
JAKARTA — Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menunjukkan kinerja gemilang sejak awal tahun, bergerak menguat signifikan dan menarik perhatian para investor. Kinerja positif ini menjadikan sejumlah saham syariah di dalamnya sebagai pilihan menarik di tengah dinamika pasar modal.
Oktavianus Audi, Analis sekaligus VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, memaparkan bahwa penguatan ISSI didorong oleh beberapa faktor kunci. Salah satunya adalah tekanan koreksi pada saham-saham perbankan, terutama dari bank-bank Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) IV, yang diikuti oleh derasnya aksi jual investor asing sebagai bentuk rebalancing portofolio mereka.
Lebih lanjut, Audi menambahkan bahwa kinerja impresif indeks saham syariah juga ditopang oleh penguatan sejumlah emiten yang merespons positif ekspansi bisnis. Contohnya terlihat pada saham WIFI yang melesat 407% dan DCII yang melonjak 257%, dikutip Minggu (22/6/2025). Selain itu, kenaikan harga komoditas secara global turut menjadi motor penggerak bagi saham-saham berbasis komoditas seperti ARCI yang naik 164%, ANTM melonjak 109%, dan PSAB yang menguat 101% sejak awal tahun.
Kombinasi dari berbagai faktor tersebut menjadikan pergerakan ISSI tampil jauh lebih solid dan tangguh dibandingkan dengan IHSG secara keseluruhan. Oleh karena itu, Audi menyarankan investor untuk cermat memanfaatkan peluang dari konstituen ISSI, terutama emiten-emiten yang terbukti diuntungkan oleh sentimen positif ini dalam jangka menengah.
Dalam daftar rekomendasi saham pilihan dari indeks ISSI, Audi menyoroti beberapa emiten dengan valuasi yang masih menarik. Ia merekomendasikan trading buy untuk saham MEDC dengan target harga (TP) Rp1.590 per saham. Selain itu, ada pula rekomendasi trading buy untuk saham TAPG dengan TP Rp1.030, buy untuk saham BIRD dengan TP Rp2.220, dan trading buy untuk saham MDKA dengan TP Rp2.500 per saham.
Senada dengan pandangan tersebut, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Irwan Abdalloh menegaskan bahwa pergerakan indeks saham syariah yang melampaui IHSG adalah hal yang wajar. Menurutnya, pelemahan IHSG saat ini justru disebabkan oleh kinerja saham-saham non-syariah, khususnya dari sektor perbankan, yang tidak termasuk dalam konstituen saham syariah.
Data statistik BEI secara jelas menunjukkan superioritas ISSI. Sejak awal tahun, ISSI telah melonjak 4,31%, jauh melampaui IHSG yang justru terkoreksi negatif 2,44%. Saat ini, terdapat 614 saham syariah yang tergabung dalam ISSI, dengan total kapitalisasi pasar mencapai Rp7.498 triliun. Angka ini merepresentasikan sekitar 62% dari keseluruhan total kapitalisasi IHSG, menunjukkan bobot dan pengaruh signifikan dari sektor syariah di pasar modal Indonesia.
Di antara ratusan saham syariah tersebut, beberapa emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam indeks ISSI meliputi TPIA, BYAN, AMMN, DSSA, dan DCII, yang menjadi penopang utama bobot indeks.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menunjukkan kinerja gemilang sejak awal tahun, menguat signifikan dan melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi negatif. Penguatan ini didorong oleh tekanan koreksi pada saham perbankan non-syariah dan aksi jual investor asing. Selain itu, ekspansi bisnis emiten dan kenaikan harga komoditas global turut menopang kinerja saham syariah, menjadikan ISSI lebih solid.
Secara statistik, ISSI telah melonjak 4,31% YTD, jauh di atas IHSG yang justru terkoreksi 2,44%. Indeks ini mencakup 614 saham syariah dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp7.498 triliun, merepresentasikan sekitar 62% dari total kapitalisasi IHSG. Analis menyarankan investor untuk memanfaatkan peluang ini, dengan beberapa rekomendasi saham syariah seperti MEDC, TAPG, BIRD, dan MDKA.