
MNCDUIT.COM JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan melanjutkan tren pelemahannya pada perdagangan Jumat, 22 Agustus 2025. Pada perdagangan Kamis, 21 Agustus 2025, IHSG ditutup melemah 0,67% atau 53,11 poin, berada di level 7.890,71.
Analisis dari Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, memperkirakan IHSG akan bergerak sideways dengan kecenderungan melemah, berada dalam rentang support 7.800 dan resistance 7.930. “Secara teknikal, meskipun tren IHSG dalam jangka menengah hingga panjang masih bullish, beberapa indikator menunjukkan potensi koreksi jangka pendek,” jelas Alrich kepada Kontan.
Salah satu sentimen negatif yang memengaruhi pergerakan IHSG adalah defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II 2025 yang mencapai US$ 3 miliar. Angka ini meningkat dari defisit US$ 228 juta pada kuartal I dan relatif sama dengan kuartal II tahun sebelumnya. Defisit ini menandai sembilan triwulan berturut-turut Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan, dan merupakan defisit terbesar sejak kuartal II 2024, setara dengan 0,8% Produk Domestik Bruto (PDB). Bank Indonesia sendiri menargetkan defisit transaksi berjalan sekitar 0,5%-1,3% PDB pada tahun ini.
Selain itu, pasar akan mencermati data uang beredar M2 bulan Juli yang diperkirakan naik 6,7% YoY, lebih tinggi dari pertumbuhan 6,5% YoY di bulan Juni. Alrich menjelaskan, “Akselerasi jumlah uang beredar M2 menandakan peningkatan aktivitas ekonomi dan likuiditas, yang salah satunya disinyalir berkat pemangkasan BI rate (suku bunga acuan) serta adanya bantuan sosial dari pemerintah.”
Dari Amerika Serikat, investor global akan mencermati pidato Chairman The Fed, Jerome Powell, pada simposium di Jackson Hole pada Jumat waktu setempat. Pidato ini berpotensi memberikan pengaruh signifikan terhadap pasar saham global, termasuk IHSG.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memperkirakan IHSG masih memiliki peluang menguat dalam jangka pendek, dengan level support 7.848 dan resistance 7.911. Perbedaan pandangan ini menunjukkan kompleksitas dalam memprediksi pergerakan IHSG.
Sebagai rekomendasi investasi, Alrich menyarankan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Cipta Niaga Multiguna Tbk (CNMA), dan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR). Sementara itu, Herditya merekomendasikan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan rentang support Rp 1.355 dan resistance Rp 1.420, saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk dengan rentang Rp 16.575 dan Rp 17.125, serta saham PT Krakatau Steel Tbk di rentang Rp 306 dan Rp 314 per saham. Perlu diingat bahwa rekomendasi investasi ini bersifat subjektif dan investor disarankan untuk melakukan riset sendiri sebelum mengambil keputusan investasi.
IHSG diprediksi melemah pada 22 Agustus 2025, melanjutkan tren penurunan dari penutupan di angka 7.890,71 pada 21 Agustus. Analisis menunjukkan potensi koreksi jangka pendek meskipun tren jangka panjang masih bullish. Defisit neraca transaksi berjalan dan data uang beredar M2 Juli yang meningkat menjadi faktor berpengaruh.
Sentimen negatif berasal dari defisit neraca transaksi berjalan sebesar US$3 miliar dan peningkatan uang beredar M2. Pidato Jerome Powell dari The Fed juga akan berdampak pada pasar global. Rekomendasi saham bervariasi antara analis, dengan Alrich merekomendasikan JPFA, ELSA, MIDI, CNMA, dan SMDR, sementara Herditya merekomendasikan BBTN, saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk, dan Krakatau Steel. Investor disarankan melakukan riset sendiri sebelum berinvestasi.