Harga Minyak Anjlok: Sentimen The Fed dan Geopolitik Jadi Biang Kerok?

MNCDUIT.COM JAKARTA. Harga minyak mentah global kembali menunjukkan tren penurunan pada hari Rabu (26 November 2025). Baik harga minyak West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent mengalami pelemahan, tertekan oleh kombinasi sentimen pasar eksternal yang beragam.

Menurut data Bloomberg, pada pukul 15.44 WIB, harga minyak WTI untuk pengiriman Januari 2026 berada di level US$ 57,82 per barel, turun 0,22% dibandingkan dengan US$ 57,95 per barel pada hari sebelumnya. Sementara itu, harga minyak Brent tercatat berada di level US$ 62,24 per barel, mengalami penurunan sebesar 0,38%.

Meskipun harga minyak saat ini sedang tertekan, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, berpendapat bahwa situasi ini justru mengindikasikan potensi fase rebound. Hal ini didorong oleh meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) menyusul rilis data ekonomi Amerika Serikat yang kurang memuaskan beberapa waktu lalu.

Raharja Energi Cepu (RATU) Akan Segera Akuisisi Hak Partisipasi Blok Migas Baru

Lebih lanjut, pernyataan Menteri Keuangan AS, Bessent, yang menyatakan kemungkinan besar Kevin Hassett, seorang tokoh yang pro terhadap suku bunga rendah, akan menggantikan kepala The Fed pada bulan Desember 2025, turut memicu sentimen risk on di pasar, yang pada gilirannya mendukung harga minyak.

Selain faktor-faktor tersebut, harapan besar akan berakhirnya konflik Rusia-Ukraina juga menjadi salah satu faktor yang menekan harga minyak dunia.

“Secara umum, tanpa adanya perkembangan baru yang signifikan, kondisi pasar saat ini masih mengalami oversupply, sehingga harga minyak cenderung berada di bawah tekanan,” jelas Lukman kepada Kontan pada hari Rabu (26/11/2025).

Mengenai proyeksi harga minyak WTI dan Brent ke depan, Lukman melihat bahwa dari sisi pasokan, tidak akan ada perubahan yang fundamental dalam waktu dekat.

“Namun, apabila perang di Ukraina benar-benar berakhir, hal ini akan memberikan tekanan yang lebih besar pada harga minyak dibandingkan dengan potensi pemangkasan suku bunga yang mungkin terjadi akibat penggantian kepala The Fed,” tambahnya.

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.664 Per Dolar AS pada Hari Ini (26/11)

Lebih lanjut, Lukman menjelaskan bahwa harga ideal minyak WTI saat ini berada di kisaran US$ 55 per barel, dengan US$ 50 sebagai harga dasar dan US$ 60 sebagai harga tertinggi.

Untuk beberapa waktu ke depan, harga minyak diperkirakan akan bergerak dalam rentang yang terbatas (range bound) di kisaran tersebut. Oleh karena itu, investor dapat memanfaatkan peluang range trading dengan strategi buy low dan sell high dalam rentang tersebut.

Sementara itu, untuk tahun 2026, harga minyak WTI diperkirakan akan berada di rentang US$ 50 – US$ 55 per barel. Sedangkan harga minyak Brent diperkirakan akan bergerak di rentang US$ 60 – US$ 65 per barel.

Ringkasan

Harga minyak mentah global mengalami penurunan pada hari Rabu (26 November 2025), dipengaruhi oleh sentimen pasar eksternal. Pelemahan harga minyak WTI dan Brent disebabkan oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan harapan berakhirnya konflik Rusia-Ukraina, yang menyebabkan kondisi oversupply di pasar.

Analis memproyeksikan harga minyak WTI akan bergerak di kisaran US$ 55 per barel dalam jangka pendek, dengan rentang US$ 50 – US$ 60. Untuk tahun 2026, WTI diperkirakan berada di rentang US$ 50 – US$ 55 per barel, sedangkan Brent di US$ 60 – US$ 65 per barel, memberikan peluang range trading bagi investor.

You might also like