Emiten Otomotif Terancam Resesi? Analis Ungkap Strategi Jitu!

Img AA1AdNrD

MNCDUIT.COM – JAKARTA. Sektor komponen otomotif dihadapkan pada tekanan berat seiring volatilitas ekonomi domestik dan global yang mencolok sejak awal tahun. Meskipun demikian, sinyal positif datang dari pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI), yang berpotensi menjadi katalis pendorong bagi industri ini.

Prospek pertumbuhan emiten otomotif, menurut Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Jason Sebastian, diperkirakan masih akan menghadapi tantangan signifikan hingga akhir tahun 2025. Jason menjelaskan dalam risetnya pada 28 Mei 2025 bahwa “prospek industri otomotif terlihat sulit di paruh kedua 2025 akibat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih rendah dan daya beli yang melemah, yang akan menekan permintaan kendaraan.”

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat kekhawatiran ini, dengan menunjukkan pertumbuhan PDB pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87%, sebuah kontraksi sebesar 0,98% dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan PDB ini memiliki dampak langsung pada kinerja perusahaan di sektor terkait.

Jason secara spesifik menyoroti kinerja pendapatan emiten komponen otomotif PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang turut tertekan. Pendapatan DRMA tercatat turun 1,6% secara kuartalan (qoq) menjadi Rp 1,5 triliun pada kuartal I-2025. Ia memproyeksikan bahwa melambatnya pertumbuhan PDB akan terus menciptakan lingkungan yang menantang bagi DRMA di periode selanjutnya. Volume penjualan komponen otomotif untuk kendaraan roda empat diperkirakan akan menyusut 4% hingga 5% sepanjang tahun 2025, “tertekan daya beli yang lemah dan lingkungan suku bunga tinggi,” imbuh Jason.

Selain itu, depresiasi rupiah juga berpotensi menekan margin keuntungan DRMA, mengingat sekitar 30% dari harga pokok penjualan (HPP) perusahaan dihitung berdasarkan kurs Dolar Amerika Serikat (AS). Namun, situasi ini berbalik menguntungkan bagi emiten otomotif lain, PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM). Dengan 60% hingga 70% penjualan bersihnya berasal dari ekspor, pembayaran dalam dolar AS justru memungkinkan SMSM mengantongi keuntungan lebih besar dari selisih nilai tukar.

Kendati demikian, SMSM tidak luput dari bayang-bayang ketidakpastian sentimen global. Dalam risetnya pada 14 Maret 2025, Sinarmas Sekuritas menyoroti perubahan geopolitik sebagai salah satu sentimen utama yang perlu dicermati, sebab “gangguan perdagangan geopolitik dapat berdampak pada pendapatan ekspor.”

Meski berbagai sentimen makroekonomi negatif masih membayangi emiten otomotif, Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, melihat secercah harapan baru dari kebijakan pemangkasan suku bunga BI. Kepada Kontan pada Kamis (5/6), Miftahul menyampaikan, “Meski penjualan masih turun pada 3 bulan pertama tahun ini, kami melihat ada peluang pemulihan di semester kedua, terutama jika daya beli masyarakat mulai membaik.” Ia menambahkan bahwa efek penurunan suku bunga biasanya memerlukan waktu untuk benar-benar terasa di sisi konsumsi.

Menanggapi potensi pemulihan ini, Miftahul secara khusus merekomendasikan saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan rating trading buy dan target harga di kisaran Rp 2.220 per saham. Sementara itu, Jason merekomendasikan hold untuk saham DRMA dengan target harga Rp 1.000 per saham. Adapun, Sinarmas Sekuritas merekomendasikan buy saham SMSM dengan target harga Rp 2.170 per saham.

Dharma Polimetal (DRMA) Bidik Peluang Bisnis di Sektor After Market Industri Otomotif

SMSM Genjot Ekspor Komponen Otomotif, Siap Sambut Era Kendaraan Listrik Bertahap

Ringkasan

Sektor otomotif dan komponen dihadapkan pada tantangan signifikan hingga akhir tahun 2025 akibat volatilitas ekonomi domestik dan global. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang melambat dan melemahnya daya beli menekan permintaan kendaraan, memengaruhi kinerja emiten seperti PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). Depresiasi rupiah juga berpotensi menekan margin keuntungan perusahaan yang memiliki harga pokok penjualan (HPP) dalam Dolar AS.

Namun, pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia berpotensi menjadi katalis positif untuk pemulihan di semester kedua 2025, terutama jika daya beli masyarakat membaik. Sementara itu, emiten dengan porsi ekspor besar seperti PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) justru diuntungkan dari depresiasi rupiah. Analis merekomendasikan “Trading Buy” untuk PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan “Buy” untuk SMSM, sedangkan DRMA direkomendasikan “Hold”.

You might also like