 
             
						
MNCDUIT.COM — Laporan EY Global IPO Trends Q3 2025 menunjukkan qktivitas penawaran umum perdana (IPO) di Indonesia bergeser dari kuantitas ke kualitas. Meski jumlah IPO turun 35% dibanding tahun lalu, total dana yang berhasil dihimpun justru melonjak hampir tiga kali lipat menjadi USD906 juta hingga kuartal III 2025.
Dalam laporan itu, EY menilai lonjakan nilai tersebut menandai fokus baru pasar modal Indonesia terhadap emiten bernilai tinggi dan berfundamental kuat, sejalan dengan pendekatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang kini menekankan kualitas dibanding volume penerbitan saham.
“Selama tahun berjalan 2025, aktivitas IPO di Indonesia didominasi sektor industri, energi, konsumer, dan kesehatan. Momentum ini akan berlanjut di kuartal IV, dengan pipeline 11 perusahaan yang siap melantai di bursa,” ujar Partner EY-Parthenon Indonesia, Reuben Tirtawidjaja dalam laporan tersebut dikutip Kamis (30/10).
Dari pipeline tersebut, empat perusahaan memiliki aset di atas Rp250 miliar dan tujuh lainnya berada di kisaran Rp50–250 miliar. Berdasarkan sektor, terdapat dua perusahaan masing-masing di bidang konsumer, keuangan, dan industri, serta satu perusahaan teknologi dan dua dari sektor transportasi-logistik.
Aksi Prabowo Turun Langsung Musnahkan Barbuk Narkoba Bikin Bandar Ketar-ketir
Dukungan kebijakan yang pro rakyat di Pemerintahan Probowo-Gibran seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG), stimulus pembiayaan yang disalurkan lewat bank kelompok Himbara dan sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) diyakini mendongrak perekonomian dan meningkatkan kepercayaan terhadap perekonomian ke depan.
Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 30 Oktober 2025 bertengger di level 8.166,22, tumbuh sekitar 14,25 persen dibanding awal 2025, atau tumbuh 8,14 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year).
Emiten Besar Jadi Penggerak
Kinerja kuat IPO nasional didorong oleh sejumlah emiten besar yang berhasil menarik minat investor. PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) mencatat penggalangan dana terbesar senilai USD283 juta, diikuti PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sebesar USD146 juta, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) sebesar USD142 juta, dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) sebesar USD123 juta.
Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo, Menaker Sebut 2 Juta Lapangan Kerja Terbuka
Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu hanya ada satu IPO dengan nilai di atas USD50 juta, yaitu PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang meraih USD55 juta.
Prospek Positif, Tapi Selektif
EY mencatat, investor kini lebih berhati-hati dalam memilih emiten. Para Investor menilai tidak hanya potensi keuntungan, tetapi juga narasi pertumbuhan, tata kelola, dan kesiapan menghadapi disrupsi teknologi.
Secara global, momentum IPO meningkat 19% secara tahunan dengan lonjakan nilai mencapai 89%. Di Asia Tenggara, Singapura memimpin perolehan dana IPO kuartal III 2025 dengan USD1,5 miliar, disusul Indonesia di posisi kedua dengan USD478 juta.
EY memperkirakan prospek IPO Indonesia tetap positif hingga akhir tahun, ditopang kondisi likuiditas yang kuat, kebijakan moneter longgar, dan stabilitas makroekonomi.
Namun, tantangan seperti ketidakpastian politik dan fluktuasi global tetap perlu diwaspadai. “Kunci sukses emiten Indonesia ke depan adalah kesiapan menghadapi volatilitas dan kemampuan membangun kepercayaan investor melalui tata kelola yang solid dan strategi pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Reuben.