LPCK Bangkit! Kuartal III-2025, Saatnya Beli Saham Lippo Cikarang?

PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) menunjukkan pemulihan kinerja yang signifikan sepanjang periode Januari hingga September 2025. Perusahaan properti ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 264,84 miliar per kuartal III-2025, sebuah pencapaian yang kontras tajam dibandingkan dengan kerugian Rp 1,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan impresif ini didorong oleh peningkatan pendapatan neto sebesar 250,27% secara tahunan (Year-on-Year/YoY), mencapai Rp 3,36 triliun. Angka tersebut jauh melampaui pendapatan Rp 961,36 miliar yang dicatatkan pada September 2024. Marlo Budiman, Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini utamanya berasal dari serah terima unit rumah tapak, apartemen, unit komersial (ruko), serta lahan industri. Selain itu, kontribusi dari segmen non-properti melalui pengelolaan kawasan Lippo Cikarang Cosmopolis juga turut memperkuat kinerja perseroan.

Secara rinci, segmen penjualan rumah hunian dan apartemen menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan LPCK pada periode ini, dengan nilai Rp 2,34 triliun. Segmen pengelolaan kota juga memberikan kontribusi substansial sebesar Rp 354,77 miliar, diikuti oleh penjualan lahan komersial dan rumah toko senilai Rp 322,12 miliar, serta penjualan tanah industri sebesar Rp 318,25 miliar. Pendapatan dari sewa dan segmen lainnya melengkapi dengan Rp 103,95 miliar. Segmen penjualan rumah tapak dan apartemen mencatat pertumbuhan pendapatan luar biasa sebesar 683% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara unit komersial tumbuh 187%.

Tidak hanya itu, LPCK juga mencatatkan pendapatan prapenjualan atau marketing sales sebesar Rp 1,2 triliun per kuartal III-2025. Angka ini merepresentasikan 73% dari target tahunan 2025 sebesar Rp 1,65 triliun. Raihan prapenjualan ini didorong oleh tingginya permintaan produk residensial, khususnya rumah tapak yang menyumbang 60% dari total marketing sales, diikuti oleh unit komersial (34%) dan lahan industri (6%). Hingga September 2025, perseroan berhasil menjual sebanyak 1.154 unit, dengan dukungan produk baru seperti Neo Top.

Marlo Budiman optimistis terhadap prospek industri properti. Ia melihat tren permintaan yang kuat dan berkelanjutan pada segmen hunian terjangkau dan premium. “Kami berkomitmen untuk menjaga kepercayaan konsumen dengan menyelesaikan pembangunan tepat waktu dan memastikan proses serah terima berjalan sesuai jadwal,” tegasnya.

Analis Pasar Senior Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa pemulihan kinerja LPCK berada di atas ekspektasi. Menurutnya, sektor properti saat ini sedang dalam masa pemulihan, khususnya setelah memasuki era suku bunga rendah. Federal Reserve baru saja menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,75%–4,00% pada pertemuan Oktober 2025, sementara Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga di level 4,75%. “Kenaikan performa LPCK pun ditopang penjualan unit perumahan. Ini artinya pelaku pasar sudah melihat tren perbaikan industri properti,” ujar Nafan kepada Kontan pada Kamis (30/10/2025).

Penurunan suku bunga diharapkan akan mendorong peningkatan permintaan aset properti melalui penurunan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), sekaligus mereduksi biaya pinjaman bagi perusahaan. Sentimen positif di industri properti juga diperkuat oleh perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga tahun 2026. Selain itu, potensi pertumbuhan ekonomi yang melebihi ekspektasi pada tahun depan, terutama dari konsumsi masyarakat menengah ke atas, diharapkan mampu memacu pertumbuhan sektor properti lebih pesat.

Nafan juga menyoroti pentingnya kelanjutan proyek Meikarta untuk menopang kinerja LPCK dan menambah pasokan hunian. Berdasarkan catatan, LPCK telah menggelar rights issue pada 27 Maret 2025, menghasilkan dana sebesar Rp 1,22 triliun. Per 30 Juni 2025, sekitar Rp 995 miliar dari dana tersebut telah disetor kepada anak perusahaan LPCK, yaitu PT Megakreasi Cikarang Permai (MKCP), yang selanjutnya digunakan sebagai penyertaan modal kepada PT Mahkota Sentosa Utama (MSU). MSU saat ini tengah menggarap proyek pembangunan apartemen di Meikarta District 1 dan District 2, berlokasi di Cibatu, Cikarang Selatan. Proyek ini menargetkan penambahan 6.100 unit apartemen hingga akhir tahun 2025, dengan target serah terima sekitar 3.400 unit hingga tahun 2027. “Kalau pertumbuhan ekonomi dan kelas menengah bisa di atas ekspektasi, sektor properti bisa lebih baik. Jadi, proyek Meikarta harus berlanjut,” tegas Nafan. Ia merekomendasikan hold untuk saham LPCK dengan target harga Rp 665 per saham.

Senada, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat pergerakan saham LPCK berada pada level support Rp 86 per saham dan resistance Rp 93 per saham. Herditya merekomendasikan trading buy untuk LPCK dengan target harga Rp 97 – Rp 101 per saham.

Ringkasan

PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mencatatkan pemulihan kinerja signifikan pada kuartal III-2025 dengan laba bersih Rp 264,84 miliar, berbalik dari kerugian tahun sebelumnya. Pendapatan neto perusahaan melonjak 250,27% secara tahunan mencapai Rp 3,36 triliun, utamanya didorong oleh serah terima unit rumah tapak, apartemen, komersial, dan lahan industri. Selain itu, LPCK membukukan prapenjualan sebesar Rp 1,2 triliun, merepresentasikan 73% dari target tahunan, dengan penjualan rumah tapak sebagai kontributor utama.

Kinerja impresif ini dinilai di atas ekspektasi dan mencerminkan pemulihan sektor properti. Hal ini didukung oleh tren suku bunga rendah, setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga, dan perpanjangan insentif PPN DTP. Analis merekomendasikan kelanjutan proyek Meikarta untuk menopang kinerja LPCK, dengan rekomendasi saham berkisar dari *hold* hingga *trading buy*.

You might also like