IHSG Menguat? Cermati Negosiasi AS-China, Ini Kata Analis!

Img AA1CyHbA

MNCDUIT.COM Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan melanjutkan tren penguatan pada perdagangan hari ini, Rabu (11/06), mengikuti sentimen positif dari bursa saham kawasan Asia dan global. Proyeksi ini disampaikan oleh Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas.

Penguatan pasar saham domestik ini diperkirakan terjadi di tengah perhatian investor yang tertuju pada kelanjutan negosiasi penting antara Amerika Serikat (AS) dan China yang sedang berlangsung di London, Inggris. Nico Demus menyatakan, “Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level dukungan (support) dan resistansi (resistance) di angka 7.120 hingga 7.330.”

Pelaku pasar menaruh harapan yang sangat besar terhadap hasil pertemuan antara para pejabat tinggi kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini. Nico Demus menekankan bahwa sejauh mana AS dan China mampu mengesampingkan ego mereka terhadap kesalahan masa lalu dan berfokus pada kebaikan bersama, sejauh itu pula harapan untuk mencapai kesepakatan akan terbuka lebar. Harapan akan kesepakatan ini semakin menguat setelah Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa pertemuan berjalan dengan sangat baik, memberikan ekspektasi tinggi di tengah minimnya sentimen positif bagi pasar saat ini.

Di tengah kondisi tersebut, China, meskipun berada di atas angin dalam beberapa aspek, juga memiliki kepentingan besar dalam tercapainya kesepakatan. Ekspor China tercatat mengalami penurunan terbesar dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yang menekan pertumbuhan ekonominya. Permintaan dari luar negeri terhadap hasil industri China masih menunjukkan kekuatan, namun permintaan domestik di dalam negeri masih sangat jauh berkurang, menciptakan kebutuhan akan stabilitas perdagangan global.

Selain perkembangan negosiasi AS-China, data ekonomi dari Amerika Serikat juga turut menjadi sorotan. Data ketenagakerjaan, yaitu US Change in Nonfarm Payrolls, tercatat menurun dari 147.000 menjadi 139.000. Demikian pula dengan US Change in Private Payrolls yang mengalami penurunan dari 146.000 menjadi 140.000. Perlambatan pertumbuhan lapangan pekerjaan di AS ini mengindikasikan kehati-hatian para pengusaha terhadap prospek pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Menambah dinamika pasar, pelaku pasar juga menantikan rilis data inflasi AS periode Mei 2025. Inflasi diperkirakan stabil di 0,2 persen (bulan ke bulan/mtm) dan naik menjadi 2,5 persen (tahun ke tahun/yoy) dari 2,3 persen (yoy) di April 2025. Proyeksi ini mengindikasikan bahwa laju inflasi di AS belum mengalami kenaikan signifikan karena penundaan pemberlakuan tarif resiprokal. Namun, perlu dicatat bahwa kenaikan tarif impor baja dan aluminium sebesar 50 persen baru akan berlaku mulai 4 Juni 2025.

Sementara itu, dari ranah domestik, negosiasi lanjutan antara Indonesia dan AS juga menjadi agenda penting yang dinantikan pelaku pasar. Pemerintah Indonesia telah mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi di Washington DC, AS, yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Dari kawasan Eropa, data tingkat pengangguran di Inggris pada April 2025 tercatat sedikit meningkat menjadi 4,6 persen dari 4,5 persen pada Maret 2025.

Pergerakan positif di pasar global juga tercermin dari performa bursa saham AS. Pada perdagangan Selasa (10/6), Wall Street mayoritas bergerak menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average berhasil naik 105,11 poin atau 0,25 persen, ditutup di angka 42.866,87. Indeks S&P 500 juga menguat 0,55 persen menjadi 6.038,81, sementara Nasdaq Composite naik 0,63 persen dan berakhir di level 19.714,99.

Ringkasan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (11/06), mengikuti sentimen positif dari bursa saham Asia dan global. Proyeksi ini disampaikan oleh Maximilianus Nico Demus dari Pilarmas Investindo Sekuritas, dengan level dukungan 7.120 dan resistansi 7.330. Penguatan pasar domestik ini terjadi di tengah perhatian investor pada kelanjutan negosiasi penting antara Amerika Serikat dan China di London, yang diharapkan menghasilkan kesepakatan di tengah kondisi ekspor China yang menurun signifikan.

Selain negosiasi tersebut, data ekonomi AS turut menjadi sorotan, seperti penurunan data ketenagakerjaan yang mengindikasikan kehati-hatian pengusaha. Pelaku pasar juga menantikan rilis data inflasi AS Mei 2025 yang diperkirakan stabil, serta negosiasi lanjutan antara Indonesia dan AS yang dijadwalkan pekan ini. Sentimen positif pasar global juga tercermin dari penguatan mayoritas indeks bursa saham AS seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq pada perdagangan sebelumnya.

You might also like