
Dinamika pasar modal Indonesia belakangan ini kian semarak dengan manuver agresif yang dilancarkan oleh sejumlah konglomerat terkemuka. Aksi korporasi mereka tak hanya menarik perhatian investor, tetapi juga memberikan gambaran jelas mengenai sentimen pasar dan potensi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Salah satu manuver terbaru datang dari Haji Romo Nitiyudo Wachjo, yang juga dikenal sebagai Haji Robert, melalui pelepasan sebagian saham PT Petrosea Tbk (PTRO).
Pada Kamis (14/8/2025), Haji Robert, lewat entitas investasinya PT Caraka Reksa Optimal yang merupakan pemegang saham pengendali PTRO, melepas sekitar 240,86 juta lembar saham PTRO. Transaksi ini, yang dilakukan pada harga rata-rata Rp 2.968 per saham, berhasil mengucurkan dana segar sekitar Rp 714,89 miliar bagi Caraka Reksa Optimal. Pelepasan saham PTRO ini bertujuan utama untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar di publik atau yang dikenal sebagai free float saham. Pasca-transaksi, kepemilikan PT Caraka Reksa Optimal di PTRO kini tercatat sebesar 2,98 miliar saham, setara dengan 29,56% dari total saham.
Di sisi lain, konglomerat lain yang juga merupakan adik dari Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, justru mengambil langkah sebaliknya dengan memperkuat kepemilikannya di PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI). Melalui perusahaan investasinya, PT Investasi Sukses Bersama, Hashim membeli sekitar 30,09 juta saham WIFI pada tanggal 8 Agustus 2025. Dengan harga pembelian Rp 2.800 per saham, nilai transaksi ini mencapai sekitar Rp 84,25 miliar. Setelah akuisisi ini, kepemilikan PT Investasi Sukses Bersama di WIFI meningkat signifikan menjadi 2,87 miliar saham atau setara 54,22%, dari sebelumnya 2,84 miliar saham atau 53,65%.
Tak hanya Haji Robert dan Hashim, pergerakan strategis di pasar modal juga dilakukan oleh Andi Syamsuddin Arsya, atau akrab disapa Haji Isam. Pada bulan Juli 2025, Haji Isam melalui perusahaan PT Shankara Fortuna Nusantara, mengakuisisi 15% saham PT Jagonya Ayam Indonesia dari PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST). Untuk transaksi ini, Shankara Fortuna Nusantara menggelontorkan dana sebesar Rp 54,44 miliar. Selain itu, setahun sebelumnya, konglomerat Garibaldi “Boy” Thohir dari Grup Alamtri melakukan gebrakan besar dengan memisahkan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dari PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) melalui skema Penawaran Umum Perdana (IPO).
Fenomena aktivitas konglomerat di pasar saham ini tidak luput dari pengamatan para analis. Budi Frensidy, seorang Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, mencermati bahwa emiten dan saham-saham konglomerat yang memiliki kedekatan dengan lingkaran kekuasaan, atau “lingkaran RI satu”, diprediksi akan mendapatkan “angin segar” selama masa pemerintahan Presiden Prabowo. “Saham-saham yang sedang naik daun dan saham emiten konglomerat akan berjaya selama kepemimpinan Prabowo,” ujarnya kepada Kontan pada Kamis (14/8/2025).
Salah satu bukti nyata sentimen positif ini terlihat pada saham WIFI yang telah melesat fantastis hingga 1.108,33% dalam setahun terakhir. Pada penutupan perdagangan Kamis (14/8/2025), saham WIFI parkir di level Rp 2.900 per saham, menguat 7,01% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa beberapa sektor saham konglomerat juga tengah mendapat katalis positif. Sektor perkebunan kelapa sawit atau CPO, misalnya, menjadi salah satu yang bersinar.
Haji Isam, yang memiliki dua perusahaan kelapa sawit, PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) dan PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), merasakan dampak positif tersebut. Pada perdagangan Kamis (14/8), saham JARR ditutup melonjak 13,57% ke level Rp 795 per saham, setelah mencatatkan kenaikan impresif 108,12% dalam sebulan terakhir. Sementara itu, PGUN ditutup datar di level Rp 1.425 setelah perdagangannya sempat disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia selama tujuh hari. Nafan menilai kenaikan harga saham emiten perkebunan kelapa sawit ini didorong oleh lonjakan harga CPO global, yang tersengat oleh sentimen pembelian jelang festival Diwali pada Oktober mendatang. Selain itu, penguatan juga disokong oleh penegasan Presiden Prabowo terkait kebijakan pencampuran bahan bakar nabati ke bahan bakar minyak sebesar 50% atau B50 yang akan berlaku tahun depan. Kebijakan ini diperkirakan akan menurunkan pasokan CPO untuk ekspor, sehingga mendorong kenaikan harga CPO.
Di samping sektor CPO yang bersifat non-siklikal, Nafan juga melihat bahwa emiten konglomerat di sektor properti mendapatkan katalis positif dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan perpanjangan insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP). Sentimen positif ini dipercaya akan mendukung prospek saham milik konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan, yang memiliki perusahaan properti seperti PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK).
Khusus untuk saham emiten konglomerat yang memiliki kedekatan dengan Presiden Prabowo, Nafan secara spesifik merekomendasikan speculative buy pada saham WIFI. Area beli yang disarankannya berada di rentang Rp 2.560–Rp 2.760. Namun, Nafan belum menetapkan target harga baru untuk WIFI, mengingat level resistensi sebelumnya di Rp 2.890 baru saja tercapai, menandakan potensi pergerakan lebih lanjut yang perlu dicermati.
Beberapa konglomerat terkemuka di Indonesia, seperti Haji Romo Nitiyudo Wachjo dan Hashim Djojohadikusumo, aktif melakukan manuver signifikan di pasar modal. Haji Robert, melalui PT Caraka Reksa Optimal, melepas sebagian saham PT Petrosea Tbk (PTRO) senilai Rp 714,89 miliar untuk meningkatkan *free float* saham. Sebaliknya, Hashim Djojohadikusumo memperkuat kepemilikannya di PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dengan membeli saham senilai Rp 84,25 miliar.
Fenomena ini diamati para analis yang memprediksi saham emiten konglomerat dekat pemerintahan akan berkinerja baik di bawah Presiden Prabowo. Sektor perkebunan kelapa sawit dan properti mendapat katalis positif. Kenaikan harga CPO global, kebijakan B50, penurunan suku bunga acuan, dan insentif PPN DTP menjadi pendorong utama. Saham WIFI, misalnya, telah melonjak drastis dalam setahun terakhir.