
JAKARTA. Harga minyak mentah global kembali menunjukkan pelemahan pada perdagangan Kamis (5/6) pagi. Mengutip data Bloomberg, pukul 06.41 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2025 di New York Mercantile Exchange tercatat di level US$ 62,61 per barel. Angka ini mengalami penurunan tipis 0,38% dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di US$ 62,85 per barel.
Pelemahan harga minyak ini dipicu oleh sinyal kuat bahwa Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi pada pertemuan OPEC+ bulan depan. Langkah ini bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar mereka di tengah ketidakpastian pasar. Kekhawatiran pun muncul bahwa penambahan pasokan ini dapat memperburuk potensi kelebihan pasokan minyak global yang diproyeksikan terjadi menjelang akhir tahun ini.
Sumber yang dekat dengan isu ini mengungkapkan bahwa Arab Saudi berencana untuk mendorong OPEC+ agar terus menambah produksi minyak setidaknya 411.000 barel per hari pada bulan Agustus, dan kemungkinan besar juga pada bulan September.
Di sisi lain, data dari Badan Informasi Energi (EIA) AS justru memberikan sentimen yang sedikit berlawanan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa stok minyak mentah di Amerika Serikat mengalami penurunan signifikan sebesar 4,3 juta barel pada pekan lalu. Ini merupakan penurunan terbesar yang tercatat sejak November lalu.
Meskipun terjadi koreksi harian, secara keseluruhan sepanjang pekan ini, harga minyak masih menunjukkan tren kenaikan. Hal ini terutama disebabkan oleh keputusan OPEC+ untuk tidak melanjutkan peningkatan produksi yang lebih besar dari perkiraan pada bulan Juli. Di tengah dinamika pasar minyak, perhatian juga tertuju pada perkembangan geopolitik global, di mana Presiden AS Donald Trump dilaporkan telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas negosiasi tarif perdagangan.
Harga minyak mentah global, khususnya West Texas Intermediate (WTI), mengalami pelemahan tipis menjadi US$ 62,61 per barel pada perdagangan 5 Juni pagi. Penurunan ini dipicu oleh sinyal kuat bahwa Arab Saudi mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi pada pertemuan OPEC+ bulan depan guna mempertahankan pangsa pasar. Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan minyak global menjelang akhir tahun.
Arab Saudi dilaporkan berencana mendorong OPEC+ untuk menambah produksi setidaknya 411.000 barel per hari pada bulan Agustus dan kemungkinan September. Namun, data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan stok minyak mentah di Amerika Serikat justru menurun signifikan 4,3 juta barel pekan lalu. Meskipun ada koreksi harian, harga minyak secara keseluruhan masih menunjukkan tren kenaikan sepanjang pekan ini, sebagian karena keputusan OPEC+ untuk tidak melanjutkan peningkatan produksi yang lebih besar dari perkiraan pada Juli.