
MNCDUIT.COM, JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan sangat terpengaruh oleh hasil rebalancing konstituen Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode Agustus mendatang. Harapan besar para investor kini tertuju pada sejumlah saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps seperti BREN, CUAN, PTRO, hingga DSSA, yang digadang-gadang akan masuk ke dalam indeks MSCI.
Namun, potensi tersebut tidak lepas dari pengalaman masa lalu. Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, mengingatkan kembali kejadian pada Februari lalu. Saat itu, MSCI secara resmi menyatakan tidak mempertimbangkan BREN, CUAN, dan PTRO untuk masuk ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index (IMI). Keputusan ini utamanya didasari oleh isu investabilitas, termasuk format dan likuiditas.
Dampak dari keputusan Februari tersebut sangat terasa. IHSG sempat anjlok sekitar 3% pada hari pengumuman, dan ketiga saham tersebut—BREN, CUAN, dan PTRO—menyumbang sekitar 65% dari total penurunan IHSG hari itu, atau sekitar 85 poin dari keseluruhan 130 poin.
Liza menegaskan, jika saham-saham ini kembali gagal masuk MSCI pada periode Agustus, implikasinya bisa cukup signifikan. Investor asing berpotensi melakukan aksi profit taking atau mengambil posisi konservatif, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak sistemik. Hal ini mengingat bobot saham-saham tersebut yang cukup material terhadap IHSG secara keseluruhan, ditambah lagi posisi IHSG yang tengah berada dalam tren bullish dan bahkan telah mencapai titik tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sendiri ditutup menguat di level 7.543,50 atau terapresiasi 0,17% pada perdagangan Jumat (25/7/2025). Total kapitalisasi pasar IHSG pada hari itu mencapai Rp13.519 triliun, dengan 263 saham menguat, 372 melemah, dan 321 stagnan.
Kini, ada secercah harapan baru. Liza menjelaskan bahwa pada review MSCI bulan Juli 2025, perlakuan khusus terhadap BREN, CUAN, dan PTRO telah dicabut. Artinya, ketiga saham ini telah kembali dievaluasi berdasarkan metodologi standar MSCI, sehingga potensi mereka untuk masuk menjadi lebih realistis pada review Agustus 2025.
Dari ketiga saham tersebut, BREN disebut sebagai kandidat terkuat. Saham ini memiliki kapitalisasi pasar terbesar kedua dan likuiditas yang memadai setelah isu kepemilikan sebelumnya dianggap telah mereda. Jika saham BREN benar-benar masuk ke indeks MSCI, efeknya diperkirakan mencakup peningkatan likuiditas, masuknya arus dana asing melalui MSCI-referenced ETF/fund, serta potensi valuasi premium. Namun, Liza juga mengingatkan bahwa kontribusi BREN terhadap IHSG mungkin terbatas karena bobot kapitalisasinya relatif kecil dibandingkan emiten big cap lainnya seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ANTM.
Tren bullish IHSG yang sedang dinikmati pasar dalam beberapa waktu terakhir telah membawa indeks melewati target akhir tahun Kiwoom Sekuritas di level 7.530. Secara teknikal, Liza melihat tren bullish ini telah membentuk pola bullish reversal yang cukup signifikan, yaitu inverted head & shoulders, yang membuka target fantastis ke arah 8.600. Target terdekat IHSG saat ini berada di sekitar level 7.530, dan apabila IHSG telah kembali ke level tertinggi sepanjang masa (ATH), maka level 8.000 akan menjadi level psikologis penting.
Senada dengan pandangan tersebut, Associate Director of Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus turut menjelaskan bahwa kegagalan sejumlah saham yang diekspektasikan investor untuk masuk ke dalam Indeks MSCI akan memberatkan IHSG. Dalam rebalancing MSCI kali ini, saham BREN menjadi sorotan utama pelaku pasar.
Nico menambahkan, BREN baru-baru ini juga sempat menutup gap atas dalam analisis teknikalnya, memberikan peluang bagi saham ini untuk mengalami kenaikan. Apabila BREN mampu masuk ke indeks MSCI, hal ini akan mendorong harga BREN untuk menguat, yang pada gilirannya berpotensi mendorong IHSG kembali menguat. Skenario serupa juga berlaku jika saham DSSA berhasil masuk ke indeks MSCI.
Namun, Nico mengingatkan, apabila harapan tersebut kandas, IHSG tentu saja berpotensi besar untuk berbalik arah dan mengalami koreksi. Meskipun koreksi wajar terjadi, penting untuk menjaga level IHSG tidak turun di bawah 7.230 guna menjaga asa menuju 7.600. Adapun Pilarmas Investindo Sekuritas masih mempertahankan target IHSG akhir tahun di level 7.740–7.920.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Pergerakan IHSG diproyeksikan sangat terpengaruh oleh hasil rebalancing konstituen Indeks MSCI periode Agustus, dengan saham big caps seperti BREN, CUAN, dan PTRO diharapkan masuk. Pengalaman Februari lalu menunjukkan kegagalan saham-saham ini masuk MSCI karena isu investabilitas, menyebabkan IHSG anjlok 3%. Liza Camelia Suryanata dari Kiwoom Sekuritas mengingatkan, jika gagal lagi, investor asing berpotensi melakukan profit taking yang berdampak signifikan pada IHSG yang sedang bullish.
Kini, harapan muncul karena perlakuan khusus terhadap BREN, CUAN, dan PTRO telah dicabut pada Juli, membuat potensi masuk mereka ke MSCI lebih realistis. BREN disebut sebagai kandidat terkuat, yang jika masuk akan meningkatkan likuiditas dan arus dana asing. Para analis sepakat bahwa keberhasilan saham-saham tersebut masuk MSCI akan mendorong IHSG menguat, namun kegagalan berpotensi menyebabkan koreksi yang perlu diwaspadai agar tidak di bawah level 7.230.