
MNCDUIT.COM JAKARTA. Prospek kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) kian cerah, didorong oleh strategisnya langkah transformasi hilirisasi yang diimplementasikan oleh anak usahanya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Ini menjadi pilar utama yang berpotensi meningkatkan profitabilitas MEDC.
Axell Ebenhaezer, seorang analis dari NH Korindo Sekuritas, dalam risetnya pada 15 Agustus 2025, memproyeksikan bahwa fokus AMMN pada hilirisasi produk tembaga dan emas akan signifikan menekan kerugian yang selama ini ditanggung oleh MEDC.
Laporan menunjukkan produksi dan penjualan copper cathode AMMN mencapai 19.905 ton pada kuartal II-2025, dengan utilisasi smelter sebesar 50%. Angka ini diproyeksikan akan terus bertumbuh seiring dengan peningkatan kapasitas operasional smelter.
Mengingat kompleksitas operasional fasilitas smelter, Axell memperkirakan proses transisi AMMN ini belum akan tuntas sepenuhnya hingga akhir tahun 2025. Namun, ada perkembangan positif lainnya: fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) telah mulai berproduksi, dengan keberhasilan mencetak output emas murni pertama pada Juli 2025.
Dampak finansial dari penjualan kedua produk ini, baik copper cathode maupun emas murni, menurut Axell, akan mulai tercermin pada laporan keuangan kuartal III-2025. Dengan realisasi penjualan ini, kerugian MEDC yang berasal dari investasi di AMMN diharapkan akan berkurang secara substansial.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Harry Su, Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, memprediksi kerugian AMMN akan menyusut drastis menjadi sekitar US$ 49 juta, dari sebelumnya US$ 148,7 juta pada semester I-2025. Imbasnya, kerugian investasi asosiasi MEDC juga diperkirakan akan menurun signifikan menjadi sekitar US$ 9,8 juta hingga akhir tahun, dari US$ 29,74 juta pada semester I-2025.
Pilar Pertumbuhan: Energi Terbarukan
Selain hilirisasi, kinerja MEDC juga ditopang oleh segmen energi terbarukan yang menunjukkan progres positif. Rizal Rafly, analis Ajaib Sekuritas, mencatat penjualan listrik MEDC stabil di angka 1.994 GWh pada paruh pertama 2025. Capaian ini didukung oleh penambahan kapasitas dari Ijen Geothermal sebesar 35 MW dan East Bali Solar sebesar 25 MWp.
MEDC sendiri menargetkan penjualan listrik mencapai 4.300 GWh pada akhir tahun dan secara ambisius menargetkan kapasitas tenaga surya sebesar 500 MW pada tahun 2030. Rizal menekankan bahwa langkah ini akan meningkatkan kontribusi energi terbarukan hingga sekitar 30% dari total bauran energi perseroan.
Namun demikian, investor perlu mempertimbangkan beberapa risiko yang mungkin mempengaruhi kinerja perseroan. Rizal Rafly mengingatkan akan potensi volatilitas harga migas global, risiko keterlambatan ramp-up AMMN, serta potensi kendala produksi yang diakibatkan oleh masalah proyek.
Senada, Axell Ebenhaezer turut menyoroti risiko eksternal seperti potensi kenaikan produksi OPEC+, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan perubahan kebijakan pemerintah terkait lifting migas yang dapat berdampak pada MEDC.
Di sisi lain, Harry Su melihat peluang investasi menarik pada rencana akuisisi MEDC terhadap blok Sakakemang PSC (Production Sharing Contract), di mana MEDC juga akan bertindak sebagai operator. Akuisisi ini akan berlaku efektif setelah mendapatkan persetujuan pemerintah, seperti yang dijelaskan Harry kepada Kontan pada Kamis (9/10/2025).
Harry menaksir, blok Sakakemang ini berpotensi meningkatkan lifting gas perseroan sekitar 8% per tahun. Apabila terwujud, porsi pendapatan gas MEDC dapat meningkat dari 70% menjadi 72% pada tahun fiskal 2026.
Melihat prospek positif dari berbagai lini bisnis tersebut, para analis kompak memberikan rekomendasi. Harry Su merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp 1.600 per saham. Sementara itu, Rizal Rafly dan Axell Ebenhaezer juga menyarankan beli MEDC, dengan target harga yang sedikit lebih konservatif yakni Rp 1.500 per saham.
Prospek kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) cerah berkat strategi hilirisasi PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang diharapkan menekan kerugian investasi MEDC. Produksi copper cathode AMMN mencapai 19.905 ton pada kuartal II-2025 dengan utilisasi smelter 50%, sementara fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) mulai menghasilkan emas murni pada Juli 2025. Dampak finansial dari penjualan produk ini diproyeksikan mengurangi kerugian MEDC secara substansial mulai laporan keuangan kuartal III-2025.
Selain itu, kinerja MEDC juga didukung oleh segmen energi terbarukan dengan penjualan listrik stabil dan penambahan kapasitas dari Ijen Geothermal serta East Bali Solar. MEDC menargetkan kontribusi energi terbarukan mencapai 30% pada tahun 2030 dan berencana mengakuisisi blok Sakakemang PSC yang berpotensi meningkatkan lifting gas. Meskipun ada risiko seperti volatilitas harga migas dan keterlambatan ramp-up AMMN, para analis secara kompak merekomendasikan “beli” saham MEDC dengan target harga Rp 1.500 hingga Rp 1.600.