IHSG Tertekan Inflasi AS & Tarif Impor? Proyeksi Senin, Cek di Sini!

Img AA1HuJt8

MNCDUIT.COM JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat tipis, ditutup pada level 6.897,40 pada perdagangan Kamis (26/6). Kenaikan sebesar 0,96% atau setara 65,26 poin ini memberikan sinyal positif menjelang pekan baru.

Memasuki awal pekan, pasar modal diperkirakan akan mencermati beragam data ekonomi penting, baik dari ranah global maupun domestik. Fokus utama investor saat ini adalah tekanan inflasi di Amerika Serikat, seperti yang disampaikan oleh Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta.

“Kenaikan data US PCE (Personal Consumption Expenditures) dan Core PCE menunjukkan tekanan inflasi yang signifikan. Ini akan menjadi pertimbangan krusial bagi Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan,” jelas Nafan kepada Kontan, Minggu (29/6).

Cermati Proyeksi IHSG hingga Akhir Tahun, Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis

Sejalan dengan pandangan tersebut, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, juga menyoroti kekhawatiran pasar terhadap arah suku bunga The Fed. Kekhawatiran ini akan semakin tajam seiring rilisnya data ketenagakerjaan AS, khususnya Non-Farm Payroll (NFP).

“Pasar menantikan rilis data pekerjaan AS dengan Non-Farm Payroll (NFP) yang diperkirakan melambat menjadi 10.000 pada Juni 2025, turun drastis dari 139.000 data pekerjaan baru sebelumnya. Perlambatan ini cenderung direspon negatif oleh pasar,” terang Audi, memberikan gambaran potensi sentimen negatif.

Di samping itu, Nafan juga menggarisbawahi perhatian pasar terhadap kondisi sektor manufaktur global. Ia menilai, sejumlah negara masih berada dalam fase kontraksi akibat permintaan global yang melemah, termasuk Indonesia. Hal ini mencerminkan tantangan bagi pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi domestik, Audi memprediksi data inflasi Indonesia cenderung tumbuh melambat, diperkirakan mencapai 2,3% YoY dari sebelumnya 2,4% YoY untuk inflasi inti. Namun, ia mengingatkan, pasar cenderung merespons negatif jika perlambatan ini disebabkan oleh pelemahan permintaan domestik.

Adapun dari aspek geopolitik dan eksternal, Nafan melihat adanya potensi katalis positif. Tensi konflik di Timur Tengah mulai mereda, sementara diplomasi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan perkembangan yang lebih konstruktif. Hal ini berpotensi meredakan ketidakpastian global.

Simak Proyeksi IHSG Senin (30/6) Usai Long Weekend

“Jika negosiasi dagang dapat diarahkan ke kesepakatan konkret, itu akan menenangkan pasar dan menjadi katalis positif yang kuat,” ujar Nafan, memberikan harapan bagi investor.

Namun, Audi memberikan peringatan bahwa negosiasi tarif impor AS sudah memasuki tahap akhir dengan tenggat waktu pada 9 Juli. Bahkan, pembicaraan dengan Kanada cenderung mandek akibat sengketa pajak digital tanpa kejelasan penyelesaian. Ini bisa menjadi potensi risiko baru.

“Kami meyakini pasar masih akan terpengaruh oleh sentimen kebijakan tarif impor AS. Jika terjadi ketidaksesuaian yang tidak sesuai ekspektasi pasar, maka cenderung akan memberikan sinyal negatif,” tegasnya, menyoroti kerentanan pasar terhadap isu dagang.

Secara teknikal, Nafan memperkirakan pergerakan IHSG pada Senin (30/6) akan berada dalam kisaran support 6.814 dan 6.745, dengan resistance di level 6.980 dan 7.053. Sementara itu, Audi memproyeksikan IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat dalam rentang level support 6.795 dan resistance 6.980, didukung oleh indikator RSI yang menunjukkan kenaikan.

Cek Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (30/6)

Untuk perdagangan Senin (30/6), Audi menyarankan dua saham yang dinilai menarik secara teknikal:

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Support: Rp 4.800
Resistance: Rp 5.500
Rekomendasi: Speculative Buy

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
Support: Rp 2.570
Resistance: Rp 2.900
Rekomendasi: Speculative Buy

Ringkasan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat tipis, ditutup pada level 6.897,40 pada perdagangan Kamis (26/6). Pasar ke depan akan mencermati tekanan inflasi di Amerika Serikat yang ditunjukkan oleh data US PCE dan Core PCE, serta rilis data ketenagakerjaan AS (Non-Farm Payroll) yang diperkirakan melambat. Faktor-faktor ini akan menjadi pertimbangan krusial bagi Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan moneter.

Selain itu, kekhawatiran juga muncul dari kondisi sektor manufaktur global yang masih terkontraksi dan negosiasi tarif impor AS yang mendekati tenggat waktu 9 Juli. Dari domestik, inflasi Indonesia diproyeksikan melambat. Secara teknikal, IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang support 6.745-6.814 dan resistance 6.980-7.053 pada Senin (30/6), dengan rekomendasi saham seperti BMRI dan TLKM dari analis.

You might also like