Harga Bitcoin terkoreksi, Michael Saylor kembali tebar kode beli

Img

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Harga Bitcoin kembali tertekan pada perdagangan akhir pekan. Aset kripto terbesar di dunia ini sempat turun ke bawah level US$88.000 di tengah tekanan jual lanjutan, sementara Chairman Strategy Michael Saylor kembali memberi sinyal akan menambah kepemilikan Bitcoin.

Mengacu data TradingView, harga Bitcoin sempat anjlok ke level terendah dua pekan di US$87.600 pada perdagangan Minggu (15/12) malam waktu setempat.

Pola pelemahan tajam di akhir pekan ini tercatat berulang dalam beberapa pekan terakhir.

Level tersebut menjadi harga terendah sejak 2 Desember 2025, saat Bitcoin sempat jatuh ke kisaran US$84.000 sebelum kembali pulih.

IHSG Menguat ke Atas 8.700 di Sesi Pertama, Top Gainers LQ45: MDKA, KLBF, ISAT

Hingga Senin (15/12/2025) pagi, harga Bitcoin telah rebound ke atas US$89.000.

Di tengah koreksi harga tersebut, Michael Saylor mengisyaratkan rencana pembelian Bitcoin lanjutan.

Melalui akun media sosial X, Saylor mengunggah grafik portofolio Strategy disertai kalimat “Back to More Orange Dots”, yang selama ini dikenal sebagai kode pembelian Bitcoin oleh perusahaannya.

Berdasarkan data SaylorTracker, pembelian Bitcoin terakhir Strategy dilakukan pada 12 Desember 2025 dengan akumulasi 10.624 BTC, yang menjadi pembelian terbesar sejak akhir Juli lalu.

Saat ini, Strategy tercatat memiliki total 660.624 BTC dengan nilai sekitar US$58,5 miliar pada harga saat ini.

Jelang RUPSLB, Saham Bank BNI (BBNI) Menguat hingga 2,12%

Rata-rata harga perolehan Bitcoin Strategy berada di kisaran US$74.696 per BTC, sehingga secara keseluruhan posisi perusahaan masih mencatatkan keuntungan.

Sejumlah analis menilai tekanan jual Bitcoin kali ini berkaitan dengan ekspektasi kebijakan moneter Jepang.

Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat, yang berpotensi memicu unwinding carry trade dan menekan aset berisiko, termasuk kripto.

Analis kripto dengan nama akun NoLimit menyebut pasar meremehkan dampak kebijakan Jepang terhadap Bitcoin.

Ia mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga BoJ pada periode sebelumnya kerap diikuti koreksi tajam harga Bitcoin, mengingat posisi Jepang sebagai pemegang besar surat utang Amerika Serikat.

Kalbe Farma (KLBF) Siapkan Buyback Saham Rp 250 Miliar

Platform prediksi Polymarket menunjukkan probabilitas sebesar 98% bahwa Bank of Japan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Jumat mendatang.

Head of Research Arctic Digital Justin d’Anethan menilai meskipun Bitcoin telah pulih dari tekanan November, pelemahan ke level US$88.000 tetap memberikan sentimen negatif.

Menurutnya, ekspektasi kenaikan suku bunga Jepang memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi tekanan lanjutan pada aset berisiko.

“Ekspektasi kebijakan di Jepang memicu kekhawatiran terjadinya unwind carry trade, yang membuat dana makro dan trader jangka pendek memilih mengurangi eksposur sambil menunggu arah pasar selanjutnya,” ujar d’Anethan dilansir dari Cointelegraph.

Namun, sebagian analis menilai sentimen tersebut sebenarnya sudah tercermin dalam harga. Analis dengan akun Sykodelic menyebut pasar bersifat forward-looking dan biasanya bergerak sebelum peristiwa terjadi.

Royalindo Investa (INDO) Ubah Fokus Bisnis Jadi Perusahaan Investasi

“Pasar bergerak berdasarkan ekspektasi, bukan saat peristiwa terjadi,” ujarnya.

Ke depan, d’Anethan memperkirakan harga Bitcoin akan bergerak terbatas dalam rentang US$80.000 hingga US$100.000, sembari menunggu katalis baru yang mampu mendorong arah pasar secara lebih jelas.

You might also like