
MNCDUIT.COM JAKARTA. Tahun 2025 menghadirkan tantangan tersendiri bagi kinerja keuangan dua emiten Grup Merdeka, yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) pada kuartal I.
MDKA mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar US$ 502,17 juta, mengalami penurunan 7,18% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Meski demikian, ada secercah harapan. Rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk MDKA berhasil ditekan, menyusut signifikan sebesar 75,44% yoy menjadi US$ 3,74 juta.
Senada dengan MDKA, MBMA juga menghadapi tantangan serupa. Pendapatan perusahaan turun 17,58% yoy menjadi US$ 366,11 juta pada kuartal I-2025. Akibatnya, MBMA mengalami rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 3,46 juta.
Pendapatan dan Laba Bersih Merdeka Battery Materials (MBMA) Turun pada Kuartal I-2025
Manajemen MDKA menjelaskan bahwa lonjakan harga emas menjadi penyelamat, berkontribusi pada tambahan pendapatan sebesar US$ 47 juta dari segmen penjualan emas. Selain itu, penjualan limonit kepada pihak ketiga juga menyumbang US$ 24 juta.
Kinerja positif dari kedua segmen ini mampu meredam dampak penurunan kontribusi dari produk hilir nikel dan segmen tembaga. Alhasil, penurunan pendapatan MDKA dapat ditekan hanya sekitar 7% secara tahunan.
Dari sisi operasional, tambang nikel SCM menunjukkan performa yang menggembirakan. Produksi nikel limonit mencapai 1,8 juta metrik ton basah (wet metric ton/wmt), meningkat 54% yoy. Sementara itu, produksi nikel saprolit melonjak 190% yoy menjadi 1,3 juta wmt pada akhir kuartal I-2025.
Meskipun produksi nikel sempat mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya akibat curah hujan musiman, volume keseluruhan tetap jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sehingga mampu menjaga momentum pertumbuhan.
Namun, kinerja berbeda ditunjukkan oleh pabrik peleburan (smelter) RKEF yang dijalankan MBMA. Pabrik ini hanya mampu memproduksi 16.297 ton nikel dalam bentuk Nickel Pig Iron, turun 22% yoy pada kuartal I-2025.
Ini Faktor Pendorong Kinerja Positif Merdeka Battery Materials (MBMA) pada 2024
Penurunan ini terutama disebabkan oleh proses peningkatan bertahap di PT Bukit Smelter Indonesia (BSI) setelah perbaikan tungku pada kuartal IV-2024, serta pemeliharaan terjadwal di PT Zhao Hui Nickel (ZHN) yang sempat terhenti sementara akibat banjir. Peningkatan ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan efisiensi, serta mendukung penghematan biaya di masa depan. Rencananya, perbaikan lini tambahan BSI juga akan dilakukan pada semester kedua 2025.
Di sisi lain, pengembangan pabrik pengolahan HPAL oleh MBMA, yang merupakan bagian dari sistem produksi terintegrasi dan dijalankan bersama perusahaan-perusahaan material baterai global, mencatat kemajuan signifikan melalui anak perusahaan PT ESG New Energy Material (ESG), PT Meiming New Energy Material (Meiming), dan PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC).
Tidak hanya itu, Proyek Emas Pani MDKA terus berjalan sesuai jadwal dan telah mencapai 49% penyelesaian pada akhir kuartal I-2025.
Proses rekayasa terperinci telah rampung, kontrak konstruksi utama telah ditetapkan, dan kontraktor telah mulai melakukan mobilisasi ke lokasi proyek. Model sumber daya terbaru bahkan menunjukkan potensi optimalisasi tambahan. Komisioning Proyek Emas Pani ditargetkan sesuai rencana pada akhir 2025, dengan produksi emas pertama diperkirakan akan terjadi pada awal 2026.
Merdeka Battery Materials (MBMA) Lakukan Penjualan Perdana Bahan Baku Baterai Listrik
Di tengah kondisi kinerja keuangan yang kurang menggembirakan, Presiden Direktur Merdeka Copper Gold, Albert Saputro, menegaskan bahwa MDKA masih mampu mencatat kemajuan yang konsisten di seluruh segmen bisnis inti dan telah menyelesaikan sejumlah langkah penting dalam proyek-proyek strategis perusahaan.
“Merdeka tetap berkomitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang bertanggung jawab, sambil menjawab peluang dan tantangan yang terus berkembang pada 2025 dan seterusnya,” pungkasnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/7).
Analis Korea Invesment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, berpendapat bahwa meskipun kinerja keuangan MDKA dan MBMA masih menunjukkan angka negatif, secara umum kondisi fundamental kedua emiten ini tetap solid.
Alasannya, proyek Tujuh Bukit hingga saat ini masih berproduksi dan proyek lainnya, seperti Tambang Emas Pani, masih berada di jalur yang positif untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan perusahaan.
Merdeka Copper Gold (MDKA) Catat Pendapatan US$ 502 Juta pada Kuartal I-2025
Tantangan utama bagi MDKA dan MBMA terletak pada harga nikel yang belum menunjukkan kenaikan, sementara kebutuhan belanja modal (capex) emiten tersebut terbilang besar.
“Kinerja semester kedua mungkin akan lebih baik, karena ekspektasi harga nikel yang stabil dan berpotensi rebound seiring pulihnya ekonomi,” kata Wafi, Rabu (2/7).
Tren positif harga emas juga dapat menjadi sentimen positif bagi Grup Merdeka, terutama untuk MDKA. Potensi berlanjutnya kenaikan harga emas akan berdampak positif bagi kinerja MDKA, meskipun porsi pendapatan segmen emas mereka tidak sebesar emiten produsen emas lainnya. Upaya untuk menambah porsi pendapatan di segmen tersebut kemungkinan baru dapat terwujud ketika Proyek Emas Pani mulai beroperasi pada tahun 2026.
Cek Rekomendasi Saham Merdeka Copper Gold (MDKA) di Tengah Kenaikan Harga Emas
Selain itu, kebijakan pemerintah yang terus mendorong hilirisasi komoditas mineral juga menjadi sentimen positif bagi Grup Merdeka, khususnya MBMA.
Wafi merekomendasikan agar baik MDKA maupun MBMA dapat dikoleksi oleh investor. Saham MDKA ditargetkan menyentuh level Rp 2.600 per saham, sedangkan MBMA di level Rp 500 per saham.
Pada kuartal I-2025, MDKA mengalami penurunan pendapatan sebesar 7,18% yoy menjadi US$ 502,17 juta, namun berhasil menekan rugi bersih hingga 75,44% yoy. MBMA juga menghadapi penurunan pendapatan 17,58% yoy menjadi US$ 366,11 juta, menyebabkan rugi bersih. Lonjakan harga emas menjadi penyelamat bagi MDKA, sementara produksi nikel SCM menunjukkan performa menggembirakan.
Penurunan kinerja MBMA disebabkan oleh peningkatan bertahap di BSI dan pemeliharaan terjadwal di ZHN. Meskipun demikian, proyek HPAL MBMA mencatat kemajuan signifikan, dan Proyek Emas Pani MDKA terus berjalan sesuai jadwal. Analis merekomendasikan koleksi saham MDKA dan MBMA, dengan target harga masing-masing Rp 2.600 dan Rp 500 per saham, dengan harapan harga nikel akan stabil dan berpotensi rebound.