
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Kompas100 menunjukkan performa yang cemerlang, berhasil melampaui kinerja saham-saham blue chip yang tergabung dalam indeks LQ45 secara signifikan sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd). Kondisi ini menarik perhatian investor dan analis pasar, menandai pergeseran dinamika di pasar saham Indonesia.
Data statistik Bursa pada Jumat (17/10) mengungkapkan, indeks Kompas100 telah melonjak 3,11% ytd sejak awal tahun, mencapai posisi 1.090,46. Berbanding terbalik, indeks LQ45 justru menunjukkan pelemahan dengan terkoreksi 6,57% ytd, berada di level 772,34. Perbedaan kinerja yang mencolok ini mengindikasikan adanya faktor pendorong yang kuat bagi Kompas100.
Menurut Harry Su, Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, kinerja positif Kompas100 sejak awal tahun sebagian besar disumbangkan oleh saham-saham yang didorong oleh likuiditas tinggi. Saham-saham ini mencatat kenaikan harga yang luar biasa, terutama yang berbasis komoditas. Harry menyebut beberapa nama seperti PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang meroket 291,3% ytd, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melonjak 296,7%, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) meningkat 196,24%, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) naik 170,27%, PT Timah Tbk (TINS) menanjak 169,16%, serta PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang terbang 167,97%.
“Lonjakan harga saham-saham ini menjadi motor utama penguatan indeks. Tanpa kontribusi mereka, IHSG maupun Kompas100 kemungkinan besar masih berada jauh di bawah level saat ini,” kata Harry kepada Kontan, Jumat (17/10/2025). Ia menambahkan, kontributor terbesar datang dari saham-saham dengan pergerakan likuiditas tinggi dan berbasis komoditas, khususnya energi, tambang emas, dan logam dasar.
Di sisi lain, sektor perbankan justru menjadi penekan utama kinerja indeks, mencatat penurunan signifikan secara tahun berjalan. Tekanan ini, jelas Harry, dipicu oleh aksi jual investor asing yang berkelanjutan, pelemahan nilai tukar rupiah, serta margin bunga bersih (NIM) yang belum menunjukkan pemulihan hingga delapan bulan pertama tahun 2025.
Menyuarakan pandangan senada, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila berpendapat bahwa beberapa sektor riil turut menopang kinerja indeks Kompas100. Sektor logam dan mineral, yang diwakili oleh saham seperti ANTM dan BRMS, serta saham CPO seperti TAPG, memberikan kontribusi positif. Tak hanya itu, sektor konsumer yang diwakili oleh saham-saham seperti ICBP dan AMRT juga ikut mendorong performa indeks.
“Investor melihat ada rotasi sektor karena dari sisi ketidakpastian ekonomi global maupun domestik menyebabkan investor tertarik dengan saham logam dan mineral seperti emas,” jelas Indy kepada Kontan, Jumat (17/10). Ini menunjukkan preferensi investor yang mencari aset lebih aman di tengah gejolak ekonomi.
Rekomendasi Saham
Dalam proyeksinya untuk jangka menengah, Harry Su menilai bahwa saham-saham komoditas masih memiliki potensi besar untuk melanjutkan reli, asalkan harga global tetap tinggi. Terutama harga emas, yang sudah menembus rekor baru di atas US$4.000/oz. Namun, Harry mengingatkan, volatilitas harga menjadi risiko yang perlu dicermati oleh para investor. Untuk sektor perbankan, tekanan jangka pendek diperkirakan masih akan berlanjut, tetapi prospek jangka panjang tetap positif berkat fundamental yang solid dan potensi pemulihan kredit di masa mendatang.
Adapun sektor konsumer defensif, seperti perusahaan barang konsumsi cepat (FMCG) dan ritel modern, akan tetap menjadi pilihan aman bagi investor di tengah volatilitas pasar. Harry merekomendasikan saham-saham seperti BBCA, TLKM, ICBP, AMRT, dan JPFA. Ia memberikan target harga masing-masing Rp 9.600, Rp 3.900, Rp 12.800, Rp 300, dan Rp 2.000.
BBCA Chart by TradingView
Saham-saham ini dipilih Harry karena bersifat defensif, memiliki fundamental yang kuat, dan berpotensi memberikan kontribusi positif terhadap pergerakan indeks di tengah tekanan pada saham-saham yang kurang berkinerja. Sementara itu, Indy Naila menyarankan investor untuk mencermati saham ICBP, ANTM, BBRI, BMRI, dan PGEO. Ia menetapkan target harga masing-masing Rp 10.000, Rp 4.000, Rp 5.025, Rp 5.200, dan Rp 2.000 per saham.
Indeks Kompas100 menunjukkan kinerja yang cemerlang, naik 3,11% ytd, melampaui LQ45 yang terkoreksi 6,57% ytd. Kinerja positif Kompas100 sebagian besar didorong oleh saham-saham berbasis komoditas dan berlikuiditas tinggi, seperti ENRG dan BRPT. Sebaliknya, sektor perbankan menjadi penekan utama akibat aksi jual investor asing, pelemahan rupiah, dan belum pulihnya NIM. Sektor riil seperti logam dan mineral, CPO, serta konsumer juga turut menopang indeks Kompas100.
Analis memproyeksikan saham komoditas masih berpotensi melanjutkan reli jika harga global tetap tinggi, terutama emas, namun volatilitas harga perlu dicermati. Sektor perbankan diperkirakan menghadapi tekanan jangka pendek, tetapi prospek jangka panjangnya tetap positif. Untuk investor, Harry Su merekomendasikan saham defensif seperti BBCA, TLKM, ICBP, AMRT, dan JPFA. Sementara itu, Indy Naila menyarankan untuk mencermati ICBP, ANTM, BBRI, BMRI, dan PGEO.