Kondisi Bergejolak, Ini Tips Diversifikasi Investasi Emas Sampai Saham

Img AA1M15nz

MNCDUIT.COM , JAKARTA – Kondisi bergejolak membawa setiap keputusan investasi jadi semakin menantang. Tanpa pola pikir yang tepat, target pemenuhan tujuan keuangan bisa terganggu, bahkan molor dari rencana awal.

Perencana Keuangan Finante Evelin Candratio menekankan perlunya fokus pada tujuan jangka panjang di tengah kondisi terkini, hindari keputusan impulsif yang didasari oleh fluktuasi pasar jangka pendek, dan perkuat riset mandiri demi menghindari rekomendasi yang tidak didukung data.

“Terpenting jangan terpancing FOMO [fear of missing out]. Pasar investasi saat ini sangat dinamis dan mudah memicu emosi, terutama di era media sosial. Strategi yang paling penting adalah tetap rasional dan berpegang pada rencana investasi yang sudah dibuat,” jelasnya ketika dihubungi Bisnis, dikutip Sabtu (6/9/2025).

: Manajer Investasi Tersangkut Korupsi Asabri, Agen Perketat Filter Peredaran Produk Reksa Dana

Bagi Evelin, diversifikasi adalah kunci utama untuk tetap bertahan di tengah kondisi global yang dipenuhi ketidakpastian geopolitik dan potensi perlambatan ekonomi ini. 

Pertama, aset safe haven upayakan menjadi portofolio dominan. Aset berisiko rendah untuk stabilitas, seperti emas, obligasi pemerintah (SBN), deposito, dan reksa dana pasar uang, berpotensi menjadi bantalan saat pasar saham atau aset berisiko lainnya mengalami penurunan.

: : Investasi SR023 di Permata Bank, Dapat Cashback hingga Rp43,9 Juta

“Emas memiliki prospek yang sangat cerah di tengah tren penurunan suku bunga dan melemahnya dolar AS. Emas ideal untuk investasi jangka panjang sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan gejolak pasar,” jelasnya. 

Mengacu pada prediksi harga global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, harga emas domestik diproyeksikan bisa mencapai Rp2.150.000 hingga Rp2.250.000 per gram di akhir tahun 2025. Proyeksi ini menunjukkan potensi kenaikan yang cukup signifikan dari level saat ini.

: : Jurus Manajer Investasi Optimalkan Cuan saat Yield Obligasi dalam Tren Penurunan

Kedua, tetap perhatikan aset berisiko menengah untuk menjaga pertumbuhan portofolio. Misalnya, saham blue chip di sektor yang solid, reksa dana pendapatan tetap, atau reksa dana campuran.

“Meskipun pasar saham bisa volatil, ada sektor-sektor tertentu yang tetap memiliki prospek cerah, terutama di pasar domestik. Misalnya, sektor perbankan dan keuangan cenderung stabil dan solid. Perbankan besar justru menjadi pilihan yang aman karena fundamental yang kuat dan pembagian dividen yang rutin,” tambahnya.

Perhatikan pula sektor konsumer, terutama kondisi daya beli masyarakat, dan permintaan di sektor konsumer esensial yang cenderung stabil terlepas dari kondisi ekonomi.

Selain itu, sektor energi dan infrastruktur pun menarik, sebab fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur dan transisi energi dapat memberikan peluang investasi jangka panjang pada sektor-sektor tersebut.

Terakhir, apabila masih ada ‘uang dingin’ tersisa, tak ada salahnya menengok beberapa kelas aset golongan berisiko tinggi, demi menggenjot potensi keuntungan maksimal.

“Contohnya, saham dari sektor-sektor yang sedang booming, seperti teknologi AI, energi terbarukan, atau kesehatan. Bisa juga masuk ke instrumen terkait kripto, namun dengan alokasi yang kecil saja,” tutupnya.

You might also like