Faktor lain yang perlu diawasi meliputi kurs rupiah, kebijakan pemerintah, dinamika geopolitik, dan perkembangan energi baru terbarukan. Sukarno Alatas merekomendasikan MEDC dengan target harga Rp 1.600–Rp 1.700 dan ELSA Rp 500–Rp 600, sementara INA Sekuritas merekomendasikan ELSA dengan target Rp 545.