
MNCDUIT.COM JAKARTA. Kinerja Indeks LQ45 mengalami tekanan signifikan sepanjang semester I-2025, bahkan mencatatkan performa yang lebih buruk dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga penutupan perdagangan pada Senin, 30 Juni 2025, indeks LQ45 telah anjlok 6,53% secara year to date. Angka ini kontras dengan pelemahan IHSG yang “hanya” 2,15% selama paruh pertama tahun ini.
Penurunan tajam LQ45 ini didominasi oleh beberapa saham berkapitalisasi besar. Berdasarkan data Bloomberg, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemberat utama, terkoreksi 7,58% sepanjang tahun ini dan menyumbang tekanan sebesar 9,32 poin pada indeks LQ45. Selain itu, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turut menekan indeks sebesar 4,95 poin, disusul oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menggerus 4,67 poin. Tekanan signifikan juga datang dari saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebesar 3,66 poin, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 3,20 poin, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 2,46 poin.
Ada GOTO, BMRI, & BBTN, Cermati Top Losers LQ45 saat IHSG Menguat Hari Senin (30/6)
Para analis pasar memberikan pandangan mendalam mengenai penyebab tertekannya indeks LQ45. Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa anjloknya indeks LQ45 sejalan dengan pergerakan IHSG yang dipicu oleh kinerja sektor keuangan yang mengecewakan. Hal ini terutama tercermin dari perlambatan penyaluran kredit, mengingat saham-saham perbankan menjadi motor penggerak utama bagi kedua indeks tersebut. “Selain itu, emiten big caps berbasis komoditas juga tertekan oleh harga komoditas yang sangat fluktuatif akibat sentimen makroekonomi dan global,” imbuh Nafan.
Menambahkan perspektif, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, mengungkapkan bahwa tekanan pada indeks LQ45 juga dipengaruhi oleh aksi jual bersih atau net sell yang dilakukan oleh investor asing. Selain itu, sentimen global yang belum memberikan katalis kuat untuk strategi risk-on menyebabkan indeks LQ45 cenderung bergerak sideways atau bahkan terkoreksi hingga akhir semester I-2025.
Meskipun demikian, memasuki paruh kedua tahun ini, Miftahul melihat prospek yang sedikit lebih cerah bagi saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45. Optimisme ini didorong oleh beberapa sentimen positif yang mulai bergulir. “Pemerintah mulai menggulirkan stimulus fiskal, ekspektasi pemangkasan suku bunga semakin kuat, dan potensi dividen interim dari beberapa emiten dapat menjadi katalis positif,” jelasnya.
Untuk paruh kedua tahun 2025, Miftahul memproyeksikan saham-saham seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), serta PT Jasa Marga Tbk (JSMR) memiliki potensi untuk mengangkat indeks LQ45. Hal ini terutama ditopang oleh narasi kuat di sektor energi, emas, ekonomi syariah, dan infrastruktur. Namun, ia mengingatkan, “Tekanan mungkin masih terasa pada saham-saham bank jumbo jika kondisi global masih terdapat ketidakpastian.”
Senada dengan pandangan tersebut, Nafan Aji Gusta juga memproyeksikan kinerja indeks LQ45 berpotensi lebih positif di semester II-2025. Proyeksi ini sejalan dengan potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral dan membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan mitra-mitra penting seperti Jepang, Eropa, dan Korea Selatan, dengan harapan kesepakatan juga terjadi dengan mitra lainnya.
Untuk semester II-2025, Nafan merekomendasikan pilihan saham pada BBCA, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), BBRI, BMRI, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Indosat Tbk (ISAT), JSMR, PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Sementara itu, Kiwoom Sekuritas secara spesifik merekomendasikan trading buy untuk ANTM dengan target harga di Rp 3.120 dan trading buy untuk BRIS di Rp 2.700.
IHSG Menguat 0,44% ke 6.927 pada Senin (30/6), MBMA, MDKA, INCO Top Gainers LQ45
Indeks LQ45 mengalami tekanan signifikan sepanjang semester I-2025, anjlok 6,53% secara year to date, jauh lebih buruk dibandingkan pelemahan IHSG yang hanya 2,15%. Penurunan ini terutama disebabkan oleh saham-saham berkapitalisasi besar seperti BBCA, GOTO, dan BMRI. Analis menjelaskan bahwa kinerja sektor keuangan yang mengecewakan akibat perlambatan kredit, fluktuasi harga komoditas, serta aksi jual bersih investor asing menjadi faktor utama.
Memasuki paruh kedua tahun 2025, prospek LQ45 diproyeksikan lebih cerah berkat stimulus fiskal pemerintah, ekspektasi pemangkasan suku bunga, dan potensi dividen interim. Saham-saham seperti PTBA, ANTM, BRIS, dan JSMR dinilai memiliki potensi untuk mengangkat indeks. Selain itu, rekomendasi saham juga mencakup BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, CTRA, ISAT, MEDC, dan TLKM, meskipun ketidakpastian global masih bisa membebani saham bank jumbo.