
MNCDUIT.COM , JAKARTA — Gerak Bullish Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat ditopang oleh saham-saham papan pengembangan dan akselerasi, saat saham-saham papan utama bergerak stagnan dan cenderung melemah. Kondisi ini lantas memunculkan pertanyaan: bagaimana risikonya bagi para investor?
Menanggapi fenomena ini, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa pasar berpotensi menghadapi volatilitas yang jauh lebih tinggi apabila reli Indeks Harga Saham Gabungan justru didominasi oleh saham-saham papan pengembangan dan akselerasi. Menurut Nico, tidak semua pelaku pasar dan investor akan menyambut kondisi ini, mengingat adanya beragam karakteristik investor, terutama mereka yang berorientasi pada investasi jangka panjang.
Volatilitas pasar yang terlalu tinggi, tegas Nico, juga cenderung dihindari oleh investor institusi. Para investor institusi ini, menurutnya, akan lebih memilih untuk menjauhi aset yang berisiko tinggi dan memindahkan alokasi portofolio mereka ke instrumen yang lebih stabil, seperti pasar obligasi, demi menjaga keamanan investasi.
Namun demikian, Nico menambahkan bahwa jika saham-saham papan pengembangan dan akselerasi tersebut memang memiliki fundamental yang kuat, valuasi yang menarik, prospek sektoral yang cerah, serta didukung oleh narasi yang meyakinkan, bukan tidak mungkin pelaku pasar dan investor akan menemukan alasan kuat untuk berinvestasi. Di sisi lain, pergerakan pasar yang volatil justru cenderung menarik bagi investor yang berorientasi pada perdagangan jangka pendek, mencari peluang keuntungan cepat.
Lebih lanjut, Nico menuturkan bahwa penguatan IHSG belakangan ini cenderung disebabkan oleh kenaikan saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap). Saham-saham tersebut meliputi BBRI, BBCA, BMRI, DCII, BYAN, TLKM, BREN, AMMN, DSSA, ASII, dan TPIA yang dalam beberapa hari terakhir menunjukkan tren kenaikan signifikan. Meskipun ada saham perbankan di antara kelompok big cap ini, saham-saham di luar sektor perbankan turut memberikan dukungan kuat bagi kenaikan IHSG.
Situasi ini, menurut Nico, berbeda dengan Indeks LQ45. Indeks LQ45 memiliki bobot besar yang didominasi oleh saham-saham seperti BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, AMMN, ASII, BRPT, BBNI, dan GOTO. Karena dominasi sektor perbankan, yang saat ini rata-rata kinerjanya sedang mengalami pelemahan, hal ini membuat Indeks LQ45 kesulitan untuk bergerak naik dan menyamai laju IHSG.
Adapun untuk paruh kedua tahun ini, Nico memprediksi sentimen positif bagi pergerakan Indeks LQ45 akan datang dari beberapa faktor. Ini termasuk kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Indonesia, potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed, pemangkasan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia, serta beberapa program pemerintah yang mulai berjalan.
Sementara itu, sentimen negatif yang perlu diwaspadai berasal dari potensi peningkatan tensi geopolitik antara Thailand dengan Kamboja, dinamika kesepakatan tarif yang masih bisa berubah-ubah, serta ketidakpastian kebijakan dari mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dikenal sering berubah.
: Ini Biang Kerok Gerak Indeks LQ45 Belum Bisa Salip IHSG
: : Daftar Lengkap Hasil Rebalancing Indeks LQ45, IDX30, IDX80 Efektif 1 Agustus
: : Arah Saham Adaro Andalan (AADI) Boy Thohir Usai Masuk Konstituen Indeks LQ45
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Gerak bullish IHSG saat ini ditopang oleh saham-saham papan pengembangan dan akselerasi, sementara saham papan utama cenderung stagnan. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memperingatkan bahwa dominasi saham-saham ini berpotensi meningkatkan volatilitas pasar. Volatilitas tinggi ini kurang disukai investor jangka panjang dan institusi yang mencari stabilitas, mendorong mereka beralih ke instrumen seperti obligasi. Namun, saham-saham ini bisa menarik bagi investor jika memiliki fundamental kuat dan prospek cerah, terutama bagi pedagang jangka pendek.
Penguatan IHSG belakangan ini juga didukung oleh kenaikan saham-saham berkapitalisasi besar di luar sektor perbankan. Situasi ini berbeda dengan Indeks LQ45 yang bobotnya didominasi sektor perbankan, sehingga kesulitan untuk naik akibat kinerja perbankan yang melemah. Sentimen positif untuk LQ45 di paruh kedua tahun ini diprediksi datang dari kesepakatan dagang dan potensi penurunan suku bunga The Fed serta Bank Indonesia. Namun, perlu diwaspadai sentimen negatif seperti tensi geopolitik dan ketidakpastian kebijakan.